Polisi Cokok Mucikari PSK Anak di Bawah Umur di Kalibata City

Polisi Cokok Mucikari PSK Anak di Bawah Umur di Kalibata City
A
A
A
JAKARTA - Seorang perempuan bernama Nurhayati (45) ditangkap polisi karena memperdagangkan anak di bawah umur. Adapun anak-anak itu dijadikan sebagai pemuas nafsu pria hidung belang.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, mengatakan, pelaku ditangkap di kawasan Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan. Awalnya masyarakat merasa gerah akan adanya aktivitas prostitusi di kawasan tersebut.
Setelah dilakukan penyelidikan, kata dia, diketahui kalau prostitusi itu dilakukan oleh mantan pekerja panti pijat di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Setelah berhenti di panti itu, pelaku lantas menjalankan bisnis prostitusinya itu guna mencukupi kebutuhan hidup.
"Bisnis perdagangan anak itu dilakukan melalui Wechat yang dinamai Daun Muda, katanya untuk mempermudah bisnisnya," ujarnya kepada wartawan di Mapolres Jakarta Selatan, Kamis (25/1/2018).
Menurut dia, pelaku melakukan bisnis prostitusi itu secara online. Dengan aplikasi Wechat itu pula pelaku melakukan transaksi dan menunjukan poto-poto korban pada tamu-tamunya itu.
Setelah dilakukan kesepakatan harga, pelaku mengatur tempat pertemuan agar tamunya bisa bertemu korban. Atau bisa juga sesuai permintaan pelanggan terkait tempatnya.
"Korban ada enam orang, empat orang masih di bawah umur, dua orang lagi berusia 17 dan 18 tahun. Mereka ini dijual oleh pelaku," tuturnya.
Untuk melancarkan aksi tersebut, pelaku menyewa sebuah apartemen di kawasan Kalibata City. Pembayaran penyewaan dilakukan setelah para korban melayani pelanggannya.
"Para korban tinggal di satu ruangan apartemen. Mereka kenal satu sama lain dari chat. Untuk mainnya itu bisa di tempat, bisa dibawa keluar," katanya.
Adapun tarif yang diterima pelaku dari bisnis haramnya itu cukup besar. Dari satu orang korban pelaku bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp200 ribu.
"Sekali kencan itu Rp250 ribu. Nanti bagi hasil, untuk korbannya Rp50 ribu dan pelaku sebagai mucikari Rp50 ribu. Pelaku ini umumnya mencari korban yang putus sekolah," katanya.
Bisnis haram itu sudah dijalankan pelaku selama tiga bulanan ini. Atas perbuatannya pelaku dijerat Pasal 2 dan Pasal 6 Undang-Undang (UU) Nomor 21/2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, mengatakan, pelaku ditangkap di kawasan Kalibata City, Pancoran, Jakarta Selatan. Awalnya masyarakat merasa gerah akan adanya aktivitas prostitusi di kawasan tersebut.
Setelah dilakukan penyelidikan, kata dia, diketahui kalau prostitusi itu dilakukan oleh mantan pekerja panti pijat di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. Setelah berhenti di panti itu, pelaku lantas menjalankan bisnis prostitusinya itu guna mencukupi kebutuhan hidup.
"Bisnis perdagangan anak itu dilakukan melalui Wechat yang dinamai Daun Muda, katanya untuk mempermudah bisnisnya," ujarnya kepada wartawan di Mapolres Jakarta Selatan, Kamis (25/1/2018).
Menurut dia, pelaku melakukan bisnis prostitusi itu secara online. Dengan aplikasi Wechat itu pula pelaku melakukan transaksi dan menunjukan poto-poto korban pada tamu-tamunya itu.
Setelah dilakukan kesepakatan harga, pelaku mengatur tempat pertemuan agar tamunya bisa bertemu korban. Atau bisa juga sesuai permintaan pelanggan terkait tempatnya.
"Korban ada enam orang, empat orang masih di bawah umur, dua orang lagi berusia 17 dan 18 tahun. Mereka ini dijual oleh pelaku," tuturnya.
Untuk melancarkan aksi tersebut, pelaku menyewa sebuah apartemen di kawasan Kalibata City. Pembayaran penyewaan dilakukan setelah para korban melayani pelanggannya.
"Para korban tinggal di satu ruangan apartemen. Mereka kenal satu sama lain dari chat. Untuk mainnya itu bisa di tempat, bisa dibawa keluar," katanya.
Adapun tarif yang diterima pelaku dari bisnis haramnya itu cukup besar. Dari satu orang korban pelaku bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp200 ribu.
"Sekali kencan itu Rp250 ribu. Nanti bagi hasil, untuk korbannya Rp50 ribu dan pelaku sebagai mucikari Rp50 ribu. Pelaku ini umumnya mencari korban yang putus sekolah," katanya.
Bisnis haram itu sudah dijalankan pelaku selama tiga bulanan ini. Atas perbuatannya pelaku dijerat Pasal 2 dan Pasal 6 Undang-Undang (UU) Nomor 21/2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang.
(thm)