Unpas Lestarikan Lingkungan di Hulu Sungai Citarum
A
A
A
BANDUNG - Universitas Pasundan (Unpas) ikut terlibat pada pelestarian lingkungan di hulu Sungai Citarum. Upaya itu diharapkan bisa menjaga lingkungan di hilir aliran sungai.
Rektor Unpas Eddy Yusuf mengatakan, melalui Lembaga Pengadian Masyarakat (LPM) Unpas, pihaknya sejak tahun 2012 aktif melakukan upaya pelestarian lingkungan di hulu Sungai Citarum. Mereka melakukan penanaman pohon alpukat di Kampung Neglasari, Kabupaten Bandung.
"Kepedulian Unpas terhadap kondisi lingkungan di sekitar hulu Citarum sudah dilakukan sejak lama, tepatnya mulai tahun 2012 lalu. Sampai saat ini, 22.000 pohon alpukat telah tumbuh dan 6.000 masih di dalam polybag," kata Eddy kepada KORAN SINDO di Kampus Pascasarjana Unpas, Jalan Sumatera, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, jumlah biji yang ditanam Unpas mencapai 132.000 biji. Namun, dari jumlah itu hanya 30% yang tumbuh. Sementara sisanya mati. Pohon alpukat itu hingga kini terus dijaga agar tumbuh besar.
Program pelestarian hulu Citarum, kata dia, dilakukan oleh seluruh sivitas akademik Unpas. Sementara untuk mahasiswa baru, pihaknya mewajibkan membawa lima biji alpukat per mahasiswa. Setiap tahun, Unpas menerima 4.500 mahasiswa baru.
"Sebelum pemerintah gencar melakukan penyelamatan Citarum, kami sudah sejak lama melakukan upaya pelestarian di hulu. Kami menilai, penyelamatan hulu sangat penting untuk menjaga ekosistem lingkungan di hilir," beber dia.
Komitmen Unpas melestarian hulu Sungai Citarum dilatarbelakangi kondisi lingkungan di DAS Citarum. Sedimentasi menyebabkan banjir di bagian huluu. Begitu juga limbah dan sampah warga menyebabkan kondisi air sungai tidak sehat dan menimbulkan penyakit.
Menurut Eddy, dipilihnya pohon alpukat karena sifatnya yang kokoh dan bisa mengikat tanah. Minimnya pohon yang bisa mengikat tanah di hulu, membuat tanah masuk ke sungai. Akibatnya, terjadi pendangkalan di sungai dan banjir pun datang.
"Selama ini, penanganan terhadap bencana banjir akibat meluapnya sungai lebih banyak dilakukan di lokasi bencana. Kami berpikir, lebih baik memperbaiki sumber atau penyebab dari bencana itu. Makanya kami pilih di hulu," beber dia.
Dia mengatakan, Unpas bekerja sama dengan Perhutani sebagai pemilik tanah. Selain ditanami pohon alpukat, nantinya di sela-sela lahan bisa ditanami tanaman jangka pendek.
Selain melakukan pelestarian di hulu Citarum, Unpas juga terlibat menjaga Citarum di Sektor 6. "Untuk program ini, ke depan bisa melibatkan semua perguruan tinggi. Mereka bisa dikerahkan ke semua sektor," beber dia.
Menurutnya, penanganan terhadap Sungai Citarum penting dilakukan, melihat kondisi sungai yang kurang bagus. Meski demikian, kondisinya saat ini memang sudah lebih baik. Sampah besar seperti tempat tidur, meja, dan barang elektronik sudah mulai berkurang.
Lebih lanjut dia menjelaskan, di Cibereum dan Kertasari, Unpas juga melakukan pelatihan teknologi pengolahan limbah sayur. Selama ini, limbah sayur seperti tomat, kol, wortel yang busuk atau tidak terjual dibuang begitu saja. Limbah menyebabkan bau busuk dan mengotori lingkungan.
"Kami memberi pelatihan teknologi pengolahan limbah sayur untuk diolah menjadi pelet. Hasilnya cukup bagus, limbah sayur bisa bermanfaat bagi masyarakat."
Rektor Unpas Eddy Yusuf mengatakan, melalui Lembaga Pengadian Masyarakat (LPM) Unpas, pihaknya sejak tahun 2012 aktif melakukan upaya pelestarian lingkungan di hulu Sungai Citarum. Mereka melakukan penanaman pohon alpukat di Kampung Neglasari, Kabupaten Bandung.
"Kepedulian Unpas terhadap kondisi lingkungan di sekitar hulu Citarum sudah dilakukan sejak lama, tepatnya mulai tahun 2012 lalu. Sampai saat ini, 22.000 pohon alpukat telah tumbuh dan 6.000 masih di dalam polybag," kata Eddy kepada KORAN SINDO di Kampus Pascasarjana Unpas, Jalan Sumatera, Kota Bandung, kemarin.
Menurut dia, jumlah biji yang ditanam Unpas mencapai 132.000 biji. Namun, dari jumlah itu hanya 30% yang tumbuh. Sementara sisanya mati. Pohon alpukat itu hingga kini terus dijaga agar tumbuh besar.
Program pelestarian hulu Citarum, kata dia, dilakukan oleh seluruh sivitas akademik Unpas. Sementara untuk mahasiswa baru, pihaknya mewajibkan membawa lima biji alpukat per mahasiswa. Setiap tahun, Unpas menerima 4.500 mahasiswa baru.
"Sebelum pemerintah gencar melakukan penyelamatan Citarum, kami sudah sejak lama melakukan upaya pelestarian di hulu. Kami menilai, penyelamatan hulu sangat penting untuk menjaga ekosistem lingkungan di hilir," beber dia.
Komitmen Unpas melestarian hulu Sungai Citarum dilatarbelakangi kondisi lingkungan di DAS Citarum. Sedimentasi menyebabkan banjir di bagian huluu. Begitu juga limbah dan sampah warga menyebabkan kondisi air sungai tidak sehat dan menimbulkan penyakit.
Menurut Eddy, dipilihnya pohon alpukat karena sifatnya yang kokoh dan bisa mengikat tanah. Minimnya pohon yang bisa mengikat tanah di hulu, membuat tanah masuk ke sungai. Akibatnya, terjadi pendangkalan di sungai dan banjir pun datang.
"Selama ini, penanganan terhadap bencana banjir akibat meluapnya sungai lebih banyak dilakukan di lokasi bencana. Kami berpikir, lebih baik memperbaiki sumber atau penyebab dari bencana itu. Makanya kami pilih di hulu," beber dia.
Dia mengatakan, Unpas bekerja sama dengan Perhutani sebagai pemilik tanah. Selain ditanami pohon alpukat, nantinya di sela-sela lahan bisa ditanami tanaman jangka pendek.
Selain melakukan pelestarian di hulu Citarum, Unpas juga terlibat menjaga Citarum di Sektor 6. "Untuk program ini, ke depan bisa melibatkan semua perguruan tinggi. Mereka bisa dikerahkan ke semua sektor," beber dia.
Menurutnya, penanganan terhadap Sungai Citarum penting dilakukan, melihat kondisi sungai yang kurang bagus. Meski demikian, kondisinya saat ini memang sudah lebih baik. Sampah besar seperti tempat tidur, meja, dan barang elektronik sudah mulai berkurang.
Lebih lanjut dia menjelaskan, di Cibereum dan Kertasari, Unpas juga melakukan pelatihan teknologi pengolahan limbah sayur. Selama ini, limbah sayur seperti tomat, kol, wortel yang busuk atau tidak terjual dibuang begitu saja. Limbah menyebabkan bau busuk dan mengotori lingkungan.
"Kami memberi pelatihan teknologi pengolahan limbah sayur untuk diolah menjadi pelet. Hasilnya cukup bagus, limbah sayur bisa bermanfaat bagi masyarakat."
(zik)