Jelang Waisak, Umat Budha di Bali Gelar Tradisi Pindapatta
A
A
A
DENSPASAR - Jalan sepanjang 3.3 kilometer menuju Vihara Buddha Sakyamuni (VBSM) dipenuhi ribuan Umat Buddha di Denpasar dengan antusias mengikuti tradisi Pindapatta mempersembahkan makanan kepada Bhikkhu, Denpasar, Kamis (9/5/2018).
Pindapatta dilaksanakan oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa patta untuk menerima atau memperoleh dana makanan dari umat guna menunjang kehidupannya.
Tradisi ini diikuti 4 Bhikkhu yakni Bhikkhu Citagutto Mahathera, Bhikkhu Jayadhammo Thera, Bhikkhu Indadharo, Bhikkhu Gunajayo, dan seorang samanera.
Umat Budha memberikan makanan siap konsumsi, mereka juga mendanakan makanan kering, minuman, obat-obatan untuk kebutuhan bhikkhu.
Tradisi sedekah ini dimulai dari pukul 06.00 Wita hingga pukul 08.30 Wita sepanjang jalan tersebut umat Budha terus berjejer dijalanan menuju vihara tersebut
Ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW mengatakan, tradisi pindapatta untuk menyambut perayaan hari raya Waisak 2562 yang jatuh pada 29 Mei 2018 mendatang.
Dia menjelaskan, dimana para bikkhu ini menerima sedekah dari umat, sebelumnya tradisi ini dilakukan setiap hari, namun di Indonesia tidak memungkinkan jadi hanya saat menjelang perayaan waisak.
Pihaknya menyatakan, bahwa antusias umat untuk berdama sangat tinggi. "Untuk berdarma ini respon umat membludak. Bukan hanya dari kalangan budhis saja tapi ada umat yang lain menyerahkan dana bhikkhu. Ini perbuatan baik,"ujarnya.
“Bikkhu kita tidak boleh memasak jadi menerima dana makan. Kalau dinegara budhis seperti di Thailand hal ini tiap hari dilakukan, kalau di Indonesia itu tidak memungkinkan. Tapi hal ini untuk memperkenalkan kepada umat memberikan dana makan kepada bikkhusanha,”jelasnya.
Dia menjelaskan, dana makanan, minuman dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan Bhikkhu, juga kemudian disumbangkan ke tempat yang membutuhkan seperti panti asuhan atau warga kurang mampu.
Menurutnya, hal ini memberikan kesempatan untuk umat bersedekah. "Selain menunjukkan bakti kepada bhikkhu Sangha, juga berlatih untuk melepas, berdana sesuai kemampuan," ujarnya.
Pihaknya menegaskan, bahwa Pindapatta merupakan tradisi Buddhis yang telah dilaksanakan sejak zaman kehidupan Buddha Gotama (bahkan sejak jaman para Buddha terdahulu) hingga saat ini, terns berlanjut hingga jaman Buddha-Buddha yang akan datang.
Dia mengatakan, pemberian dana makanan kepada para Bhikkhu ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan sebagainya.
“Dalam Pindapatta ini seorang Bhikkhu tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tetapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti memberikan, mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri,”jelasnya.
Pindapatta dilaksanakan oleh para Bhikkhu dengan cara berjalan kaki dengan kepala tertunduk sambil membawa patta untuk menerima atau memperoleh dana makanan dari umat guna menunjang kehidupannya.
Tradisi ini diikuti 4 Bhikkhu yakni Bhikkhu Citagutto Mahathera, Bhikkhu Jayadhammo Thera, Bhikkhu Indadharo, Bhikkhu Gunajayo, dan seorang samanera.
Umat Budha memberikan makanan siap konsumsi, mereka juga mendanakan makanan kering, minuman, obat-obatan untuk kebutuhan bhikkhu.
Tradisi sedekah ini dimulai dari pukul 06.00 Wita hingga pukul 08.30 Wita sepanjang jalan tersebut umat Budha terus berjejer dijalanan menuju vihara tersebut
Ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Sakyamuni, Oscar NW mengatakan, tradisi pindapatta untuk menyambut perayaan hari raya Waisak 2562 yang jatuh pada 29 Mei 2018 mendatang.
Dia menjelaskan, dimana para bikkhu ini menerima sedekah dari umat, sebelumnya tradisi ini dilakukan setiap hari, namun di Indonesia tidak memungkinkan jadi hanya saat menjelang perayaan waisak.
Pihaknya menyatakan, bahwa antusias umat untuk berdama sangat tinggi. "Untuk berdarma ini respon umat membludak. Bukan hanya dari kalangan budhis saja tapi ada umat yang lain menyerahkan dana bhikkhu. Ini perbuatan baik,"ujarnya.
“Bikkhu kita tidak boleh memasak jadi menerima dana makan. Kalau dinegara budhis seperti di Thailand hal ini tiap hari dilakukan, kalau di Indonesia itu tidak memungkinkan. Tapi hal ini untuk memperkenalkan kepada umat memberikan dana makan kepada bikkhusanha,”jelasnya.
Dia menjelaskan, dana makanan, minuman dan lainnya yang terkumpul, selain untuk kebutuhan Bhikkhu, juga kemudian disumbangkan ke tempat yang membutuhkan seperti panti asuhan atau warga kurang mampu.
Menurutnya, hal ini memberikan kesempatan untuk umat bersedekah. "Selain menunjukkan bakti kepada bhikkhu Sangha, juga berlatih untuk melepas, berdana sesuai kemampuan," ujarnya.
Pihaknya menegaskan, bahwa Pindapatta merupakan tradisi Buddhis yang telah dilaksanakan sejak zaman kehidupan Buddha Gotama (bahkan sejak jaman para Buddha terdahulu) hingga saat ini, terns berlanjut hingga jaman Buddha-Buddha yang akan datang.
Dia mengatakan, pemberian dana makanan kepada para Bhikkhu ini tidak sama dengan pemberian sedekah atau berdana kepada seorang pengemis, peminta-minta, dan sebagainya.
“Dalam Pindapatta ini seorang Bhikkhu tidak boleh mengucapkan kata-kata meminta, tetapi umatlah yang secara sadar dan ikhlas, serta semangat bakti memberikan, mendanakan makanan demi membantu kelangsungan kehidupan suci para anggota Sangha dan membantu kelangsungan serta melestarikan Buddha Dhamma itu sendiri,”jelasnya.
(ysw)