Martha Djuman Korban Bom Surabaya Dikenal Miliki Jiwa Sosial Tinggi

Rabu, 16 Mei 2018 - 14:24 WIB
Martha Djuman Korban...
Martha Djuman Korban Bom Surabaya Dikenal Miliki Jiwa Sosial Tinggi
A A A
SURABAYA - Meninggalnya Martha Djumani atau Bing Bing, korban ledakan bom di Gereja Pantekosta, Surabaya menyisahkan banyak kisah. Meski kedua bola mata Djumila terlihat sembab dan terlihat lelah, namun dia tetap menyambut sanak saudara, sahabat serta teman dari Martha Djumani dengan ramah. Djumila merupakan adik Martha Djumani salah satu korban ledakan bom bunuh diri di Gereja Pantekosta Jalan Arjuna pada Minggu (13/5/2018) lalu.

Djumila, saat ditemui di Rumah Duka Adi Jasa Jalan Demak, Selasa (15/5/2018) malam, mengaku sangat kehilangan sosok saudara kesayangannya itu. Apalagi jika harus kehilangan dengan cara tragis dan mendadak. Martha Djumani yang akrab disapa Bing Bing meninggal dunia saat bertugas sebagai penerima tamu di Gereja Pantekosta.Djumani sudah puluhan tahun melayani gereja.

“Aktivitas kakak saya ya pelayanan gereja. Orangnya baik banget. Saking baiknya, dia juga merawat sejumlah anak kecil,” kata Djumila. (baca juga:Mencekam, Densus 88 Terlibat Baku Tembak dengan Terduga Teroris di Surabaya)

Bing Bing merupakan sosok yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia tidak suka melihat orang lain susah, baik orang tua maupun anak-anak. Apalagi, salah satu kualitas utama dari dalam diri Bing Bing adalah kecintaannya terhadap anak-anak. Ini dikarenakan dia adalah pengajar Sekolah Minggu.

Anak-anak juga sangat lengket dengan Bing Bing. Setiap Rabu, dia selalu menjemput anak-anak untuk datang ke gereja.”Ledakan bom di Gereja Pantekosta itu sebanyak tiga kali. Saat ledakan yang pertama kakak saya selamat.Baru pada ledakan kedua dia kena bom itu,” ujarnya.

Seperti biasa, setiap hari Minggu Bing Bing bertugas sebagai penjaga absensi di Gereja Pantekosta dan berdiri di pintu masuk, untuk mencatat siapa jemaat yang hadir serta membagikan warta. Nah, mobil Toyota Avanza yang diledakkan pelaku, Dita Oepriyanto, tepat di pintu masuk tersebut. Jiwa sosial yang tinggi, lanjut dia, juga dibuktikan Bing Bing.

Ketika itu, kata, Djumila, Bing Bing tak langsung menyelamatkan diri ketika lolos dari ledakan bom pertama. Justru saat terjadi ledakan bom itu, Bing Bing berupaya menyelamatkan sejumlah orang yang berada dekat dengan titik ledakan. “Kalau kakak saya ini tidak punya kepedulian sosial, dia mungkin masih hidup sampai sekarang,” tandasnya.

Bing Bing saat meninggal dunia berusia 54 tahun. Sebelum peristiwa tragis itu terjadi, pada Sabtu (12/5/2018) warga yang tinggal di Sutorejo Timur Kelurahan Dukuh Sutorejo Kecamatan Mulyorejo Surabaya ini menggelar resepsi pertunangan. Acara berlangsung secara sederhana di Tokyo Resto Seafood Restaurant, Surabaya. Acara ini dihadiri oleh keluarga berdua. “Saya tidak tahu kenapa menjelang hari berbahagianya (Bing Bing), justru meninggal dunia akibat ledakan bom bunuh diri,” imbuh Djumali.

Djumali mengaku, dirinya tidak menaruh dendam sama sekali terhadap umat Islam. Menurutnya, semua agama pasti mengajarkan kedamaian dan cinta kasih. Hanya saja, kekerasan tersebut hanya dilakukan oleh individu dari pemeluk agama tersebut.

“Saya tidak dendam. Di keluarga saya itu demokratis. Semua bebas untuk memeluk agama apapun. Bahkan ada saudara saya yang memeluk agama Islam,” tandasnya.
(vhs)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.3080 seconds (0.1#10.140)