Penumpang di Terminal Leuwipanjang Diajak Lawan Hoax
A
A
A
BANDUNG - Suasana kawasan Terminal Leuwipanjang, Kota Bandung, pada Senin (12/3/2018) tampak berbeda. Pagi itu, jajaran Polsek Bojongloa Kidul bersama tokoh agama dan masyarakat, menggelar apel perlawanan terhadap hoax (kabar bohong) yang marak beredar di media sosial.
Selama apel berlangsung, aktivitas di terminal besar Kota Bandung itu tetap berjalan. Bus-bus lalu lalang di dekat barisan peserta apel. Meski begitu, para peserta tak terganggu. Mereka tetap disiplin, berada dalam barisan mengikuti apel sampai selesai. Tampak hadir Camat Bojongloa Kidul Aniya Rahmawati dan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda KH Koko Khoiruman.
Apel dimulai dengan pembacaan lima poin deklarasi antihoax, yakni, Menolak segala bentuk berita bohong yang menimbulkan rasa kebencian, permusuhan berlatar belakang suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Menyampaikan berita yang benar sesuai fakta yang terjadi. Tidak menyebar berita hoax dan fitnah.
Kemudian, mengajak menggunakan media sosial secara bijak, santun, dan cerdas. Mendukung Polri menindak tegas pelaku penyebar hoax. Dan senantiasa menjaga situasi dan kondisi Kota Bandung, tetap aman, damai, dan kondusif.
Kapolsek Bojongloa Kidul Kompol Yuni Purwanti Kusuma Dewi, banyak mendengar dan membaca marak beredar kabar hoaks yang dapat memecah belah masyarakat. "Tokoh agama, Islam, Kristiani, Budha dan lain-lain harus bergandengan tangan melawan hoax. Kita sangat rugi jika mempercayai kabar bohong itu. Jadi jangan percaya hoax," kata Dewi.
Dewi mengemukakan, Terminal Leuwipanjang dipilih sebagai lokasi apel antihoaks karena terminal merupakan tempat bertemunya masyarakat dari berbagai daerah. "Ada undang-undang Infomasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Para penyebar hoax, ujaran kebencian, dan fitnah bisa dihukum. Jadi saya mengajak masyarakat untuk say no to hoax," tandas Dewi.
Seusai apel, Kapolsek dan Camat menyebarkan selebaran di dalam bus, menyapa para penumpang dan mengajak mereka untuk tak percaya hoax.
Selama apel berlangsung, aktivitas di terminal besar Kota Bandung itu tetap berjalan. Bus-bus lalu lalang di dekat barisan peserta apel. Meski begitu, para peserta tak terganggu. Mereka tetap disiplin, berada dalam barisan mengikuti apel sampai selesai. Tampak hadir Camat Bojongloa Kidul Aniya Rahmawati dan Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Huda KH Koko Khoiruman.
Apel dimulai dengan pembacaan lima poin deklarasi antihoax, yakni, Menolak segala bentuk berita bohong yang menimbulkan rasa kebencian, permusuhan berlatar belakang suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Menyampaikan berita yang benar sesuai fakta yang terjadi. Tidak menyebar berita hoax dan fitnah.
Kemudian, mengajak menggunakan media sosial secara bijak, santun, dan cerdas. Mendukung Polri menindak tegas pelaku penyebar hoax. Dan senantiasa menjaga situasi dan kondisi Kota Bandung, tetap aman, damai, dan kondusif.
Kapolsek Bojongloa Kidul Kompol Yuni Purwanti Kusuma Dewi, banyak mendengar dan membaca marak beredar kabar hoaks yang dapat memecah belah masyarakat. "Tokoh agama, Islam, Kristiani, Budha dan lain-lain harus bergandengan tangan melawan hoax. Kita sangat rugi jika mempercayai kabar bohong itu. Jadi jangan percaya hoax," kata Dewi.
Dewi mengemukakan, Terminal Leuwipanjang dipilih sebagai lokasi apel antihoaks karena terminal merupakan tempat bertemunya masyarakat dari berbagai daerah. "Ada undang-undang Infomasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Para penyebar hoax, ujaran kebencian, dan fitnah bisa dihukum. Jadi saya mengajak masyarakat untuk say no to hoax," tandas Dewi.
Seusai apel, Kapolsek dan Camat menyebarkan selebaran di dalam bus, menyapa para penumpang dan mengajak mereka untuk tak percaya hoax.
(rhs)