Kisah Sepasang Pohon Kayu Bakau yang Menjadi Nama Kabupaten di Sulbar
A
A
A
Sejarah berdirinya Kabupaten Pasangkayu berasal dari sepasang batang pohon kayu bakau atau mangrove yang berdiri sejak ratusan tahun lalu dan masih berdiri tegak hingga saat ini.
Sepasang pohon kayu bakau itu tegak berdiri di tepi Pantai Babia, Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Dahulu kala wilayah Kabupaten Pasangkayu belum ada penduduk. Lalu ikhwal cerita ada nelayan yang sedang berlayar, namun karena cuaca buruk akhirnya menyelamatkan diri dengan menambatkan kapalnya di dua batang pohon bakau atau mangrove tersebut.
Saat kapal ditambatkan di kayu yang berdiri sepasang tersebut, ajaibnya laut menjadi tenang. Sehingga nelayan tersebut berhasil selamat.
Selain itu, ada juga cerita kapal layar milik VOC Belanda yang menambatkan kapalnya di sepasang kayu pohon bakau tersebut.
Sehingga pada akhirnya wilayah ini dikenal dengan penyebutan nama sepasang kayu atau Pasangkayu.
Kemudian nama Pasangkayu diusulkan menjadi nama pengganti Kabupaten Mamuju Utara karena sudah dikenal sejak masa kapal dagang Belanda yang sering berniaga kopra dan kakao. Komoditas tersebut dijual hingga ke wilayah jauh sehingga nama Pasangkayu turut dikenal orang.
“Sejarahnya dahulu dinamakan Pasangkayu karena ada sepasang kayu mangrove sebagai penanda daerah ini. Sampai kini masih berdiri dua kayu tersebut. Nantinya sepasang kayu tersebut akan kami pugar lalu dijadikan ikon daerah,” kata Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa saat menjamu Koran SINDO di rumah dinas Kabupaten Pasangkayu di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis 15 Februari 2018 lalu.
Dia bercerita proses penggantian nama tersebut yang tidak mudah dan melalui banyak proses. Namun hal itu harus dilakukan demi sebuah identitas daerah yang tidak boleh setengah-setengah.
Selama ini masalah yang ditimbulkan nama terdahulu cukup signifikan. Banyak orang yang keliru membedakan Mamuju atau Mamuju Utara. Bahkan yang paling fatal adalah kesalahan dalam administrasi transfer dana daerah.
“Pernah ada tamu saya jemput di Bandara Palu, sedangkan dia mendarat di Mamuju. Sementara dari Mamuju ke Pasangkayu butuh 5 atau 6 jam perjalanan. Bahkan Pak Jokowi juga berpikir sudah sampai ke kabupaten saya karena tiba di Mamuju, padahal ternyata belum sampai,” cerita Agus tertawa.
Kabupaten Pasangkayu ini berhasil berdiri hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju melalui rekomendasi Provinsi Sulawesi Barat dan persetujuan kabupaten induk yaitu Kabupaten Mamuju.
Setelah melewati proses yang berjalan 1 tahun lebih, akhirnya berdirilah kabupaten pemekaran yang diberi nama Mamuju Utara pada 25 Februari 2003. Ada pun pencetus kabupaten pemekaran ini adalah duet Yaumil RM Ambo Djiwa dan Agus Ambo Djiwa, bersama tokoh-tokoh lainnya.
Meskipun sebenarnya pada awal pendirian kabupaten ini digagas oleh Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu, namun akhirnya menerima pemekaran dengan nama Mamuju Utara.
Alasannya karena ada persyaratan dari kabupaten induk (Mamuju) hanya mau memberikan persetujuan pemekaran apabila nama kabupaten pemekarannya bernama Mamuju Utara.
Seiring perjalanan, pada masa periode kedua pemerintahan Bupati Agus Ambo Djiwa mengusulkan perubahan nama Kabupaten Mamuju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu.
Hingga akhinya melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2017, pada tanggal 29 Desember 2017 nama Kabupatan Mamuju Utara resmi diubah menjadi Kabupaten Pasangkayu.
Sepasang pohon kayu bakau itu tegak berdiri di tepi Pantai Babia, Kelurahan Pasangkayu, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat.
Dahulu kala wilayah Kabupaten Pasangkayu belum ada penduduk. Lalu ikhwal cerita ada nelayan yang sedang berlayar, namun karena cuaca buruk akhirnya menyelamatkan diri dengan menambatkan kapalnya di dua batang pohon bakau atau mangrove tersebut.
Saat kapal ditambatkan di kayu yang berdiri sepasang tersebut, ajaibnya laut menjadi tenang. Sehingga nelayan tersebut berhasil selamat.
Selain itu, ada juga cerita kapal layar milik VOC Belanda yang menambatkan kapalnya di sepasang kayu pohon bakau tersebut.
Sehingga pada akhirnya wilayah ini dikenal dengan penyebutan nama sepasang kayu atau Pasangkayu.
Kemudian nama Pasangkayu diusulkan menjadi nama pengganti Kabupaten Mamuju Utara karena sudah dikenal sejak masa kapal dagang Belanda yang sering berniaga kopra dan kakao. Komoditas tersebut dijual hingga ke wilayah jauh sehingga nama Pasangkayu turut dikenal orang.
“Sejarahnya dahulu dinamakan Pasangkayu karena ada sepasang kayu mangrove sebagai penanda daerah ini. Sampai kini masih berdiri dua kayu tersebut. Nantinya sepasang kayu tersebut akan kami pugar lalu dijadikan ikon daerah,” kata Bupati Pasangkayu Agus Ambo Djiwa saat menjamu Koran SINDO di rumah dinas Kabupaten Pasangkayu di kawasan Senayan, Jakarta, Kamis 15 Februari 2018 lalu.
Dia bercerita proses penggantian nama tersebut yang tidak mudah dan melalui banyak proses. Namun hal itu harus dilakukan demi sebuah identitas daerah yang tidak boleh setengah-setengah.
Selama ini masalah yang ditimbulkan nama terdahulu cukup signifikan. Banyak orang yang keliru membedakan Mamuju atau Mamuju Utara. Bahkan yang paling fatal adalah kesalahan dalam administrasi transfer dana daerah.
“Pernah ada tamu saya jemput di Bandara Palu, sedangkan dia mendarat di Mamuju. Sementara dari Mamuju ke Pasangkayu butuh 5 atau 6 jam perjalanan. Bahkan Pak Jokowi juga berpikir sudah sampai ke kabupaten saya karena tiba di Mamuju, padahal ternyata belum sampai,” cerita Agus tertawa.
Kabupaten Pasangkayu ini berhasil berdiri hasil pemekaran dari Kabupaten Mamuju melalui rekomendasi Provinsi Sulawesi Barat dan persetujuan kabupaten induk yaitu Kabupaten Mamuju.
Setelah melewati proses yang berjalan 1 tahun lebih, akhirnya berdirilah kabupaten pemekaran yang diberi nama Mamuju Utara pada 25 Februari 2003. Ada pun pencetus kabupaten pemekaran ini adalah duet Yaumil RM Ambo Djiwa dan Agus Ambo Djiwa, bersama tokoh-tokoh lainnya.
Meskipun sebenarnya pada awal pendirian kabupaten ini digagas oleh Komite Aksi Pembentukan Kabupaten Pasangkayu, namun akhirnya menerima pemekaran dengan nama Mamuju Utara.
Alasannya karena ada persyaratan dari kabupaten induk (Mamuju) hanya mau memberikan persetujuan pemekaran apabila nama kabupaten pemekarannya bernama Mamuju Utara.
Seiring perjalanan, pada masa periode kedua pemerintahan Bupati Agus Ambo Djiwa mengusulkan perubahan nama Kabupaten Mamuju Utara menjadi Kabupaten Pasangkayu.
Hingga akhinya melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 61 Tahun 2017, pada tanggal 29 Desember 2017 nama Kabupatan Mamuju Utara resmi diubah menjadi Kabupaten Pasangkayu.
(sms)