Pengawal Bung Karno Meninggal Dunia
A
A
A
SRAGEN - Letnan Dua (Letda) Ahmad Soetarjo, yang disebut-sebut pengawal Presiden Soekarno (Bung Karno), meninggal dunia, Selasa (23/1/2018) siang, dalam usia 101 tahun. Jenazahnya dimakamkan di TPU Manding, Sragen, Jawa Tengah, Rabu (24/1/2018) sore.
Eddy Herwanto, putra pertama dan Eddy Hari Susanto putra kedua mengatakan, ayahnya memang menjadi salah satu anggota pasukan yang bertugas mengawal Proklamator RI itu, termasuk saat Agresi Militer I dan Agresi Militer II.
"Meskipun jarang bercerita, tetapi Bapak pernah bercerita kalau tugasnya mengawal Bung Karno," kata Eddy Herwanto yang juga mantan jurnalis di Jakarta.
Selama Ibu Kota Republik Indonesia ada di Yogyakarta, Soetarjo menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mengawal Bung Karno. Saat Ibu Kota RI pindah ke Jakarta, Soetarjo juga masih mengawal Bung Karno. Soetarjo juga menjadi salah satu komandan di Wehrkreise (daerah perlawanan) III Yogyakarta, saat Serangan Umum merebut kembali Kota Yogya pada 1949.
Soetarjo juga sudah 10 kali terjun payung dalam berbagai operasi tempur. Soetarjo mengawali karier dengan jabatan Sersan Mayor dan resmi pensiun pada 1978.
Meski belum waktunya purna tugas, tetapi Soetarjo memilih untuk pensiun dari dinas ketentaraan. Hal ini karena tidak tahan dengan birokrasi dan ajakan untuk korupsi. Selain itu ayahnya juga paling malas untuk mengurus pangkat dan tanda jasa atau bintang penghargaan. Padahal, bila mau diurus, banyak sekali tanda jasa yang layak didapatkannya.
"Bapak itu orang yang sederhana dan tidak mau neko-neko. Beliau memang jarang bercerita tentang tugasnya. Beliau juga berpesan supaya tidak dimakamkan di taman makam pahlawan kalau meninggal," kata Eddy yang juga bendahara Perhimpunan Profesi Likuidator Indonesia tersebut.
Eddy Herwanto, putra pertama dan Eddy Hari Susanto putra kedua mengatakan, ayahnya memang menjadi salah satu anggota pasukan yang bertugas mengawal Proklamator RI itu, termasuk saat Agresi Militer I dan Agresi Militer II.
"Meskipun jarang bercerita, tetapi Bapak pernah bercerita kalau tugasnya mengawal Bung Karno," kata Eddy Herwanto yang juga mantan jurnalis di Jakarta.
Selama Ibu Kota Republik Indonesia ada di Yogyakarta, Soetarjo menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam mengawal Bung Karno. Saat Ibu Kota RI pindah ke Jakarta, Soetarjo juga masih mengawal Bung Karno. Soetarjo juga menjadi salah satu komandan di Wehrkreise (daerah perlawanan) III Yogyakarta, saat Serangan Umum merebut kembali Kota Yogya pada 1949.
Soetarjo juga sudah 10 kali terjun payung dalam berbagai operasi tempur. Soetarjo mengawali karier dengan jabatan Sersan Mayor dan resmi pensiun pada 1978.
Meski belum waktunya purna tugas, tetapi Soetarjo memilih untuk pensiun dari dinas ketentaraan. Hal ini karena tidak tahan dengan birokrasi dan ajakan untuk korupsi. Selain itu ayahnya juga paling malas untuk mengurus pangkat dan tanda jasa atau bintang penghargaan. Padahal, bila mau diurus, banyak sekali tanda jasa yang layak didapatkannya.
"Bapak itu orang yang sederhana dan tidak mau neko-neko. Beliau memang jarang bercerita tentang tugasnya. Beliau juga berpesan supaya tidak dimakamkan di taman makam pahlawan kalau meninggal," kata Eddy yang juga bendahara Perhimpunan Profesi Likuidator Indonesia tersebut.
(zik)