Dedi Mulyadi Kunjungi Indramayu, Warga Curhat Beras Mahal

Minggu, 18 Februari 2018 - 12:56 WIB
Dedi Mulyadi Kunjungi...
Dedi Mulyadi Kunjungi Indramayu, Warga Curhat Beras Mahal
A A A
INDRAMAYU - Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Jawa Barat Dedi Mulyadi terima berbagai keluhan warga dan pedagang saat mengunjungi Indramayu, Minggu (18/2/2018). Dedi bertubi-tubi mendapat curhatan saat blusukan di Pasar Jatibarang, Kabupaten Indramayu.

Salah satu keluhan datang dari Tinah (45). Dia mengeluhkan harga beras yang mahal, padahalIndramayu sebagai tempat kelahirannya merupakan salah satu lumbung padi Jawa Barat, bahkan nasional. "Saya bingung Kang Dedi, ini Indramayu katanya penghasil beras tapi kok saya beli beras mahal sekali," keluhnya.

Keluhan yang sama juga terlontar dari ibu rumah tangga yang lain, Siti (38). Dia merasa berat dengan mahalnya beras. Padahal, selain mengurus rumah tangga, dia bekerja sampingan sebagai buruh tani di desanya.

Menurut Siti, beras dengan kualitas premium sangat jarang dia konsumsi. Penghasilan keluarga yang tidak seberapa menjadikan dia terpaksa mengonsumsi beras sejahtera (rastra) setiap bulannya. "Terpaksa nunggu rastra. Kalau beras bagus enggak kebeli, uangnya enggak cukup," ujarnya, agak menggerutu.

Mendapat keluhan seperti itu, Dedi langsung menjawab. Menurutnya, distribusi padi maupun beras dan pola pengupahan harus segera diubah. Kata Dedi, selama ini upah buruh mulai dari penanaman, pengangkutan, dan penjemuran padi telah menjadikan biaya produksi membengkak.

Ditambah lagi, distribusi padi dan beras ke kota kemudian dikembalikan lagi ke desa semakin menambah pembengkakan biaya tersebut. "Alur ini harus segera dibenahi. Masak sih di daerah penghasil beras, kok berasnya mahal terus," katanya.

Karena itu, lanjut dia, sistem pengupahan buruh tadi tidak boleh lagi berbasis uang, tetapi harus berbasis bagi hasil panen. Ini untuk mempermudah para buruh tani menikmati hasil keringat mereka sendiri sehingga mereka tidak perlu membeli beras di pasar.

Pemerintah pun harus melakukan pemetaan kebutuhan beras di sebuah daerah. Dedi menekankan, beras tidak boleh keluar dari daerah penghasil sebelum kebutuhan daerah tersebut terpenuhi. "Misalnya ada gabah 1.000 ton, simpan dulu di daerah penghasil, dihitung berapa kebutuhan daerah itu, jangan dibawa dulu ke kota. Harga beras jadi mahal itu karena distribusi yang sangat panjang."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1481 seconds (0.1#10.140)