Kondisi Korban Bom Bunuh Diri Membaik

Sabtu, 19 Mei 2018 - 09:18 WIB
Kondisi Korban Bom Bunuh...
Kondisi Korban Bom Bunuh Diri Membaik
A A A
SURABAYA - Kondisi para korban bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, berangsur membaik. Beberapa korban sudah berhasil melewati fase kritis dan menyelesaikan berbagai tahapan operasi. Bahkan, mereka kini sudah bisa diajak berkomunikasi dengan baik.

Yesaya Bayang (40), seorang security di GKI Diponegoro, Surabaya menjadi salah satu korban selamat dalam peristiwa ini. Tangan kanannya kini mulai bisa digerakkan. Beberapa kali ia sudah bisa memainkan ponselnya untuk menjawab berbagai pesan singkat yang menumpul di handphone-nya.

"Saya waktu itu kena bom dua kali. Pertama bom meledak mengenai tangan saya, baru bom susul kena ke wajah dan kepala. Makanya serpihan bom sempat masuk ke tangan saya," ujar Yesaya ketika diremui di Ruang G1 RSAL Dr Ramelan Surabaya, Jumat (18/5/2018).

Ia melanjutkan, pagi sebelum misa digelar di GKI, ia sempat mencegah seorang perempuan bersama kedua anaknya yang masuk ke halaman gereja. Perempuan itu membawa dua anak masuk ke pekarangan gereja dari sisi samping.

"Pas mau saya cegah, bom sudah meledak. Saya terpentak sampai lima meter ke belakang," kenangnya.

Yesaya segera dilarikan oleh rekannya ke RS William Booth, dan segera dipindahkan ke RSAL Dr Ramelan karena kondisi yang cukup parah sehingga membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Tindakan pun segera diambil oleh tim medis dengan mengangkat material bom di paha kanan dan tangan kanan serta pembersihan luka dan jahit di area muka dan telinga.

"Baru sekarang tangan bisa digerakkan. Kemarin belum bisa seperti ini. Bersyukur sekali saya masih bisa hidup," jelasnya.

Ari Setyawan (41), security di Gereja Santai Maria Tidak Bercela Ngagel juga mulai membaik. Di wajahnya luka terbakar terlihat dengan jelas. Bahkan, pada pipi sebelah kanannya harus dijahit 20 cm untuk menutup luka.

Siang itu, ia mulai bisa berbicara. Mengenang kembali sosok dua bocah yang melintas di depannya dengan membawa dua bom yang dipangku di bagian belakang dan depan. "Sepeda itu melintas di belakang saya, saya menoleh dan bom langsung meledak," katanya.

Para korban bom bunuh diri di Surabaya kini bisa sedikit lebih lega. BPJS Ketenagakerjaan menanggung semua biaya perawatan bagi korban yang cedera serta santunan bagi korban meninggal dunia.

Direktur Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan Krishna Syarif mengunjungi langsung korban ledakan yang menjalani perawatan di rumah sakit. Para korban yang dirawat itu berada di RSAL Dr Ramelan dan RS William Booth Surabaya.

BPJS Ketenagakerjaan pun melakukan aksi layanan cepat terhadap penanganan peserta yang menjadi korban teror bom Surabaya ini. Keprihatinan dan dukungan moril terhadap korban yang sedang dalam perawatan disampaikan langsung oleh Krishna dengan menyambangi rumah sakit tempat Yesaya dan para korban lainnya yang dirawat.

"Kejadian ini tergolong dalam kecelakaan kerja di mana keduanya masih dalam rangka menjalankan tugas bertugas pada saat terjadinya peristiwa nahas itu, tentunya kita akan bertanggung jawab dalam memberikan jaminan kecelakaan kerja pada korban ini, tak tanggung-tanggung kita akan memberikan jaminan perawatan sampai sembuh dan bekerja kembali," ujar Krishna.

Selain kedua korban itu, adalagi korban meninggal dunia yang merupakan karyawan dari Toko Kue Brownis Amanda Surabaya yang bernama Nuchin (56). Ia menjadi korban ledakan di Gereja Pantekosta. Nuchin menjadi korban saat sedang melintas di depan Gereja Pantekosta Surabaya.

Ahli waris Nuchin mendapatkan santunan dari BPJS Ketenagakerjaan berupa santunan JKM Rp24 juta, JHT Rp13,1 juta, beasiswa Rp12 juta dengan total yang diberikan Rp49,1 juta.
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2462 seconds (0.1#10.140)