Sudirman Said: Korupsi Itu Budaya Kuno, Harus Ditinggalkan
A
A
A
SEMARANG - Calon Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Sudirman Said menyatakan, korupsi adalah budaya kuno dan pasti akan ditinggalkan. Di era informasi seperti saat ini, kejahatan sulit ditutupi dan dalam tempo yang singkat akan terungkap, termasuk korupsi.
“Korupsi itu kuno, harus ditinggalkan. Nanti korupsi itu seperti orang tidak pakai helm. Perlahan tapi pasti orang akan sungkan korupsi. Tidak korupsi akan menjadi budaya. Seperti kalau keluar rumah naik motor kan harus pakai helm. Bukan karena disuruh tapi karena kesadaran akan keselamatan diri dan keluarga,” tandas Sudirman di Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Rabu (13/3/2018).
Dia menyampaikan, saat ini durasi orang menyimpan kejahatan semakin pendek. Sosial media menjadi alat yang ampuh untuk mengungkap segala perbuatan manipulasi dan korupsi.
“Jadi sulit menyembunyikan kejahatan di era sekarang. Karena itu kalau ada yang masih mau korupsi dalam situasi seperti ini, orang itu sudah ketinggalan zaman, kuno,” katanya.
Meski begitu, saat menyampaikan kuliah umum di hadapan komuitas akademik Unissula, dia tidak setuju dengan wacana meninjau ulang pemilihan langsung kepala daerah yang dilontarkan pimpinan KPK. KPK berpendapat besarnya biaya Pilkada langsung membuat korupsi tumbuh subur di daerah sehingga pilkada langsung perlu ditinjau ulang.
Sudirman menilai, jika wacana itu dijalankan maka akan terjadi kemunduran dalam proses demokrasi. Semestinya demokrasi terus maju dan diperbaiki prosesnya.
“Saya tidak setuju dengan wacana itu. Demokrasi tidak boleh ditarik ke belakang. Yang harus dilakukan adalah mendidik masyarakat untuk memilih kandidat yang bersih, memiliki integritas, dan berkompeten dalam Pilkada,” terang dia.
Pemimpin yang bersih, berintegritas, dan kompeten, akan bekerja semata-mata untuk kepentingan rakyat. Bekerja untuk menyejahterakan rakyat, karena tidak ada kepentingan pribadi dan kelompok.
“Karena itu jika Indonesia ingin maju harus ada pemimpin yang bersih di seluruh level kepemimpinan. Karena hanya pemimpin yang bersih dan kompeten yang mampu membereskan segala kerumitan, dan mampu memberikan kesejateraan yang lestari,” tandasnya.
“Korupsi itu kuno, harus ditinggalkan. Nanti korupsi itu seperti orang tidak pakai helm. Perlahan tapi pasti orang akan sungkan korupsi. Tidak korupsi akan menjadi budaya. Seperti kalau keluar rumah naik motor kan harus pakai helm. Bukan karena disuruh tapi karena kesadaran akan keselamatan diri dan keluarga,” tandas Sudirman di Kampus Universitas Islam Sultan Agung (Unissula), Semarang, Rabu (13/3/2018).
Dia menyampaikan, saat ini durasi orang menyimpan kejahatan semakin pendek. Sosial media menjadi alat yang ampuh untuk mengungkap segala perbuatan manipulasi dan korupsi.
“Jadi sulit menyembunyikan kejahatan di era sekarang. Karena itu kalau ada yang masih mau korupsi dalam situasi seperti ini, orang itu sudah ketinggalan zaman, kuno,” katanya.
Meski begitu, saat menyampaikan kuliah umum di hadapan komuitas akademik Unissula, dia tidak setuju dengan wacana meninjau ulang pemilihan langsung kepala daerah yang dilontarkan pimpinan KPK. KPK berpendapat besarnya biaya Pilkada langsung membuat korupsi tumbuh subur di daerah sehingga pilkada langsung perlu ditinjau ulang.
Sudirman menilai, jika wacana itu dijalankan maka akan terjadi kemunduran dalam proses demokrasi. Semestinya demokrasi terus maju dan diperbaiki prosesnya.
“Saya tidak setuju dengan wacana itu. Demokrasi tidak boleh ditarik ke belakang. Yang harus dilakukan adalah mendidik masyarakat untuk memilih kandidat yang bersih, memiliki integritas, dan berkompeten dalam Pilkada,” terang dia.
Pemimpin yang bersih, berintegritas, dan kompeten, akan bekerja semata-mata untuk kepentingan rakyat. Bekerja untuk menyejahterakan rakyat, karena tidak ada kepentingan pribadi dan kelompok.
“Karena itu jika Indonesia ingin maju harus ada pemimpin yang bersih di seluruh level kepemimpinan. Karena hanya pemimpin yang bersih dan kompeten yang mampu membereskan segala kerumitan, dan mampu memberikan kesejateraan yang lestari,” tandasnya.
(rhs)