Trauma Gempa, Ratusan Warga Bertahan di Pengungsian
A
A
A
BANJARNEGARA - Ratusan warga korban gempa bumi di Kecamatan Kalibeling, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, masih bertahan di pengungsian karena khawatir kembali terjadi gempa susulan. Mereka kebanyakan perempuan tua, ibu hamil, dan anak-anak merasa lebih nyaman dengan berkumpul bersama warga lainnya di pengungsian ketika menghadapi detik-detik guncangan gempa.
Nenek Dakemi (90) yang tinggal pengungsian di Desa Kasinoman, Kecamatan Kalibening, mengaku belum berani pulang ke rumah setelah gempa berkekuatan 4,4 SR pada Rabu 18 April pukul 13.28 WIB. Selama lima hari dia bertahan di tenda pengungsian bersama anak, cucu, dan cicitnya.
"Sebenarnya ingin pulang ke rumah. Kalau malam di tenda (pengungsi) dingin, kadang hujan juga. Mudah-mudahan ada bantuan pemerintah untuk rumah kami yang rusak," tutur Dakemi, Senin (22/4/2018).
Penuturan serupa disampaikan seorang ibu dengan balita, Samirah (25). Dia tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir saat tim Kementerian Sosial menyalaminya. Sambil menggendong anak semata wayangnya Hikam (5), dia menuturkan dengan terbata-bata saat gempa tengah menidurkan anaknya.
"Saya di kamar bersama anak saya, nenek ada di dapur. Saya panik melihat lantai dan tempat tidur terguncang-guncang. Spontan saya bangun dan lari ke depan. Nenek jatuh di dapur dan baru bisa keluar rumah setelah gempa berhenti," tuturnya sambil terisak.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, menginstruksikan, Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Tim Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial meningkatkan kewaspadaan dan mengutamakan perlindungan terhadap warga. Apalagi gempa bumi susulan yang masih terus terjadi.
"Terutama perlindungan kepada kelompok rentan yakni ibu hamil, lansia, anak-anak dan penyandang disabilitas," kata Harry di sela meninjau proses penanganan kebencanaan gempa bumi di Posko Pengungsi Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.
Hingga hari kelima setelah gempa, Kementerian Sosial terus menjalankan pelayanan Dapur Umum yang dibuka di delapan titik. Setiap hari disediakan 7.500 nasi bungkus untuk memenuhi kebutuhan pokok makan pengungsi dan relawan.
Nenek Dakemi (90) yang tinggal pengungsian di Desa Kasinoman, Kecamatan Kalibening, mengaku belum berani pulang ke rumah setelah gempa berkekuatan 4,4 SR pada Rabu 18 April pukul 13.28 WIB. Selama lima hari dia bertahan di tenda pengungsian bersama anak, cucu, dan cicitnya.
"Sebenarnya ingin pulang ke rumah. Kalau malam di tenda (pengungsi) dingin, kadang hujan juga. Mudah-mudahan ada bantuan pemerintah untuk rumah kami yang rusak," tutur Dakemi, Senin (22/4/2018).
Penuturan serupa disampaikan seorang ibu dengan balita, Samirah (25). Dia tak mampu menahan air matanya yang terus mengalir saat tim Kementerian Sosial menyalaminya. Sambil menggendong anak semata wayangnya Hikam (5), dia menuturkan dengan terbata-bata saat gempa tengah menidurkan anaknya.
"Saya di kamar bersama anak saya, nenek ada di dapur. Saya panik melihat lantai dan tempat tidur terguncang-guncang. Spontan saya bangun dan lari ke depan. Nenek jatuh di dapur dan baru bisa keluar rumah setelah gempa berhenti," tuturnya sambil terisak.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, menginstruksikan, Taruna Siaga Bencana (Tagana) dan Tim Dukungan Psikososial (LDP) Kementerian Sosial meningkatkan kewaspadaan dan mengutamakan perlindungan terhadap warga. Apalagi gempa bumi susulan yang masih terus terjadi.
"Terutama perlindungan kepada kelompok rentan yakni ibu hamil, lansia, anak-anak dan penyandang disabilitas," kata Harry di sela meninjau proses penanganan kebencanaan gempa bumi di Posko Pengungsi Kecamatan Kalibening, Kabupaten Banjarnegara.
Hingga hari kelima setelah gempa, Kementerian Sosial terus menjalankan pelayanan Dapur Umum yang dibuka di delapan titik. Setiap hari disediakan 7.500 nasi bungkus untuk memenuhi kebutuhan pokok makan pengungsi dan relawan.
(wib)