Sebulan, Tujuh Sapi di Blitar Mati Mendadak
A
A
A
BLITAR - Satu bulan terakhir, sedikitnya tujuh ekor sapi milik warga Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, mati mendadak. Sapi mati dengan ciri-ciri yang sama, yakni mengeluarkan ingus terus-menerus, demam tinggi, tidak suka makan, ambruk, lalu mati.
"Dari gejala hingga mati hanya berselang tiga hari, sapi sudah mati," ungkap Mujiasri (46), salah satu warga Desa Purwokerto yang sapinya mati.
Mujiasri menceritakan, sapinya baru beranak sebulan yang lalu. Pada hari Rabu pekan lalu, sapinya mengeluarkan ingus secara terus-menerus yang juga disertai demam. Keesokan harinya sapi miliknya ambruk, dan pada hari Jumat lalu mati. Ia sempat berupaya untuk memanggilkan dokter hewan, namun sapinya tidak tertolong.
Karena khawatir ada penyakit yang menular, ia pun langsung menguburkannya di belakang kandang miliknya. "Takut menular ke anaknya, karena anaknya masih kecil," ungkapnya.
Mujiasri menjelaskan, sedikitnya ada tujuh sapi yang sakit mendadak. Bahkan sebagian warga malah memilih untuk menjual sapi saat sapi itu dalam keadaan sekarat.
"Ada juga milik tetangga yang dijual saat sakit, meskipun harganya lebih murah dibandingkan sapi sehat dan normal," jelasnya.
Suyanto, salah satu tetangga Mujiasri mengaku, sapi miliknya juga mati dengan gejala yang sama dengan sapi milik Mujiasri. Meski sempat diberikan obat oleh dokter hewan, sapinya tetap mati juga. Ia pun memilih untuk menguburnya. "Sudah mati, mau diapakan lagi, Mas."
Dia mengatakan bahwa di Desa Purwokerto sedikitnya ada tujuh sapi yang mati dengan ciri-ciri yang sama. Tidak semua sapi yang mati dikubur. Sebagian dijual ke jagal sapi yang ada di sekitarnya.
"Dari gejala hingga mati hanya berselang tiga hari, sapi sudah mati," ungkap Mujiasri (46), salah satu warga Desa Purwokerto yang sapinya mati.
Mujiasri menceritakan, sapinya baru beranak sebulan yang lalu. Pada hari Rabu pekan lalu, sapinya mengeluarkan ingus secara terus-menerus yang juga disertai demam. Keesokan harinya sapi miliknya ambruk, dan pada hari Jumat lalu mati. Ia sempat berupaya untuk memanggilkan dokter hewan, namun sapinya tidak tertolong.
Karena khawatir ada penyakit yang menular, ia pun langsung menguburkannya di belakang kandang miliknya. "Takut menular ke anaknya, karena anaknya masih kecil," ungkapnya.
Mujiasri menjelaskan, sedikitnya ada tujuh sapi yang sakit mendadak. Bahkan sebagian warga malah memilih untuk menjual sapi saat sapi itu dalam keadaan sekarat.
"Ada juga milik tetangga yang dijual saat sakit, meskipun harganya lebih murah dibandingkan sapi sehat dan normal," jelasnya.
Suyanto, salah satu tetangga Mujiasri mengaku, sapi miliknya juga mati dengan gejala yang sama dengan sapi milik Mujiasri. Meski sempat diberikan obat oleh dokter hewan, sapinya tetap mati juga. Ia pun memilih untuk menguburnya. "Sudah mati, mau diapakan lagi, Mas."
Dia mengatakan bahwa di Desa Purwokerto sedikitnya ada tujuh sapi yang mati dengan ciri-ciri yang sama. Tidak semua sapi yang mati dikubur. Sebagian dijual ke jagal sapi yang ada di sekitarnya.
(zik)