Diterjang Banjir Bandang, Jembatan di Pemalang Tak Bisa Dilintasi
A
A
A
PEMALANG - Hujan deras beberapa hari terakhir menyebabkan sungai banjir besar. Bahkan terjadi banjir bandang di wilayah Desa Kajene Kecamatan Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis pagi (26/4/2018).
Akibat banjir bandang ini, jembatan penghubung di Desa Kejene dan Kalitorong Randudongkal ini tak bisa digunakan lagi. Kondisi jembatan rusak parah sisi timur dan barat putus, tiang penyangga dan pondasi juga ambrol.
Hujan deras yang membawa material bambu dan kayu tersangkut di jembatan membuat air terhambat. Hal ini mengakibatkan pondasi dan badan jembatan sepanjang 15 meter tergerus air sehingga jembatan tidak utuh lagi.
Akibat musibah ini, warga Dukuh Beber Desa Kejene harus mencari jalan lain sejauh belasan kilometer. Namun untuk jalan kaki jika bisa menyeberang sungai, namun kondisi air banjir masih membahayakan keselamatan.
“Air sungai meluap dan terjadi banjir bandang menerjang jembatan ini. Kami tidak bisa melintas di atas jembatan lagi dan terpaksa menyeberang langsung di sungai. Jika pakai sepeda motor atau mobil, terpaksa memutar belasan kilometer,” kata Sarti, warga Kejene, Kamis (26/4/2018).
Jaenudin, Kepala Desa Kejene mengatakan, dengan putusnya jembatan membuat akses desa terputus. Pihaknya sudah melaporkan hal ini ke Bupati Pemalang, agar secepatnya diperbaiki.
“Banjir besar ini baru pertama kali terjadi. Kami sudah melaporkan kejadian putusnya jembatan ini ke Bupati Pemalang agar bisa diperbaiki. Kami harapkan tidak terlalu lama, karena jembatan ini akses utama agar desa tidak terisolir,” jelas Jaenudi, Kepala Desa Kejene.
Jembatan ini dibangun tahun 2012 dengan dana bantuan desa dan ditambah swadaya masyarakat. Dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga bulan untuk membangun jembatan lagi agar bisa menghubungkan antardesa tersebut.
Akibat banjir bandang ini, jembatan penghubung di Desa Kejene dan Kalitorong Randudongkal ini tak bisa digunakan lagi. Kondisi jembatan rusak parah sisi timur dan barat putus, tiang penyangga dan pondasi juga ambrol.
Hujan deras yang membawa material bambu dan kayu tersangkut di jembatan membuat air terhambat. Hal ini mengakibatkan pondasi dan badan jembatan sepanjang 15 meter tergerus air sehingga jembatan tidak utuh lagi.
Akibat musibah ini, warga Dukuh Beber Desa Kejene harus mencari jalan lain sejauh belasan kilometer. Namun untuk jalan kaki jika bisa menyeberang sungai, namun kondisi air banjir masih membahayakan keselamatan.
“Air sungai meluap dan terjadi banjir bandang menerjang jembatan ini. Kami tidak bisa melintas di atas jembatan lagi dan terpaksa menyeberang langsung di sungai. Jika pakai sepeda motor atau mobil, terpaksa memutar belasan kilometer,” kata Sarti, warga Kejene, Kamis (26/4/2018).
Jaenudin, Kepala Desa Kejene mengatakan, dengan putusnya jembatan membuat akses desa terputus. Pihaknya sudah melaporkan hal ini ke Bupati Pemalang, agar secepatnya diperbaiki.
“Banjir besar ini baru pertama kali terjadi. Kami sudah melaporkan kejadian putusnya jembatan ini ke Bupati Pemalang agar bisa diperbaiki. Kami harapkan tidak terlalu lama, karena jembatan ini akses utama agar desa tidak terisolir,” jelas Jaenudi, Kepala Desa Kejene.
Jembatan ini dibangun tahun 2012 dengan dana bantuan desa dan ditambah swadaya masyarakat. Dibutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga bulan untuk membangun jembatan lagi agar bisa menghubungkan antardesa tersebut.
(rhs)