Bung Karno, Bung Hatta, dan Perkumpulan Sepak Bola

Sabtu, 20 Januari 2018 - 05:00 WIB
Bung Karno, Bung Hatta, dan Perkumpulan Sepak Bola
Bung Karno, Bung Hatta, dan Perkumpulan Sepak Bola
A A A
SEPAK bola merupakan olahraga terpopuler di negeri ini. Bahkan, pada zaman penjajahan Belanda, permainan beregu di lapangan yang menggunakan bola sepak dari dua kelompok yang berlawanan yang masing-masing terdiri atas sebelas pemain ini menjadi yang digandrungi.

Tapi, ada sebuah kenyataan yang tak bisa dihindari para pribumi kala itu yang tak bisa leluasa bermain sepak bola atau masuk perkumpulan sepak bola yang diisi orang-orang kelas 'atas'.

Hal itu pula yang dirasakan Soekarno alias Bung Karno. Semasa kecil, pria yang saat lahir diberi nama Koesno Sosrodihardjo itu harus memendam dendam. "Bagaimanapun, ada permainan di mana seorang anak bangsa Indonesia dari zamanku tidak dapat menunjukkan keahiannya. Misalnya perkumpulan sepak bola," tutur Bung Karno kepada Cindy Adams, penulis biografinya, seperti dikutip dari rosodaras.wordpress.com.

Bung Karno disebut tidak sekali pun diberi kesempatan menjadi ketua perkumpulan sepak bola. Karena itu, pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 itu tidak pernah lama bergabung dalam perkumpulan sepak bola kala itu.

Dikisahkan, Bung Karno mengingat betul bagaimana anggota Perkumpulan Sepak bola di sekolah ILS (Inlandsche School) Mojokerto menunjukkan sikap tidak sukanya kepada Bung Karno. Maklum, sebagian besar anggota perkumpulan sepak bola memang anak-anak Belanda, yang merasa bermain lebih baik dan memandang rendah kemampuan para bumiputera, termasuk Bung Karno.

"Bagiku perkumpulan sepak bola itu merupakan pengalaman pahit yang membikin hati luka di dalam," kata Bung Karno, dikutip dari penasoekarno.wordpress.com.

Lalu, bagaimana pengalaman Bung Hatta tentang perkumpulan sepak bola? Dalam buku Mohammad Hatta, Untuk Negeriku: Sebuah Otobiografi, Penerbit Buku Kompas disebutkan, pria yang lahir dengan nama Mohammad Athar ini mulai bermain sepak bola di tanah lapang, saat berada di kelas pendahuluan MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Mulo adalah Sekolah Menengah Pertama pada zaman kolonial Belanda di Indonesia. Setiap sore, pria kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat pada 12 Agustus 1902 ini berlatih sepak bola bersama teman-temannya.

Sepak bola pula yang menyebabkan Hatta masuk perkumpulan untuk pertama kalinya. Hatta mengisahkan, untuk bermain sepak bola, dibutuhkan setidaknya 22 orang. Orang sebanyak itu hanya bisa dikumpulkan jika ada sebuah perkumpulan.

Awalnya, Hatta hanya menjadi anggota biasa. Namun, akhirnya Hatta didorong oleh kawan-kawannya menjadi pengurus yang biasanya berjumlah lima orang. Ada yang berperan sebagai ketua, penulis atau sekretaris, bendahari atau orang yang mengurus keuangan perkumpulan/bendahara, dan dua orang komisaris atau orang yang ditunjuk oleh anggota untuk melakukan suatu tugas, terutama menjadi anggota pengurus perkumpulan. Seorang komisaris itu dipilih dari orang yang menjadi kapten permainan. Sementara, Hatta dipilih menjadi bendahari merangkap penulis.

Setelah Hatta duduk di MULO, perkumpulan olahraga itu diberi nama Swallow. Salah satu yang diingat anak pasangan Muhammad Djamil dan Siti Saleha itu, ada seorang anak Indo Belanda yang menjadi anggota, namanya George Scheemaker. George yang berposisi sebagai kiper ini lebih suka bergaul dengan anak-anak Indonesia daripada dengan anak-anak Belanda. (Baca Juga: Di Balik Nama Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Soebardjo(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3586 seconds (0.1#10.140)