Harimau Pemangsa Manusia Jadi Incaran Pemburu Gelap
A
A
A
PEKANBARU - Petugas gabungan sedang berusaha menangkap harimau pemangsa manusia di Pelangiran Kabupaten Inhil, Riau untuk dievakuasi ke tempat yang aman. Namun, ternyata tidak hanya petugas, harimau Sumatera itu juga dicari oleh pemburu gelap.
Kemunculan para pemburu harimau ini ditandai dengan banyaknya penemuan jerat yang terpasang di lokasi perusahaan sawit PT PTIP di Pelangiran. Lokasinya tidak terlalu jauh dari penerkaman warga bernama Jumiati.
"Petugas di lapangan banyak menemukan jerat yang dipasang oleh para pemburu. Jumlahnya sangat banyak ada beberapa titik," ucap Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA) Riau, Dian Indriati, Rabu (21/2/2018).
Perangkat untuk harimau ini kebanyakan terbuat dari sling atau uliaran kawat besar. Jika ini mengenai harimau atau satwa lain sangat membahayakan selain itu ada juga jebakan dari uliran tali atom. Petugas saat ini sudah membersihkan sejumlah 'ranjau' untuk harimau.
Sejauh ini petugas belum mendeteksi siapa pemburu gelap yang akan menangkap harimau Sumatera tersebut. Petugas memperkirakan masih banyak jebakan untuk harimau pemburu.
"Petugas dan pemburu saat ini berburu cepat untuk menangkap harimau tersebut," ucapnya.
Untuk menangkap harimau, BBKSDA sudah bekerja sama dengan TNI dan Polri. Selain itu petugas juga mengerahkan pawang harimau dan menebar jebakan kandang yang isinya adalah kambing. Walau sudah lebih sebulan, petugas belum berhasil menangkapnya.
Walau sudah tiga kali berpapasan dengan harimau, namun petugas masih kesulitan menjinakkan si Datuk, julukan harimau. "Petugas masih berupaya menangkap harimau itu dengan berbagai cara," ucapnya.
Pada 3 Januari 2018, Jumiati (30) karyawan PT THIP tewas diterkam harimau. Peristiwa tragis itu terjadi saat Jumiati, karyawati perusahaan sawit sedang bekerja. Korban tewas dengan luka di leher dan kaki.
Kemunculan para pemburu harimau ini ditandai dengan banyaknya penemuan jerat yang terpasang di lokasi perusahaan sawit PT PTIP di Pelangiran. Lokasinya tidak terlalu jauh dari penerkaman warga bernama Jumiati.
"Petugas di lapangan banyak menemukan jerat yang dipasang oleh para pemburu. Jumlahnya sangat banyak ada beberapa titik," ucap Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau (BBKSDA) Riau, Dian Indriati, Rabu (21/2/2018).
Perangkat untuk harimau ini kebanyakan terbuat dari sling atau uliaran kawat besar. Jika ini mengenai harimau atau satwa lain sangat membahayakan selain itu ada juga jebakan dari uliran tali atom. Petugas saat ini sudah membersihkan sejumlah 'ranjau' untuk harimau.
Sejauh ini petugas belum mendeteksi siapa pemburu gelap yang akan menangkap harimau Sumatera tersebut. Petugas memperkirakan masih banyak jebakan untuk harimau pemburu.
"Petugas dan pemburu saat ini berburu cepat untuk menangkap harimau tersebut," ucapnya.
Untuk menangkap harimau, BBKSDA sudah bekerja sama dengan TNI dan Polri. Selain itu petugas juga mengerahkan pawang harimau dan menebar jebakan kandang yang isinya adalah kambing. Walau sudah lebih sebulan, petugas belum berhasil menangkapnya.
Walau sudah tiga kali berpapasan dengan harimau, namun petugas masih kesulitan menjinakkan si Datuk, julukan harimau. "Petugas masih berupaya menangkap harimau itu dengan berbagai cara," ucapnya.
Pada 3 Januari 2018, Jumiati (30) karyawan PT THIP tewas diterkam harimau. Peristiwa tragis itu terjadi saat Jumiati, karyawati perusahaan sawit sedang bekerja. Korban tewas dengan luka di leher dan kaki.
(rhs)