Polda Jatim Buru Guru Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono
A
A
A
SURABAYA - Polda Jatim saat ini tengah memburu guru dari Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono, yakni Abu Bakar. Dita Oepriarto adalah otak di balik serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya. Sedangkan Anton Ferdiantono adalah perakit bom di Rusunawa Sidoarjo.
Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan, saat ini Abu Bakar saat ini masih dalam pengejaran tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Abu Bakar, kata dia, secara rutin menggelar pengajian di daerah Rungkut. Pengajian ini diikuti oleh Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono beserta keluarga masing-masing.
“(Abu Bakar) masih dalam pengejaran di lapangan, mudah-mudah segera ditangkap,” ujarnya, Selasa (15/5/2018).
Menurut Machfud, selama ikut pengajian, baik Dita Oepriarto maupun Anton Ferdiantono membawa anak-anak mereka yang masih kecil. Dita Oepriarto memiliki empat anak. Anton Ferdiantono juga memiliki empat anak.
“Anak-anak mereka ini tidak pernah bersekolah. Mereka (Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono) ketika ditanya masyarakat bilangnya anaknya ikut home schooling. Padahal tidak sekolah sama sekali. Anak-anak mereka didoktrin dengan menonton video-video (aksi teror),” katanya.
Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin mengatakan, saat ini Abu Bakar saat ini masih dalam pengejaran tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri. Abu Bakar, kata dia, secara rutin menggelar pengajian di daerah Rungkut. Pengajian ini diikuti oleh Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono beserta keluarga masing-masing.
“(Abu Bakar) masih dalam pengejaran di lapangan, mudah-mudah segera ditangkap,” ujarnya, Selasa (15/5/2018).
Menurut Machfud, selama ikut pengajian, baik Dita Oepriarto maupun Anton Ferdiantono membawa anak-anak mereka yang masih kecil. Dita Oepriarto memiliki empat anak. Anton Ferdiantono juga memiliki empat anak.
“Anak-anak mereka ini tidak pernah bersekolah. Mereka (Dita Oepriarto dan Anton Ferdiantono) ketika ditanya masyarakat bilangnya anaknya ikut home schooling. Padahal tidak sekolah sama sekali. Anak-anak mereka didoktrin dengan menonton video-video (aksi teror),” katanya.
(kri)