Tingkat Lakalantas di Jabar Masih Tinggi
A
A
A
BANDUNG - Tingkat kecelakaan lalu lintas (lakalantas) di Jawa Barat masih tinggi. Rata-rata 5-6 orang meninggal dunia akibat lakalantas. Dalam upaya untuk menekan tingkat lakalantas itu, Polda Jawa Barat (Jabar) menggelar Gebyar Operasi Keselamatan Lodaya 2018 di kawasan car free day (CFD), perempatan Cikpayang, Jalan Ir H Djuanda (Dago), Kota Bandung, Minggu (18/3/2018).
Pada kesempatan itu, Kapolda memberikan bantuan tongkat, kursi roda, dan kaki palsu dan santunan kepada anak-anak yatim yang menjadi korban kecelakaan lalulintas.
Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan, pihaknya prihatin tingkat laka lantas di Jabar masih tinggi. Dalam dua pekan Operasi Keselamatan Lodaya 2018 yang digelar 5 Maret hingga 25 Maret, tingkat kecelakaan naik 4%.
Terdapat dua kasus kecelakaan yang menonjol, yakni di Tanjakan Emen pada 14 Maret (empat korban luka berat) dan Tol Cikopo Palimanan (Cipali) pada Sabtu 17 Maret 2018 dengan korban enam orang meninggal dunia.
Untuk menekan angka kecelakaan di tanjakan/turunan Emen, empat pilar keselamatan lalu lintas, Bappeda, Dinas PU, Dishub, Polda, dan Dinkes Jabar, berencana membangun jalur darurat. Sehingga, jika sopir merasa kendaraannya mengalami gangguan, bisa mengalihkan kendaraannya ke jalur itu.
Dirlantas Polda Jabar Kombes Pol Prahoro Triwahyono mengatakan, kenaikan 4% itu sekitar 20 kasus dari total jumlah kecelakaan selama 2018. Yang paling menonjol terjadi di tanjakan/turunan Emen dan Tol Cipali.
“Kecelakaan di Cipali itu korbannya banyak, enam orang meninggal dunia. Penyebabnya faktor manusia. Sopir ngantuk dan melajukan kendaraan di atas batas kecepatan yang diperbolehkan 80 kilometer per jam. Berdasarkan olah TKP dan penyidikan, sopir melajukan kendaraannya dengan kecepatan 120 kilometer per jam,” kata Prahoro.
Prahoro mengemukakan, dalam Operasi Keselamatan Lodaya 2018, pihaknya lebih mengutamakan edukasi tentang keselamatan berlalu lintas kepada masyarakat dibanding penindakan. Yang melakukan pelanggaran ringan hanya diberikan teguran. “Sebanyak 27.000 lebih pengendara sudah kami berikan selama operasi keselamatan digelar,” ujar dia.
Selama 2017, ungkap Prahoro, sebanyak 2.317 orang meninggal dunia di jalan raya di wilayah Jawa Barat. Jika dirata-ratakan, 5-6 orang tewas di jalan setiap hari. Ribuan korban tersebut meregang nyawa akibat menjadi korban 6.853 kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama satu tahun.
Jumlah korban tewas pada 2017 justru naik 33,69% atau 584 orang dibanding 2016 yang hanya 1.733 orang tewas akibat lakalantas. Sebagian besar korban meninggal dan cacat permanen akibat kecelakaan itu usia produktif antara 20-50 tahun dengan persentase 55,8% dari total korban lakalantas.
Sedangkan jumlah korban luka berat pada 2017 turun 29,36 % (648 orang) dari 2.207 orang pada 2016 menjadi 1.559 orang pada 2017. Korban luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas pada 2017 turun 5,68 % atau 445 orang dari 7.834 orang pada 2016 menjadi 7.389 orang pada 2017.
Sedangkan jumlah kasus pelanggaran lalu lintas pada 2017 pun turun sebesar 0,87 % (2.807 kasus) dari 321.243 kasus pada 2016 menjadi 318.436 kasus pada 2017.
Pada kesempatan itu, Kapolda memberikan bantuan tongkat, kursi roda, dan kaki palsu dan santunan kepada anak-anak yatim yang menjadi korban kecelakaan lalulintas.
Kapolda Jabar Irjen Pol Agung Budi Maryoto mengatakan, pihaknya prihatin tingkat laka lantas di Jabar masih tinggi. Dalam dua pekan Operasi Keselamatan Lodaya 2018 yang digelar 5 Maret hingga 25 Maret, tingkat kecelakaan naik 4%.
Terdapat dua kasus kecelakaan yang menonjol, yakni di Tanjakan Emen pada 14 Maret (empat korban luka berat) dan Tol Cikopo Palimanan (Cipali) pada Sabtu 17 Maret 2018 dengan korban enam orang meninggal dunia.
Untuk menekan angka kecelakaan di tanjakan/turunan Emen, empat pilar keselamatan lalu lintas, Bappeda, Dinas PU, Dishub, Polda, dan Dinkes Jabar, berencana membangun jalur darurat. Sehingga, jika sopir merasa kendaraannya mengalami gangguan, bisa mengalihkan kendaraannya ke jalur itu.
Dirlantas Polda Jabar Kombes Pol Prahoro Triwahyono mengatakan, kenaikan 4% itu sekitar 20 kasus dari total jumlah kecelakaan selama 2018. Yang paling menonjol terjadi di tanjakan/turunan Emen dan Tol Cipali.
“Kecelakaan di Cipali itu korbannya banyak, enam orang meninggal dunia. Penyebabnya faktor manusia. Sopir ngantuk dan melajukan kendaraan di atas batas kecepatan yang diperbolehkan 80 kilometer per jam. Berdasarkan olah TKP dan penyidikan, sopir melajukan kendaraannya dengan kecepatan 120 kilometer per jam,” kata Prahoro.
Prahoro mengemukakan, dalam Operasi Keselamatan Lodaya 2018, pihaknya lebih mengutamakan edukasi tentang keselamatan berlalu lintas kepada masyarakat dibanding penindakan. Yang melakukan pelanggaran ringan hanya diberikan teguran. “Sebanyak 27.000 lebih pengendara sudah kami berikan selama operasi keselamatan digelar,” ujar dia.
Selama 2017, ungkap Prahoro, sebanyak 2.317 orang meninggal dunia di jalan raya di wilayah Jawa Barat. Jika dirata-ratakan, 5-6 orang tewas di jalan setiap hari. Ribuan korban tersebut meregang nyawa akibat menjadi korban 6.853 kecelakaan lalu lintas yang terjadi selama satu tahun.
Jumlah korban tewas pada 2017 justru naik 33,69% atau 584 orang dibanding 2016 yang hanya 1.733 orang tewas akibat lakalantas. Sebagian besar korban meninggal dan cacat permanen akibat kecelakaan itu usia produktif antara 20-50 tahun dengan persentase 55,8% dari total korban lakalantas.
Sedangkan jumlah korban luka berat pada 2017 turun 29,36 % (648 orang) dari 2.207 orang pada 2016 menjadi 1.559 orang pada 2017. Korban luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas pada 2017 turun 5,68 % atau 445 orang dari 7.834 orang pada 2016 menjadi 7.389 orang pada 2017.
Sedangkan jumlah kasus pelanggaran lalu lintas pada 2017 pun turun sebesar 0,87 % (2.807 kasus) dari 321.243 kasus pada 2016 menjadi 318.436 kasus pada 2017.
(rhs)