Pedagang Tradisional di Gunung Kidul Bidik Pasar Kuliner Ramadhan
A
A
A
GUNUNG KIDUL - Pedagang di sejumlah desa di Gunungkidul mulai berani melakukan inovasi untuk menjaring konsumen dan meningkatkan kesejahteraan. Salah satunya adalah dengan mengembangkan konsep pasar kuliner Ramadhan.
Setiap sore, tercatat ada tiga lokasi yang sebelumnya dibuka untuk pasar kuliner minggu pagi, mulai membidik konsumen dengan menyediakan aneka makanan di sore hari atau menjelang buka puasa. Tiga lokasi tersebut adalah di kawasan lembah Karst Ngingrong Mulo, Pasar Argo Wijil Desa Gari, serta Pasar tradisional Sompil Desa Logandeng.
Di objek Wisata Ngingrong misalnya. Lokasi yang sudah terkenal sebagai lokasi nongkrong yang saat ini makin asyik ini disulap menjado arena ngabuburit. Banyaknya pedagang makanan yang menjajakan aneka makanan tradisional seperti layaknya pasar minggu pagi menjadikan lokasi inji semakin ramai di sore hingga petang hari.
Salah seorang pedagang kuliner di lembah Ngingrong, Imah menerangkan, pasar Kuliner Ngingrong pada hari biasa buka pada hari Sabtu dan Minggu saja. Namun bersamaan dengan bulan puasa ini, kelompok pedagang sepakat untuk buka setiap hari. "Kami buka di sini dari pukul 15.00-18.00 WIB. Semua menu buka puasa kita jual di sini," kata Imah.
Meski baru pertama buka dan menjajal kuliner sore Ramadhan, namun pada hari pertama ini masyarakat sudah banyak yang datang untuk berburu kuliner. Dia berharap, pasar kuliner ini akan ramai setiap harinya. "Kami didukung lokasi yang asyik untuk ngabuburit," imbuhnya.
Hal yang sama juga bisa dinikmati di pasar kuliner Argowijil, Desa Gari, Kecamatan Wonosari. Di tempat tersebut berbagai makanan tradisional dan unik dapat dijumpai. Berbagai makanan dijajakan, seperti nasi jagung, botok manding, gatot, tiwul, bothok tawon (lebah), semur bonggol pisang, gelinding burung dara dan berbagai makanan lainnya.
Pasar Argowijil sendiri memiliki arti bahwa Argo dalam bahasa Jawa adalah Gunung/ Gunungan, sedangkan wijil adalah nama kawasan tersebut. Argowijil mengangkat konsep kuliner tradisional yang berbeda dari tahun sebelumnya. Saat ini ada beberapa makanan berat, tidak hanya makanan ringan. “Kami utamakan masyarakat sekitar untuk berdagang, ada sekitar 90 orang,” ucapnya.
Dia berharap dengan membuka pasar kuliner ramadhan mampu mendongkrak ekonomi warga. Sebagian besar makanan yang disajikan memang tradisional dan unik.
Setiap sore, tercatat ada tiga lokasi yang sebelumnya dibuka untuk pasar kuliner minggu pagi, mulai membidik konsumen dengan menyediakan aneka makanan di sore hari atau menjelang buka puasa. Tiga lokasi tersebut adalah di kawasan lembah Karst Ngingrong Mulo, Pasar Argo Wijil Desa Gari, serta Pasar tradisional Sompil Desa Logandeng.
Di objek Wisata Ngingrong misalnya. Lokasi yang sudah terkenal sebagai lokasi nongkrong yang saat ini makin asyik ini disulap menjado arena ngabuburit. Banyaknya pedagang makanan yang menjajakan aneka makanan tradisional seperti layaknya pasar minggu pagi menjadikan lokasi inji semakin ramai di sore hingga petang hari.
Salah seorang pedagang kuliner di lembah Ngingrong, Imah menerangkan, pasar Kuliner Ngingrong pada hari biasa buka pada hari Sabtu dan Minggu saja. Namun bersamaan dengan bulan puasa ini, kelompok pedagang sepakat untuk buka setiap hari. "Kami buka di sini dari pukul 15.00-18.00 WIB. Semua menu buka puasa kita jual di sini," kata Imah.
Meski baru pertama buka dan menjajal kuliner sore Ramadhan, namun pada hari pertama ini masyarakat sudah banyak yang datang untuk berburu kuliner. Dia berharap, pasar kuliner ini akan ramai setiap harinya. "Kami didukung lokasi yang asyik untuk ngabuburit," imbuhnya.
Hal yang sama juga bisa dinikmati di pasar kuliner Argowijil, Desa Gari, Kecamatan Wonosari. Di tempat tersebut berbagai makanan tradisional dan unik dapat dijumpai. Berbagai makanan dijajakan, seperti nasi jagung, botok manding, gatot, tiwul, bothok tawon (lebah), semur bonggol pisang, gelinding burung dara dan berbagai makanan lainnya.
Pasar Argowijil sendiri memiliki arti bahwa Argo dalam bahasa Jawa adalah Gunung/ Gunungan, sedangkan wijil adalah nama kawasan tersebut. Argowijil mengangkat konsep kuliner tradisional yang berbeda dari tahun sebelumnya. Saat ini ada beberapa makanan berat, tidak hanya makanan ringan. “Kami utamakan masyarakat sekitar untuk berdagang, ada sekitar 90 orang,” ucapnya.
Dia berharap dengan membuka pasar kuliner ramadhan mampu mendongkrak ekonomi warga. Sebagian besar makanan yang disajikan memang tradisional dan unik.
(wib)