Sukses di Myanmar, Irwanto Kembali Jadi Dokter Volunteer di India

Minggu, 10 Juni 2018 - 13:07 WIB
Sukses di Myanmar, Irwanto...
Sukses di Myanmar, Irwanto Kembali Jadi Dokter Volunteer di India
A A A
SURABAYA - Tak banyak dokter menjadi volunteer di negeri orang. Dokter sekaligus dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Dr. Irwanto dr. Sp.A(K) contohnya.
Dia memilih jalan yang berbeda dengan menjadi dokter volunteer, membantu meringankan penderitaan para bocah penderita bibir sumbing.

Irwanto kembali menerima tawaran Smile Asia Foundation untuk bergabung menjadi dokter volunteer di India. Sebelumnya, selama beberapa tahun terakhir ini menghabiskan waktu di Myanmar.

Irwanto menjadi satu-satunya tenaga medis dari Indonesia yang bergabung bersama puluhan tenaga medis lain dari sejumlah negara.

Tim dokter ini merupakan gabungan dari beberapa perawat, dokter bedah plastik, dokter anastesi dari Amerika Serikat, Jepang, Kamboja, Singapura, Malaysia, serta dua dokter anak dari India. Mereka bekerja sama menangani operasi 100 pasien anak bibir sumbing dalam waktu lima hari.

Di India, Irwanto mengaku bertugas melakukan skrining seluruh pasien mana saja yang layak dioperasi. Ia pun sekaligus bertanggung jawab atas proses pengobatan pascaoperasi.

“Proses pemulihan pasien menjadi lebih mudah karena rumah sakit tempat berlangsungnya operasi bibir sumbing ini juga dilengkapi dengan fasilitas berupa terapi komprehensif. Mulai dari skrining sebelum operasi dan pasca operasi. Termasuk, pemberian nutrisi dan terapi wicara pasca operasi dalam satu gedung,” ujar Irwanto, Minggu (10/6/2018).

Dia melanjutkan, berada di India bukan kali pertama baginya menjadi dokter volunteDer. pada 2017, penerima penghargaan Global Travel Award by Bill and Melinda Gates 2015 ini pernah bergabung dalam kegiatan serupa di Myanmar.

Bersama tim medis dari sejumlah negara, ia melakukan skrining puluhan pasien anak bibir sumbing di Women and Children’s Special Hospital in Taunggyi, Shan State, Myanmar.

Irwanto juga pernah menjadi dokter volunteer di Jepang pada 2013. Saat itu, pria kelahiran 27 Februari 1967 ini bekerjasama dengan Kobe University menggelar penyuluhan penanganan korban gempa untuk anak-anak disabilitas.

Baginya, kesempatan menjadi dokter volunteer memberinya banyak pengalaman berharga. Salah satunya bisa merasakan pengalaman membangun semangat dan kekompakan bersama tim dokter lintas negara selama menangani ratusan pasien dalam hitungan hari.

Kesempatan menjadi dokter volunteer di negeri orang juga menjadi pembuktian bahwa ternyata kompetensi dokter Indonesia diakui negara lain.

“Ini bukan hal mudah, karena harus memenuhi kualifikasi yang cukup ketat,” jelas wisudawan terbaik Unair 2013 ini.

Dalam kesempatan berikutnya, Irwanto bahkan tak menolak jika harus diajak bergabung kembali menjadi dokter volunteer. “Rencananya bisa ke Bangladesh, Mongolia, dan Bhutan. Tergantung kebutuhan,” jelasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1542 seconds (0.1#10.140)