Ogah Namanya Tercoreng, Pj Gubernur Jabar Janji Jaga Netralitas
A
A
A
BANDUNG - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Komjen Pol M Iriawan membantah tudingan sejumlah pihak yang meragukan netralitasnya di ajang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak di 16 kabupaten/kota di Jabar.
Iriawan mengatakan, sebagai Pj Gubernur Jabar, dirinya akan menjunjung tinggi netralitas dalam Pilkada Serentak 2018 itu. Sikap netral akan terus dijaga demi karir dan nama baiknya sebagai seorang Bhayangkara sejati.
"Saya ini Bhayangkhara sejati, prajurit yang merangkak dari bawah. Artinya dari pangkat letnan dua sampai sekarang diberikan amanah oleh Yang Mahakuasa melalui negara menjadi bintang tiga. Itu dengan perjuangan luar biasa, dengan perjuangan sekolah dan penugasan berisiko," tutur Iriawan, Selasa (19/6/2018).
Dia menjelaskan, tudingan yang menyebut dirinya tidak netral, salah satunya berkaitan dengan mobilisasi aparatur sipil negara (ASN) yang menjadi bawahannya untuk mendukung salah satu pasangan calon (paslon) tertentu. Namun, Iriawan menegaskan, hal itu tidak mungkin terjadi. "Salah satu tugas saya adalah mengawasi ASN supaya netral, masa saya tidak netral," tegasnya.
Menurut Iriawan, ketika dirinya bersikap tidak netral di pilkada, masyarakat Jabar pasti akan mengetahuinya. Terlebih, kata Iriawan, masyarakat Jabar kini sudah pintar. Dan saat masyarakat Jabar tahu dirinya tidak netral, maka masyarakat pun akan menilainya negatif dan namanya dipastikan jelek.
"Pertanyaannya saya balik sekarang, apakah saya akan korbankan karir saya untuk tidak netral? Apakah mungkin dengan saya besar di Jabar, sekolah di sini, keluarga saya di Jabar, ibu dan istri orang Jabar? Gak mungkin lah. Nama saya pasti akan tercoreng seumur hidup dan karir saya pasti akan hancur," paparnya.
Lebih jauh Iriawan mengatakan, siapapun yang menjadi gubernur atau Pj gubernur tentu ingin sukses menjalankan tugasnya. Iriawan kembali menegaskan, saat tidak netral, gubernur atau Pj gubernur tentu tidak dapat dikatakan sukses dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.
"Gampang saja kan kalau saya tidak netral, saya copot saja, itu risikonya. Tapi apa saya mau ambil risiko itu? Kan gak mungkin. Karir dan nama baik itu tidak bisa dibeli, tidak bisa dihapus dengan penghapus," pungkasnya.
Iriawan mengatakan, sebagai Pj Gubernur Jabar, dirinya akan menjunjung tinggi netralitas dalam Pilkada Serentak 2018 itu. Sikap netral akan terus dijaga demi karir dan nama baiknya sebagai seorang Bhayangkara sejati.
"Saya ini Bhayangkhara sejati, prajurit yang merangkak dari bawah. Artinya dari pangkat letnan dua sampai sekarang diberikan amanah oleh Yang Mahakuasa melalui negara menjadi bintang tiga. Itu dengan perjuangan luar biasa, dengan perjuangan sekolah dan penugasan berisiko," tutur Iriawan, Selasa (19/6/2018).
Dia menjelaskan, tudingan yang menyebut dirinya tidak netral, salah satunya berkaitan dengan mobilisasi aparatur sipil negara (ASN) yang menjadi bawahannya untuk mendukung salah satu pasangan calon (paslon) tertentu. Namun, Iriawan menegaskan, hal itu tidak mungkin terjadi. "Salah satu tugas saya adalah mengawasi ASN supaya netral, masa saya tidak netral," tegasnya.
Menurut Iriawan, ketika dirinya bersikap tidak netral di pilkada, masyarakat Jabar pasti akan mengetahuinya. Terlebih, kata Iriawan, masyarakat Jabar kini sudah pintar. Dan saat masyarakat Jabar tahu dirinya tidak netral, maka masyarakat pun akan menilainya negatif dan namanya dipastikan jelek.
"Pertanyaannya saya balik sekarang, apakah saya akan korbankan karir saya untuk tidak netral? Apakah mungkin dengan saya besar di Jabar, sekolah di sini, keluarga saya di Jabar, ibu dan istri orang Jabar? Gak mungkin lah. Nama saya pasti akan tercoreng seumur hidup dan karir saya pasti akan hancur," paparnya.
Lebih jauh Iriawan mengatakan, siapapun yang menjadi gubernur atau Pj gubernur tentu ingin sukses menjalankan tugasnya. Iriawan kembali menegaskan, saat tidak netral, gubernur atau Pj gubernur tentu tidak dapat dikatakan sukses dalam menjalankan amanah yang diberikan kepadanya.
"Gampang saja kan kalau saya tidak netral, saya copot saja, itu risikonya. Tapi apa saya mau ambil risiko itu? Kan gak mungkin. Karir dan nama baik itu tidak bisa dibeli, tidak bisa dihapus dengan penghapus," pungkasnya.
(don)