Eksotika Bromo Bukti Suku Tengger Hidup Damai dengan Alam
A
A
A
MALANG - Ribuan orang terpesona dengan tarian kolosal di lautan pasir Gunung Bromo, Jatim, Jumat (29/6/2018). Ratusan penari, gemulai menari diderunya pasir berbisik tanah suci masyarakat Tengger.
Ratusan penari, penuh gemulai menari diderunya pasir berbisik tanah suci masyarakat Suku Tengger. Para penari, menampilkan tarian kolosal yang bercerita tentang Joko Seger, dan Roro Anteng.
Yakni, legenda asal usul Suku Tengger yang mendiami tanah subur di kawasan Kaldera Bromo. Tarian kolosal ini, juga mengiringi pembacaan puisi oleh Olivia Zalianti, yang menceritakan tentang kesucian tanah leluhur.
Sutradara tari kolosan Joko Seger dan Roro Anteng, Hari Lentho mengatakan, pagelaran tari kolosal ini mengakar kepada tradisi, dan sejarah masyarakat Suku Tengger, dipadukan dengan eksotisme alam Gunung Bromo, sehingga menjadi pertunjukan yang penuh keindahan serta menghadirkan nilai positif untuk masyarakat.Pagelaran seni tradisional di tengah lautan pasir Gunung Bromo, dengan tema Eksotika Bromo, sudah dua kali ini digelar, dan selalu menjadi magnet bagi ribuan wisatawan. “Seni tradisi, sejarah, dan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat, bisa disajikan dengan dipadukan keindahan alam. Pagelaran ini juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Seni pertunjukkan ini, semakin eksotis karena digelar menjelang perayaan Yadnya Kasada. Yakni, perayaan hari besar bagi Suku Tengger, yang hidup damai dengan alam pegunungan Tengger, sejak ratusan tahun silam.Pejabat sementara Bupati Probolinggo, R. Tjahjo Widodo mengatakan, pagelaran seni di tengah lautan pasir Gunung Bromo, yang sudah menjadi agenda tahunan ini, merupakan paket lengkap wisata yang tidak ada duanya.
Menurutnya, keindahan alam Gunung Bromo sudah tersohor di seluruh dunia. Tentunya, keindahan itu semakin bertambah dengan sajian pagelaran seni tradisional ini. “Kita bangun terus ide kreatif yang mengakar kepada budaya masyarakat yang penuh nilai positif, untuk mengembangkan wisata dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
Ratusan penari, penuh gemulai menari diderunya pasir berbisik tanah suci masyarakat Suku Tengger. Para penari, menampilkan tarian kolosal yang bercerita tentang Joko Seger, dan Roro Anteng.
Yakni, legenda asal usul Suku Tengger yang mendiami tanah subur di kawasan Kaldera Bromo. Tarian kolosal ini, juga mengiringi pembacaan puisi oleh Olivia Zalianti, yang menceritakan tentang kesucian tanah leluhur.
Sutradara tari kolosan Joko Seger dan Roro Anteng, Hari Lentho mengatakan, pagelaran tari kolosal ini mengakar kepada tradisi, dan sejarah masyarakat Suku Tengger, dipadukan dengan eksotisme alam Gunung Bromo, sehingga menjadi pertunjukan yang penuh keindahan serta menghadirkan nilai positif untuk masyarakat.Pagelaran seni tradisional di tengah lautan pasir Gunung Bromo, dengan tema Eksotika Bromo, sudah dua kali ini digelar, dan selalu menjadi magnet bagi ribuan wisatawan. “Seni tradisi, sejarah, dan nilai-nilai positif yang tumbuh di masyarakat, bisa disajikan dengan dipadukan keindahan alam. Pagelaran ini juga memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Seni pertunjukkan ini, semakin eksotis karena digelar menjelang perayaan Yadnya Kasada. Yakni, perayaan hari besar bagi Suku Tengger, yang hidup damai dengan alam pegunungan Tengger, sejak ratusan tahun silam.Pejabat sementara Bupati Probolinggo, R. Tjahjo Widodo mengatakan, pagelaran seni di tengah lautan pasir Gunung Bromo, yang sudah menjadi agenda tahunan ini, merupakan paket lengkap wisata yang tidak ada duanya.
Menurutnya, keindahan alam Gunung Bromo sudah tersohor di seluruh dunia. Tentunya, keindahan itu semakin bertambah dengan sajian pagelaran seni tradisional ini. “Kita bangun terus ide kreatif yang mengakar kepada budaya masyarakat yang penuh nilai positif, untuk mengembangkan wisata dan ekonomi masyarakat,” ujarnya.
(vhs)