Salat Tarawih Pertama di Masjid Al Akbar Surabaya Membeludak
A
A
A
SURABAYA - Ribuan umat Islam memadati Masjid Al Akbar Surabaya (MAS) Jalan Pagesangan untuk melaksanakan salat Tarawih pertama di bulan Ramadhan, Rabu (16/5/2018). Mereka berasal dari sejumlah kawasan di Surabaya. Dalam salat Tarawih itu, Ketua Majelis Ulama (MUI) Jawa Timur (Jatim) KH Abdusshomad Buchori sebagai penceramah sekaligus imam.
Ribuan jamaah ini datang dari pintu utara dan tengah dengan mengendarai sepeda motor dan juga mobil. Antrean jamaah menuju area parkir dalam masjid cukup panjang.Demi kelancaran lalu lintas masjid terbesar di Jatim ini berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan rekayasa lalu lintas.
Untuk mengantisipasi membeludaknya jamaah yang akan melaksanakan salat Tarawih, pengurus MAS mengimbau para jamaah agar tidak membawa anak kecil. Selain itu agar tidak mengganggu jalannya ibadah.
Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori dalam ceramahnya sebelum melaksanakan salat Tarawih mengatakan, keberadaan ulama tidak bisa dipisahkan dari bangsa Indonesia. Ulama di Indonesia jumlahnya cukup banyak.
Di Indonesia, jumlah pondok pesantren (ponpes) sekitar 30.000. Sedangkan di Jatim sebanyak 8.000, lalu ada sebanyak 43.000 masjid. Nah, di tiap masjid maupun ponpes dipastikan ada ulama.“Maka, ulama dan umaro’ (pemimpin negara) harus bersatu untuk memperkuat kebangsaan,” katanya.
Dalam kesempatan in, Abdusshomad juga menyinggung terkait aksi terorisme yang belakangan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Surabaya. Menurutnya, Alquran sudah memberi pedoman bagi umat Islam untuk tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak.
“Aksi terorisme bukan ajaran Islam. Maka tidak boleh menyudutkan umat Islam. ISIS bukan Islam. Al Qaidah bukan Islam. Itu skenario global. Peristiwa di Indonesia imbas dari dinamika internasional. Kami sudah keluarkan fatwa bahwa terorisme itu haram. Itu sudah kami keluarkan 2004. Islam itu mengajarkan kerukunan,” ujarnya.
Sementara itu, pengurus Yayasan MAS sebelum pelaksanaan salat Tarawih melalui pengeras suara meminta umat Islam untuk menjaga keamanan dan ketertiban Surabaya. Selain itu tidak khawatir untuk berjamaah salat tarawih, terutama di MAS. Saat ini MAS sudah melakukan pengamanan dengan menggandeng aparat kepolisian.
Ribuan jamaah ini datang dari pintu utara dan tengah dengan mengendarai sepeda motor dan juga mobil. Antrean jamaah menuju area parkir dalam masjid cukup panjang.Demi kelancaran lalu lintas masjid terbesar di Jatim ini berkoordinasi dengan kepolisian untuk melakukan rekayasa lalu lintas.
Untuk mengantisipasi membeludaknya jamaah yang akan melaksanakan salat Tarawih, pengurus MAS mengimbau para jamaah agar tidak membawa anak kecil. Selain itu agar tidak mengganggu jalannya ibadah.
Ketua MUI Jatim KH Abdusshomad Buchori dalam ceramahnya sebelum melaksanakan salat Tarawih mengatakan, keberadaan ulama tidak bisa dipisahkan dari bangsa Indonesia. Ulama di Indonesia jumlahnya cukup banyak.
Di Indonesia, jumlah pondok pesantren (ponpes) sekitar 30.000. Sedangkan di Jatim sebanyak 8.000, lalu ada sebanyak 43.000 masjid. Nah, di tiap masjid maupun ponpes dipastikan ada ulama.“Maka, ulama dan umaro’ (pemimpin negara) harus bersatu untuk memperkuat kebangsaan,” katanya.
Dalam kesempatan in, Abdusshomad juga menyinggung terkait aksi terorisme yang belakangan terjadi di sejumlah daerah di Indonesia, termasuk Surabaya. Menurutnya, Alquran sudah memberi pedoman bagi umat Islam untuk tidak boleh melakukan hal-hal yang merusak.
“Aksi terorisme bukan ajaran Islam. Maka tidak boleh menyudutkan umat Islam. ISIS bukan Islam. Al Qaidah bukan Islam. Itu skenario global. Peristiwa di Indonesia imbas dari dinamika internasional. Kami sudah keluarkan fatwa bahwa terorisme itu haram. Itu sudah kami keluarkan 2004. Islam itu mengajarkan kerukunan,” ujarnya.
Sementara itu, pengurus Yayasan MAS sebelum pelaksanaan salat Tarawih melalui pengeras suara meminta umat Islam untuk menjaga keamanan dan ketertiban Surabaya. Selain itu tidak khawatir untuk berjamaah salat tarawih, terutama di MAS. Saat ini MAS sudah melakukan pengamanan dengan menggandeng aparat kepolisian.
(vhs)