68 Kasus Difteri Terjadi di Banten, 8 Penderita Meninggal Dunia
A
A
A
SERANG - Sebanyak 68 kasus difteri terjadi di wilayah Provinsi Banten. Dari jumlah tersebut, 8 penderita penyakit dari bakteri menular itu meninggal dunia.
Berdasarakan data dari Dinas Kesehatan Banten, wilayah Kabupaten Tangerang 25 kasus, Kabupaten Serang 12 kasus, Kota Tangerang 8 kasus, Kabupaten Pandegalng 7 kasus, Kota Serang 8 kasus, Kota Tangerang Selatan 4 kasus, Kabupaten Lebak 3 kasus dan Kota Cilegon 1 kasus.
"Kabupaten Serang 2 orang, Kabupaten Tangerang 4 orang, Kabupaten Lebak 1 orang dan Kota Serang 1 orang meninggal dunia," Kepala Seksi Surveillence, Imunisasi dan Krisis Kesehatan pada Dinkes Provinsi Banten Rostina, Jumat (8/12/2017).
Dia menjelaskan, kembali mewabahnya penyakit difteri dikarenakan banyak pasien yang tidak mendapat vaksin untuk penyakit tersebut sejak balita.
"Karena memang cakupan imunisasinya bolong-bolong, banyak yang menolak terjadilah seperti ini. Dari semua kasus difteri ini, hampir 70 persen tidak divaksin, sisanya 30 persen divaksin tapi tidak lengkap. Hanya sekali atau dua kali, kalau yang lengkap 4 kali," ungkapnya.
Untuk menanganinya, pihaknya harus melakukan outbreak response immunization (ORI). Sebab, langkah itu akan dilakukan pada masyarakat umum mulai 11 Desember dengan sasaran 5 kabupaten/kota.
Dalam pemberian vaksin, pihaknya akan memprioritaskan anak yang berusia 1 hingga 19 tahun. Adapun tempat pemberian vaksin nantinya adalah di posyandu, puskesmas dan rumah sakit. "Nanti kami juga turun ke sekolah-sekolah dan sweeping juga ke rumah-rumah," pungkasnya.
Berdasarakan data dari Dinas Kesehatan Banten, wilayah Kabupaten Tangerang 25 kasus, Kabupaten Serang 12 kasus, Kota Tangerang 8 kasus, Kabupaten Pandegalng 7 kasus, Kota Serang 8 kasus, Kota Tangerang Selatan 4 kasus, Kabupaten Lebak 3 kasus dan Kota Cilegon 1 kasus.
"Kabupaten Serang 2 orang, Kabupaten Tangerang 4 orang, Kabupaten Lebak 1 orang dan Kota Serang 1 orang meninggal dunia," Kepala Seksi Surveillence, Imunisasi dan Krisis Kesehatan pada Dinkes Provinsi Banten Rostina, Jumat (8/12/2017).
Dia menjelaskan, kembali mewabahnya penyakit difteri dikarenakan banyak pasien yang tidak mendapat vaksin untuk penyakit tersebut sejak balita.
"Karena memang cakupan imunisasinya bolong-bolong, banyak yang menolak terjadilah seperti ini. Dari semua kasus difteri ini, hampir 70 persen tidak divaksin, sisanya 30 persen divaksin tapi tidak lengkap. Hanya sekali atau dua kali, kalau yang lengkap 4 kali," ungkapnya.
Untuk menanganinya, pihaknya harus melakukan outbreak response immunization (ORI). Sebab, langkah itu akan dilakukan pada masyarakat umum mulai 11 Desember dengan sasaran 5 kabupaten/kota.
Dalam pemberian vaksin, pihaknya akan memprioritaskan anak yang berusia 1 hingga 19 tahun. Adapun tempat pemberian vaksin nantinya adalah di posyandu, puskesmas dan rumah sakit. "Nanti kami juga turun ke sekolah-sekolah dan sweeping juga ke rumah-rumah," pungkasnya.
(nag)