Senyum Bahagia Penyandang Disabiltas Terima Bantuan Kaki Palsu
A
A
A
SEMARANG - Senyum bahagia terpancar dari wajah Wanto, salah satu diantara puluhan penyandang disabilitas lainnya. Meski cuaca hari ini terlihat mendung yang disertai hujan, namun wajahnya terus berbinar karena bakal segera bisa berjalan sebagaimana orang normal lainnya.
Dia menceritakan, kakinya tak berkembang normal akibat menderita polio sejak kecil. Secara perlahan, kakinya semakin lemah hingga dia kesulitan berjalan. Meski demikian, semangatnya tak pernah redup. Warga Kota Semarang itu pun bergabung ke penyandang disabilitas Komunitas Motor Penyandang Cacat (KOMPAC).
Tak hanya mendapat motivasi dari sesama disabilitas, namun di komunitas tersebut dia mulai belajar mengendarai sepeda motor yang dirancang khusus bagi penderita tunadaksa (cacak fisik). Selain itu, komunikasi dengan dunia luar juga kian terbuka, salah satunya untuk menerima alat bantu berjalan.
"Mulai saat ini kalian bisa berjalan normal, untuk rekan-rekan semua harus bisa semangat," tutur Wanto saat menerima bantuan penjepit kaki dan kaki palsu di Kantor Paguyuban Peduli Penyandang Difabilitas (P3D) Kota Semarang dan Yayasan Peduli Tuna Daksa, Senin (13/11/2017).
Dia mengaku bahagia tak hanya karena mendapatkan alat bantu berjalan, tetapi juga perhatian dari berbagai pihak. Apalagi, dia berkesempatan menerima bantuan yang diserahkan langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
"Bersyukur hari ini Pak Wali hadir untuk menemui kami," ujarnya sembari menyalami tangan pria yang akrab disapa Hendi tersebut.
Wanto merupakan salah satu di antara 31 penyandang disabilitas yang menerima bantuan dari P3D Kota Semarang dan Yayasan Peduli Tuna Daksa bekerjasama dengan Pemkot Semarang. Bantuan itu diharapkan mampu menambah semangat penyandang disabilitas untuk terus berkarya.
"Alhamdulillah begitu luar biasa kepeduliannya, ini adalah bagian nyata dari representasi konsep bergerak bersama yang kami bawa. Presiden Amerika Serikat ke-32, Roosevelt, walaupun menggunakan kursi roda, tapi mampu menjadi Presiden Amerika sampai empat kali. Saya yakin Panjenengan (Anda) semua juga bisa, dan tidak kalah dengan Roosevelt," pungkasnya.
Dia menceritakan, kakinya tak berkembang normal akibat menderita polio sejak kecil. Secara perlahan, kakinya semakin lemah hingga dia kesulitan berjalan. Meski demikian, semangatnya tak pernah redup. Warga Kota Semarang itu pun bergabung ke penyandang disabilitas Komunitas Motor Penyandang Cacat (KOMPAC).
Tak hanya mendapat motivasi dari sesama disabilitas, namun di komunitas tersebut dia mulai belajar mengendarai sepeda motor yang dirancang khusus bagi penderita tunadaksa (cacak fisik). Selain itu, komunikasi dengan dunia luar juga kian terbuka, salah satunya untuk menerima alat bantu berjalan.
"Mulai saat ini kalian bisa berjalan normal, untuk rekan-rekan semua harus bisa semangat," tutur Wanto saat menerima bantuan penjepit kaki dan kaki palsu di Kantor Paguyuban Peduli Penyandang Difabilitas (P3D) Kota Semarang dan Yayasan Peduli Tuna Daksa, Senin (13/11/2017).
Dia mengaku bahagia tak hanya karena mendapatkan alat bantu berjalan, tetapi juga perhatian dari berbagai pihak. Apalagi, dia berkesempatan menerima bantuan yang diserahkan langsung oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi.
"Bersyukur hari ini Pak Wali hadir untuk menemui kami," ujarnya sembari menyalami tangan pria yang akrab disapa Hendi tersebut.
Wanto merupakan salah satu di antara 31 penyandang disabilitas yang menerima bantuan dari P3D Kota Semarang dan Yayasan Peduli Tuna Daksa bekerjasama dengan Pemkot Semarang. Bantuan itu diharapkan mampu menambah semangat penyandang disabilitas untuk terus berkarya.
"Alhamdulillah begitu luar biasa kepeduliannya, ini adalah bagian nyata dari representasi konsep bergerak bersama yang kami bawa. Presiden Amerika Serikat ke-32, Roosevelt, walaupun menggunakan kursi roda, tapi mampu menjadi Presiden Amerika sampai empat kali. Saya yakin Panjenengan (Anda) semua juga bisa, dan tidak kalah dengan Roosevelt," pungkasnya.
(nag)