Wow, Ada 'Cahaya Surga' di Perut Bumi Gunungkidul
A
A
A
GUNUNG KIDUL - Berkunjung ke Gunungkidul saat ini tidak akan rampung dalam satu hari. Berbagai objek wisata yang luar biasa justru bermunculan di kabupaten yang sempat dikenal gersanmg dan tandus ini.
Salah satunya adalah wisata minat khusus Goa Jomblang yang ada di Dusun Jetis, Desa Pacar Rejo, Kecamatan Semanu. Di dasar gua ini kita akan melihat siluet cahaya matahari yang disebut cahaya surga.
Benar saja sebuah siliuet cahaya benar-benar menakjubkan dan terlihat di perut bumi ketika kita berhasil menuruni goa vertikal dengan kedalaman 60 meter.
Untuk bisa menikmati cahaya surga ini, wisatawan harus menepuh perjalanan dengan jarak sekitar 50 KM. Perjalanan jauh dan meletihkan pun terbayar ketika sampai di permukaan kompleks Goa Jomblang.
Wisatawan yang sebagian besar dari mancanegarapun segera mendapatlkan briefing sebelum mereka siap siap untuk menikmati petualangan tersebut.
Standar peralatan seperti helm, single rope technique (SRT) untuk menuruni goa harus digunakan wisatawan. Setelah peralatan dikenakan, mulailah sebuah petualangan pertama dengan menuruni mulut gua menggunakan tali di mulut gua vertikal dengan kedalaman 60 meter.
Sesampai didasar gua pertama, kita pun akan disambut sebuah hutan purba kecil dengan tanaman yang tidak ditemukan di permukaan bumi.
"Di sini ada beberapa tanaman yang belum ditemukan jenis dan kelas yang sama di atas sana. Dan ini satu satunya di Indonesia, namanya juga belum diketahui," ucap salah satu pemandu gua Jombang, Aan Nurcahyo.
Akhirnya perjalan menuju mulut gua dimulai. Sensasi untuk bisa melihat cahaya surga yang ditawarkan seakan menghapus kelelelaan setelah petualangan menegangkan turun dari mulut gua dengan menggunakan tali.
Setelah 10 menit perjalanan, mata kita akan terbelalak ketika kembali menemukan mulut gua vertikal dengan sebuah siluet sinar mentari yang menyinari sampai dasar gua.
Suara air sungai bawah tanah yang tepat berada di dasar gua menambah suasana semakin hidup. "Inilah cahaya surga yang dibicarakan banyak orang. Namun hanya bisa dinikmati sekitar pukul 11.30 WIB hingga pukul 12.30 WIB," lanjut Aan.
Goa vertikal dengan cahaya surga tersebut merupakan sebuah luweng yang juga memiliki jalur menuju goa Jomblang.
Para wisatawan pun terpana begitu melihat cahaya yang begitu indah. Kesempatan ini tidak disia-siakan untuk mengambil gambar melalui foto dan video.
Tiket masuk dengan harga Rp 450 ribu seakan terlunasi dengan kepuasan berpetualang di perut bumi Gunungkidul ini. "Ini di luar ekpektasi saya, begitu luar biasa," ucap Nick, wisatawan asal Rusia yang benar benar menikmati keindahan alam yang masih natural tersebut.
Kepala Seksi Promosi dan Informasi, Dinas Pariwisata Gunungkidul Purnomo Sumardamto mengatakan goa Jombang merupakan slah satu destinasi andalan minat khusus di Gunungkidul.
Pihak pengelolapun membatasi pengunjung dengan jumlah maksimal 80 orang untuk menjaga kelestariannya."Tadi kami sempat berbicara dengan wisatawan mancanegara, ternyata mereka mengetahui dari website," ucapnya.
Pihaknya pun akan melakukan update website sehingga sejumlah objek wisata di bumi handayani semakin terkeksplore dan menarik bagi wisatawan.
Salah satunya adalah wisata minat khusus Goa Jomblang yang ada di Dusun Jetis, Desa Pacar Rejo, Kecamatan Semanu. Di dasar gua ini kita akan melihat siluet cahaya matahari yang disebut cahaya surga.
Benar saja sebuah siliuet cahaya benar-benar menakjubkan dan terlihat di perut bumi ketika kita berhasil menuruni goa vertikal dengan kedalaman 60 meter.
Untuk bisa menikmati cahaya surga ini, wisatawan harus menepuh perjalanan dengan jarak sekitar 50 KM. Perjalanan jauh dan meletihkan pun terbayar ketika sampai di permukaan kompleks Goa Jomblang.
Wisatawan yang sebagian besar dari mancanegarapun segera mendapatlkan briefing sebelum mereka siap siap untuk menikmati petualangan tersebut.
Standar peralatan seperti helm, single rope technique (SRT) untuk menuruni goa harus digunakan wisatawan. Setelah peralatan dikenakan, mulailah sebuah petualangan pertama dengan menuruni mulut gua menggunakan tali di mulut gua vertikal dengan kedalaman 60 meter.
Sesampai didasar gua pertama, kita pun akan disambut sebuah hutan purba kecil dengan tanaman yang tidak ditemukan di permukaan bumi.
"Di sini ada beberapa tanaman yang belum ditemukan jenis dan kelas yang sama di atas sana. Dan ini satu satunya di Indonesia, namanya juga belum diketahui," ucap salah satu pemandu gua Jombang, Aan Nurcahyo.
Akhirnya perjalan menuju mulut gua dimulai. Sensasi untuk bisa melihat cahaya surga yang ditawarkan seakan menghapus kelelelaan setelah petualangan menegangkan turun dari mulut gua dengan menggunakan tali.
Setelah 10 menit perjalanan, mata kita akan terbelalak ketika kembali menemukan mulut gua vertikal dengan sebuah siluet sinar mentari yang menyinari sampai dasar gua.
Suara air sungai bawah tanah yang tepat berada di dasar gua menambah suasana semakin hidup. "Inilah cahaya surga yang dibicarakan banyak orang. Namun hanya bisa dinikmati sekitar pukul 11.30 WIB hingga pukul 12.30 WIB," lanjut Aan.
Goa vertikal dengan cahaya surga tersebut merupakan sebuah luweng yang juga memiliki jalur menuju goa Jomblang.
Para wisatawan pun terpana begitu melihat cahaya yang begitu indah. Kesempatan ini tidak disia-siakan untuk mengambil gambar melalui foto dan video.
Tiket masuk dengan harga Rp 450 ribu seakan terlunasi dengan kepuasan berpetualang di perut bumi Gunungkidul ini. "Ini di luar ekpektasi saya, begitu luar biasa," ucap Nick, wisatawan asal Rusia yang benar benar menikmati keindahan alam yang masih natural tersebut.
Kepala Seksi Promosi dan Informasi, Dinas Pariwisata Gunungkidul Purnomo Sumardamto mengatakan goa Jombang merupakan slah satu destinasi andalan minat khusus di Gunungkidul.
Pihak pengelolapun membatasi pengunjung dengan jumlah maksimal 80 orang untuk menjaga kelestariannya."Tadi kami sempat berbicara dengan wisatawan mancanegara, ternyata mereka mengetahui dari website," ucapnya.
Pihaknya pun akan melakukan update website sehingga sejumlah objek wisata di bumi handayani semakin terkeksplore dan menarik bagi wisatawan.
(nag)