Pilgub Jabar 2018, Dede Yusuf Masih Wait and See
A
A
A
BANDUNG - Kader Partai Demokrat Dede Yusuf Macan Effendi atau Dede Yusuf masih bersikap wait and see di Pilgub Jabar 2018. Karena itu, sampai saat ini dia belum melakukan sosialisasi secara masif untuk lebih memperkenalkan diri sebagai bakal calon gubernur.
Dede Yusuf mengatakan, dirinya masih melihat dinamika politik yang masih cair menjelang Pilgub Jabar. Konstelasi politik dan dinamika yang terjadi masih memungkinkan untuk berubah dari waktu ke waktu. Karena itu, dirinya belum terlalu masif melakukan sosialisasi.
"Tidak melakukan sosialisasi aja masih adalah nama saya muncul, apalagi sosialisasi. Yang pasti demi rakyat saya siap (maju di Pilgub Jabar 2018)," kata Wakil Gubernur Jabar periode 2008-2013 ini, ditemui di Kwarda Pramuka Jabar, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Kamis (2/11/2017).
Meski begitu, ujar Dede, dirinya telah diminta melaksanakan kewajiban sebagai kader Partai Demokrat dengan mengikuti mekanisme penjaringan calon. Dia mengaku telah mendaftar sebagai calon gubernur di Partai Demokrat. Namun Dede belum tahu siapa yang bakal diusung Demokrat. Sebab, penentuan calon kewenangan dan keputusan DPP Partai Demokrat.
"Dalam konteks ini, mandat apa pun dari partai, bagi saya itu adalah penting. Menjadi ketua Komisi IX DPR RI dan Gubernur Jabar, sama-sama penting. Sampai saat ini belum ada keputusan. Jadi saat ini tugas saya adalah menunggu keputusan DPP," ujar Dede.
Disinggung arah Partai Demokrat di Pilgub Jabar 2018, Dede menyatakan pada prinsipnya partai ingin menang. Tetapi, partai juga menghitung resources, seperti sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan partai (berkoalisi atau tidak, daya tempur, serta lain-lain).
Dia menilai, survei hanya salah satu poin untuk membuat sebuah keputusan. Bukan berarti yang surveinya rendah pasti kalah. Dia mencontohkan, dahulu Anies-Sandi juga dimulai dari bawah. Artinya, survei jadi patokan, lalu ditambah kekuatan-kekuatan lain.
"Jadi pengusungan calon tidak seperti membalikkan telapak tangan. Ayo maju, maju. Enggak bisa. Kawan-kawan sudah tahu kan. Ada yang punya SK pun bisa ditarik lagi. Karena ini menurut saya sangat dinamis. Masih mungkin terjadi perubahan-perubahan dalam satu dua bulan ke depan. Oleh karena itu Demokrat masih melakukan perhitungan yang matang. Toh ada partai besar yang sampai sekarang belum menentukan calon, kan," tandas Dede.
Dede mengaku telah melakukan komunikasi dengan sejumlah pimpinan partai lain. Sebab di DPR, banyak petinggi partai. Beberapa kali dia bertemu dan berdiskusi dengan para pimpinan partai itu. Mereka punya pemikiran-pemikiran. Dinamika politik di Jabar ini yang terlihat baru permukaan saja.
"Nanti kawan-kawan akan lihat pergolakannya, banyak perubahan. Sebagai kader Partai Demokrat, saya fatsun kepada ketua umum, Pak SBY. Kalau kata Pak SBY, Dede kamu lebih tepat di sini, ya saya patuhi," pungkas ketua Komisi IX DPR ini.
Dede Yusuf mengatakan, dirinya masih melihat dinamika politik yang masih cair menjelang Pilgub Jabar. Konstelasi politik dan dinamika yang terjadi masih memungkinkan untuk berubah dari waktu ke waktu. Karena itu, dirinya belum terlalu masif melakukan sosialisasi.
"Tidak melakukan sosialisasi aja masih adalah nama saya muncul, apalagi sosialisasi. Yang pasti demi rakyat saya siap (maju di Pilgub Jabar 2018)," kata Wakil Gubernur Jabar periode 2008-2013 ini, ditemui di Kwarda Pramuka Jabar, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Kamis (2/11/2017).
Meski begitu, ujar Dede, dirinya telah diminta melaksanakan kewajiban sebagai kader Partai Demokrat dengan mengikuti mekanisme penjaringan calon. Dia mengaku telah mendaftar sebagai calon gubernur di Partai Demokrat. Namun Dede belum tahu siapa yang bakal diusung Demokrat. Sebab, penentuan calon kewenangan dan keputusan DPP Partai Demokrat.
"Dalam konteks ini, mandat apa pun dari partai, bagi saya itu adalah penting. Menjadi ketua Komisi IX DPR RI dan Gubernur Jabar, sama-sama penting. Sampai saat ini belum ada keputusan. Jadi saat ini tugas saya adalah menunggu keputusan DPP," ujar Dede.
Disinggung arah Partai Demokrat di Pilgub Jabar 2018, Dede menyatakan pada prinsipnya partai ingin menang. Tetapi, partai juga menghitung resources, seperti sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan partai (berkoalisi atau tidak, daya tempur, serta lain-lain).
Dia menilai, survei hanya salah satu poin untuk membuat sebuah keputusan. Bukan berarti yang surveinya rendah pasti kalah. Dia mencontohkan, dahulu Anies-Sandi juga dimulai dari bawah. Artinya, survei jadi patokan, lalu ditambah kekuatan-kekuatan lain.
"Jadi pengusungan calon tidak seperti membalikkan telapak tangan. Ayo maju, maju. Enggak bisa. Kawan-kawan sudah tahu kan. Ada yang punya SK pun bisa ditarik lagi. Karena ini menurut saya sangat dinamis. Masih mungkin terjadi perubahan-perubahan dalam satu dua bulan ke depan. Oleh karena itu Demokrat masih melakukan perhitungan yang matang. Toh ada partai besar yang sampai sekarang belum menentukan calon, kan," tandas Dede.
Dede mengaku telah melakukan komunikasi dengan sejumlah pimpinan partai lain. Sebab di DPR, banyak petinggi partai. Beberapa kali dia bertemu dan berdiskusi dengan para pimpinan partai itu. Mereka punya pemikiran-pemikiran. Dinamika politik di Jabar ini yang terlihat baru permukaan saja.
"Nanti kawan-kawan akan lihat pergolakannya, banyak perubahan. Sebagai kader Partai Demokrat, saya fatsun kepada ketua umum, Pak SBY. Kalau kata Pak SBY, Dede kamu lebih tepat di sini, ya saya patuhi," pungkas ketua Komisi IX DPR ini.
(zik)