Jelang Pencoblosan, Loyalitas Asyik Bisa Runtuhkan Elektabilitas Rindu dan Deddy-Dedi

Senin, 28 Mei 2018 - 15:17 WIB
Jelang Pencoblosan,...
Jelang Pencoblosan, Loyalitas Asyik Bisa Runtuhkan Elektabilitas Rindu dan Deddy-Dedi
A A A
BANDUNG - Pasangan calon gubernur/wakil gubernur Jawa Barat nomor urut 3, Sudrajat dan Ahmad Syaikhu atau dikenal juga dengan sebutan Asyik dinilai sebagai kuda hitam paling potensial untuk menciptakan kejutan besar di arena Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018.

Pandangan itu disampaikan pengamat politik, Karim Suryadi saat mereview langkah empat paslon gubernur/wagub Jabar jelang Pilgub 2018 yang tinggal sekitar satu bulan lagi. Karim memandang paslon nomor urut 1 yakni Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (RINDU) dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi)memiliki pengalaman birokrat dibandingkan paslon nomor urut 2, TB Hasanuddin-Anton Charliyan (Hasanah) serta paslon nomor urut 3, Sudrajat-Ahmad Syaikhu (ASYIK). Tapi bukan berarti Rindu dan Deddy-Dedi bakal sangat dominan di Pilgub Jabar 2018.

“Nomor 1 (Rindu) memberikan diferensiasi, RK (Ridwan Kamil) cukup baik setiap memaparkan program-programnya. Hanya saja diferensiasi mereka belum konsisten. Mereka punya pengalaman birokrat, selalu bicara soal keberhasilan menata Kota Bandung. Tapi persoalan di Jabar dengan Kota Bandung itu jelas jauh berbeda, sebab lebih kompleks,” ungkap Karim.

Karim menilai, paslon Nomor 1 dan 4 ini unggul pengalaman, tapi membutuhkan ‘paku’ atau ‘peluru’ yang bisa menancap dalam pikiran masyarakat. Artinya menyampaikan program yang bagus, tapi tidak bisa menancap dalam pikiran masyarakat, itu sama saja artinya dengan menembakkan peluru hampa yang tak ada dampaknya.

"Sebagus apa pun visi dan misi yang disampaikan, saya tak yakin semuanya akan diingat masyarakat. Sehingga dibutuhkan sesuatu yang bisa mengunggah pikiran maupun hati serta diingat masyarakat,” sambung Guru Besar FISIP Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut.

Dibandingkan Hasanah, Karim memandang, Asyik lebih berpotensi menjadi ‘kuda hitam’ dan bukan tak mungkin meruntuhkan popularitas paslon Rindu dan Deddy-Dedi yang berdasarkan hasil riset sejumlah lembaga survei kerap mendominasi dalam urusan elektabilitas.

“Nomor 2 memang tak memiliki pengalaman birokrat, tapi mereka cukup fasih bicara masalah pertahanan dan keamanan karena pengalamannya Pak Anton di kepolisian, termasuk tentu pengalaman menjadi Kapolda Jabar. Nomor 2, juga sebenarnya menawarkan konsep yang menurut saya cukup menarik dengan molotot.com-nya (program pemberantasan korupsi secara online),” papar Karim.

Yang menarik perhatian Karim adalah pergerakan paslon nomor urut 3, Asyik yang justru mulai terlihat lebih aktif dan masif jelang masa-masa akhir kampanye. Terlepas dari pro dan kontra yang ditimbulkannya, aksi Asyik membentangkan kaos '2018 ASYIK MENANG, 2019 GANTI PRESIDEN' di panggung debat publik kedua di Kampus UI, Kota Depok, setidaknya membuat masyarakat mulai lebih menaruh perhatian kepada paslon yang diusung oleh Partai Gerindra, PKS dan PAN tersebut.
(wib)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1814 seconds (0.1#10.140)