Pemkab Katingan Programkan Pencegahan Stunting Bersama Tim PKGBM
A
A
A
KATINGAN - Penderita stunting atau anak kurang gizi kronis di Tanah Air saat ini masih cukup tinggi. Di masa dewasa, anak stunting berpotensi memperoleh pendapatan 20 persen lebih rendah dan mudah terserang penyakit sehingga produktivitasnya menurun. Stunting juga mengakibatkan kerugian negara hingga Rp300 triliun per tahun.
Karena itu, stunting perlu mendapat perhatian serius. Di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, program pencegahan stunting saat ini telah resmi menjadi bagian dari program pemerintah daerah setempat.
Untuk mencegah stunting dengan pendekatan terintegrasi, Pemkab Katingan merangkul tim Proyek Kesehatan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM). Hal ini mencakup sisi supply atau penyedia layanan kesehatan, demand atau orang tua, serta kampanye publik untuk menjangkau masyarakat luas.
PKGBM merupakan kontribusi Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia) untuk mendukung Pemerintah Indonesia menurunkan angka stunting nasional dari 37 persen menjadi 29 persen pada 2019.
Untuk memastikan keberlanjutan program, tim PKGBM telah bekerja sama dengan Pemkab Katingan dalam menyusun Rencana Aksi Daerah tentang Pangan dan Gizi (RADPG). Tim memberikan pelatihan teknis seputar stunting, menganalisa data, dan memfinalisasi rencana aksi.
"Faktor untuk bisa menjadi sukses, tentu kita bicara dulu sistem,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Katingan, Wim Ngantung, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Jumat (23/3/2018)
Setelah sistem diciptakan, lanjut dia, maka di dalam sistem itu disusun dasar-dasar regulasi. Selanjutnya menyiapkan sumber daya manusianya. Bidan dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan stunting.
Untuk memperkuat sisi supply atau penyedia layanan, PKGBM melatih tenaga kesehatan agar mampu memberikan konseling berkualitas seputar Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Topik pelatihan, antara lain pilihan makanan bergizi semasa hamil hingga anak berusia balita. Selain itu, keterampilan interpersonal para tenaga kesehatan juga ditingkatkan agar pendekatan mereka kepada ibu dan ayahlebih efektif.
"Orang tua yang sudah ikut konseling lebih mudah memahami pesan-pesan pencegahan stunting," ujar Bidan Neni Tri Wahyuni, salah satu tenaga konseling ke rumah penduduk.
Menurut dia, kelas-kelas untuk para ibu dan para bapak juga dijadikan ajang menambah pengetahuanpara orang tua atau sisi demand dalam upaya mencegah stunting. Para ibu dan ayah dapat bertanya,berbagi masalah dan meningkatkan keterampilan mereka dalam mengasuh anak. Para bidan juga didorong untuk mempromosikan gizi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik, seperti lomba memasak dan kuis-kuis.
Perubahan positif sudah mulai tampak di masyarakat, misalnya sebagian besar orang tua yang sebelumnya masih asing dengan istilah stunting. Mereka juga menganggap tinggi badan rendah, yang merupakan salah satu ciri stunting, semata-mata disebabkan keturunan.
Setelah mengikuti kegiatan konseling, kelas ibu-ayah, dan terpapar kampanye publik, orang tua semakin memahami kaitan antara gizi, kebersihan lingkungan, dan pencegahan stunting.
Kampanye komunikasi gizi nasional yang merupakan salah satu komponen PKGBM, sengaja digalakkan untuk membangun kesadaran masyarakat di provinsi target. Hal ini sebagai langkah awal untuk mengubah perilaku terkait gizi dan pencegahan stunting.
Selain komunikasi tatap muka, kampanye juga dilakukan melalui siaran televisi, radio, media sosial, dan materi-materi sosialisasi dengan pesan yang mudah dicerna masyarakat luas.
Sinergi yang melibatkan banyak pihak terbukti efektif dalam melaksanakan kampanye publik dan advokasi. Pendekatan yang melibatkan level akar rumput hingga pengambil keputusan di pemerintahan telah berhasil menyatukan inisiatif berbagai pihak hingga berdampak positif pada hasil-hasil program.
"Yang terpenting adalah komitmen bersama dan menyadarkan bahwa semua pihak memahami ini adalah masalah tentang generasi masa depan. Kita harus berjuang, kita harus bersaingdengan negara lain," kata Kepala Pengembangan Masyarakat Kabupaten Katingan, Hotden Manalu.
Stunting merupakan hambatan pertumbuhan pada anak yang disebabkan kurang gizi sejak bayi di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Kemampuan kognitif para penderita stunting juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi perorangan dan masyarakat Indonesia.
Karena itu, stunting perlu mendapat perhatian serius. Di Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah, program pencegahan stunting saat ini telah resmi menjadi bagian dari program pemerintah daerah setempat.
Untuk mencegah stunting dengan pendekatan terintegrasi, Pemkab Katingan merangkul tim Proyek Kesehatan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM). Hal ini mencakup sisi supply atau penyedia layanan kesehatan, demand atau orang tua, serta kampanye publik untuk menjangkau masyarakat luas.
PKGBM merupakan kontribusi Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-Indonesia) untuk mendukung Pemerintah Indonesia menurunkan angka stunting nasional dari 37 persen menjadi 29 persen pada 2019.
Untuk memastikan keberlanjutan program, tim PKGBM telah bekerja sama dengan Pemkab Katingan dalam menyusun Rencana Aksi Daerah tentang Pangan dan Gizi (RADPG). Tim memberikan pelatihan teknis seputar stunting, menganalisa data, dan memfinalisasi rencana aksi.
"Faktor untuk bisa menjadi sukses, tentu kita bicara dulu sistem,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Katingan, Wim Ngantung, dalam keterangan tertulisnya yang diterima, Jumat (23/3/2018)
Setelah sistem diciptakan, lanjut dia, maka di dalam sistem itu disusun dasar-dasar regulasi. Selanjutnya menyiapkan sumber daya manusianya. Bidan dan tenaga kesehatan merupakan ujung tombak dalam upaya pencegahan stunting.
Untuk memperkuat sisi supply atau penyedia layanan, PKGBM melatih tenaga kesehatan agar mampu memberikan konseling berkualitas seputar Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA). Topik pelatihan, antara lain pilihan makanan bergizi semasa hamil hingga anak berusia balita. Selain itu, keterampilan interpersonal para tenaga kesehatan juga ditingkatkan agar pendekatan mereka kepada ibu dan ayahlebih efektif.
"Orang tua yang sudah ikut konseling lebih mudah memahami pesan-pesan pencegahan stunting," ujar Bidan Neni Tri Wahyuni, salah satu tenaga konseling ke rumah penduduk.
Menurut dia, kelas-kelas untuk para ibu dan para bapak juga dijadikan ajang menambah pengetahuanpara orang tua atau sisi demand dalam upaya mencegah stunting. Para ibu dan ayah dapat bertanya,berbagi masalah dan meningkatkan keterampilan mereka dalam mengasuh anak. Para bidan juga didorong untuk mempromosikan gizi dengan kegiatan-kegiatan yang lebih menarik, seperti lomba memasak dan kuis-kuis.
Perubahan positif sudah mulai tampak di masyarakat, misalnya sebagian besar orang tua yang sebelumnya masih asing dengan istilah stunting. Mereka juga menganggap tinggi badan rendah, yang merupakan salah satu ciri stunting, semata-mata disebabkan keturunan.
Setelah mengikuti kegiatan konseling, kelas ibu-ayah, dan terpapar kampanye publik, orang tua semakin memahami kaitan antara gizi, kebersihan lingkungan, dan pencegahan stunting.
Kampanye komunikasi gizi nasional yang merupakan salah satu komponen PKGBM, sengaja digalakkan untuk membangun kesadaran masyarakat di provinsi target. Hal ini sebagai langkah awal untuk mengubah perilaku terkait gizi dan pencegahan stunting.
Selain komunikasi tatap muka, kampanye juga dilakukan melalui siaran televisi, radio, media sosial, dan materi-materi sosialisasi dengan pesan yang mudah dicerna masyarakat luas.
Sinergi yang melibatkan banyak pihak terbukti efektif dalam melaksanakan kampanye publik dan advokasi. Pendekatan yang melibatkan level akar rumput hingga pengambil keputusan di pemerintahan telah berhasil menyatukan inisiatif berbagai pihak hingga berdampak positif pada hasil-hasil program.
"Yang terpenting adalah komitmen bersama dan menyadarkan bahwa semua pihak memahami ini adalah masalah tentang generasi masa depan. Kita harus berjuang, kita harus bersaingdengan negara lain," kata Kepala Pengembangan Masyarakat Kabupaten Katingan, Hotden Manalu.
Stunting merupakan hambatan pertumbuhan pada anak yang disebabkan kurang gizi sejak bayi di dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Kemampuan kognitif para penderita stunting juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka panjang bagi perorangan dan masyarakat Indonesia.
(thm)