Kisah 5 Nelayan Batang Bertahan Hidup Setelah Mesin Kapal Mati di Lautan
A
A
A
BATANG - Lima nelayan asal Batang terombang-ambing di lautan lepas karena mesin kapal mendadak rusak. Mereka pun melakukan beragam cara untuk memperbaiki mesin, hingga harus menyalakan suar agar terlihat oleh kapal lain yang sedang melaut.
Kapal "Ikhtisari" jenis sopek itu digunakan nelayan pencari rajungan. Dengan diawaki lima nelayan mereka berangkat dari Pelabuhan Batang. Semula perjalanan laut itu berjalan lancar, hingga mendadak mesin mati saat tiba di sekitar 18 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
“Kejadian berawal saat saya berangkat dari Batang, Senin 25 Desember 2017 jam 08.00 WIB. Kami menuju haluan 70 terus ke arah Semarang. Jam 2 siang, lanjut pasang perangkap rajungan. Baru pasang dapat separuh perangkap, dua jam kemudian mesin macet,” ujar seorang ABK, Teguh (54), Kamis (28/12/2017).
Saat itulah kepanikan mulai terjadi. Mereka lantas memutuskan perangkap dan menerjunkan jangkar. Nakhoda kapal mencari penyebab kerusakan mesin.
“Langsung perangkap diputus, dan menerjunkan jangkar. Setelah diperiksa nakhoda, ternyata rusak selang nozzle, itu enggak ada serepnya. Sebenarnya banyak serep tapi enggak ada yang cocok,” terangnya.
Kelima nelayan itu hanya bisa bertahan di atas kapal yang terus terombang-ambing dihantam gelombang. Menjelang malam, belum terlihat tanda-tanda kapal lain yang melintas di jalur pelayaran tersebut.
“Sejak jam 4 sore terombang-ambing terus. Hingga Selasa pagi jam 8, ada sopek dari belakang mau mancing. Langsung saya suari (menyalakan suar), lalu sopek itu sampai di kapal kami. Kemudian saya dan nakhoda naik ke sopek menuju daratan untuk beli selang nozzle. Sementara yang tiga (nelayan lain) masih di kapal,” jelasnya.
Setelah tiba di daratan Kampung Tambaklorok, Semarang Utara, mereka mencari spare part mesin kapal. Namun, dua nelayan itu tak segera melaporkan kejadian nahas yang menimpa kapal mereka kepada petugas.
“Lalu disarankan oleh pedagang warung di kampung setempat untuk melapor ke tim SAR. Tapi bukan saya sendiri yang melapor, melainkan pedagang warung itu yang laporan,” katanya.
Hingga pada Rabu malam, petugas Basarnas Jateng mendatangi Teguh dan nakhoda untuk dimintai keterangan seputar musibah yang menimpa mereka. Keesokan harinya, Basarnas Jateng menerjunkan tim untuk melakukan pencarian dan mengevakuasi tiga nelayan beserta kapalnya.
“Malam Kamis kira-kira jam 11, saya didatangi petugas dari tim SAR. Terus ditanya tentang musibah itu. Hingga dilakukan evakuasi, Alhamdulillah semua selamat,” timpalnya.
Sebelumnya diberitakan, tim Basarnas jateng berhasil mengevakuasi kapal “Ikhtisari” ke daratan. Kapal nahas itu ditarik menggunakan kapal cepat RIB milik Basarnas Jateng.
"Tim berhasil mengevakuasi kapal tersebut pada pukul 09.30 WIB dan membawanya ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jumlah POB (person on board) sebenarnya lima orang, namun yang dua sudah dievakuasi oleh nelayan Semarang, dan merekalah yang laporan ke kami bahwa kapal mereka mati mesin dan masih ada tiga rekan mereka di kapal tersebut," ungkap Captain Kapal Basarnas Jateng, Adil Triyanto.
Kelima ABK Kapal "Ikhtiari" yakni Teguh (54), Trenggono (57), Kusharjo (48), Turlihwan (35), dan Tejo (50). Saat ini mereka telah berada di KN SAR 231 Sadewa untuk pengecekan kesehatan dan istirahat di kapal milik Basarnas tersebut.
Kapal "Ikhtisari" jenis sopek itu digunakan nelayan pencari rajungan. Dengan diawaki lima nelayan mereka berangkat dari Pelabuhan Batang. Semula perjalanan laut itu berjalan lancar, hingga mendadak mesin mati saat tiba di sekitar 18 kilometer dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang.
“Kejadian berawal saat saya berangkat dari Batang, Senin 25 Desember 2017 jam 08.00 WIB. Kami menuju haluan 70 terus ke arah Semarang. Jam 2 siang, lanjut pasang perangkap rajungan. Baru pasang dapat separuh perangkap, dua jam kemudian mesin macet,” ujar seorang ABK, Teguh (54), Kamis (28/12/2017).
Saat itulah kepanikan mulai terjadi. Mereka lantas memutuskan perangkap dan menerjunkan jangkar. Nakhoda kapal mencari penyebab kerusakan mesin.
“Langsung perangkap diputus, dan menerjunkan jangkar. Setelah diperiksa nakhoda, ternyata rusak selang nozzle, itu enggak ada serepnya. Sebenarnya banyak serep tapi enggak ada yang cocok,” terangnya.
Kelima nelayan itu hanya bisa bertahan di atas kapal yang terus terombang-ambing dihantam gelombang. Menjelang malam, belum terlihat tanda-tanda kapal lain yang melintas di jalur pelayaran tersebut.
“Sejak jam 4 sore terombang-ambing terus. Hingga Selasa pagi jam 8, ada sopek dari belakang mau mancing. Langsung saya suari (menyalakan suar), lalu sopek itu sampai di kapal kami. Kemudian saya dan nakhoda naik ke sopek menuju daratan untuk beli selang nozzle. Sementara yang tiga (nelayan lain) masih di kapal,” jelasnya.
Setelah tiba di daratan Kampung Tambaklorok, Semarang Utara, mereka mencari spare part mesin kapal. Namun, dua nelayan itu tak segera melaporkan kejadian nahas yang menimpa kapal mereka kepada petugas.
“Lalu disarankan oleh pedagang warung di kampung setempat untuk melapor ke tim SAR. Tapi bukan saya sendiri yang melapor, melainkan pedagang warung itu yang laporan,” katanya.
Hingga pada Rabu malam, petugas Basarnas Jateng mendatangi Teguh dan nakhoda untuk dimintai keterangan seputar musibah yang menimpa mereka. Keesokan harinya, Basarnas Jateng menerjunkan tim untuk melakukan pencarian dan mengevakuasi tiga nelayan beserta kapalnya.
“Malam Kamis kira-kira jam 11, saya didatangi petugas dari tim SAR. Terus ditanya tentang musibah itu. Hingga dilakukan evakuasi, Alhamdulillah semua selamat,” timpalnya.
Sebelumnya diberitakan, tim Basarnas jateng berhasil mengevakuasi kapal “Ikhtisari” ke daratan. Kapal nahas itu ditarik menggunakan kapal cepat RIB milik Basarnas Jateng.
"Tim berhasil mengevakuasi kapal tersebut pada pukul 09.30 WIB dan membawanya ke Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Jumlah POB (person on board) sebenarnya lima orang, namun yang dua sudah dievakuasi oleh nelayan Semarang, dan merekalah yang laporan ke kami bahwa kapal mereka mati mesin dan masih ada tiga rekan mereka di kapal tersebut," ungkap Captain Kapal Basarnas Jateng, Adil Triyanto.
Kelima ABK Kapal "Ikhtiari" yakni Teguh (54), Trenggono (57), Kusharjo (48), Turlihwan (35), dan Tejo (50). Saat ini mereka telah berada di KN SAR 231 Sadewa untuk pengecekan kesehatan dan istirahat di kapal milik Basarnas tersebut.
(sms)