Gunung Ili Lewotolok Tidak Meletus, 723 Orang Mengungsi Akibat Gempa Bumi
A
A
A
LEMBATA - Pasca-gempa bumi beruntun berkekuatan 3,9 – 4,9 SR dengan pusat gempa di sekitar Gunung Ili Lewotolok, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Selasa 10 Oktober 2017, aktivitas vulkanik Gunung Ili Lewotolok tetap status Waspada (level 2). Tidak ada peningkatan aktivitas vulkanik dan tidak ada letusan.
Banyak berita palsu (hoax) yang memberitakan Gunung Ili Lewotolok meletus. Namun, PVMBG menyatakan berita tersebut tidak benar dan Gunung Ili Lewotolok tetap status Waspada sejak 7 Oktober 2017 pukul 20.00 WITA.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, BMKG mencatat lima kali gempa dengan guncangan gempa yang dirasakan cukup kuat karena berpusat di darat ada kedalaman 10 – 30 kilometer telah menyebabkan masyarakat panik. Gempa dirasakan kuat di Desa Lamabute, Desa Napasabok, Desa Lamawolo, dan Desa Waimatan Kecamatan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata pada Selasa 10 Oktober 2017 dini hari hingga sore hari.
“Tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut. Sebanyak 723 jiwa mengungsi ke beberapa tempat di Kecamatan Ile Ape. Pengungsi berasal dari Desa Waimatan sebanyak 160 orang mengungsi di Kantor Camat, dari Desa Lamawolo sebanyak 60 orang mengungsi ke Lewoleba, dan dari Desa Napasabok dan Desa Lamabute sebanyak 503 orang mengungsi di Kantor Camat Ile Ape dan Pustu Waipukang,” katanya dalam rilis yang diterima SINDOnews, Rabu (11/10/2017).
Data sementara terdapat 5 rumah rusak karena tertimpa batuan dari lereng gunung dan akibat guncangan gempa. BPBD masih melakukan pendataan untuk mendapatkan data akurat dan membangun tempat penampungan sementara dan memberikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
BPBD Kabupaten Lembata bersama Polsek Lembata, Koramil 1624/03 Lembata Barat, PLAN Lembata, Forum PRB, Dinas PU dan Perhubungan, PMI Lembata, Dinas Sosial, dan BPMD, serta Yayasan Bina Sejahtera Lembata mendatangi lokasi terdampak gempa untuk melakukan pendataan serta evakuasi warga yang terdampak ke tempat yang aman.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB melakukan pendampingan kepada BPBD. Bantuan logistik dari BPBD Provinsi NTT dan BPBD sekitar Kabupaten Lembata dapat dikirimkan untuk membantu pengungsi. “Masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Pemantauan aktivitas Gunung Ili Lewotolok dilakukan secara kontinu dari Pos PGA di Desa Laranwutun, Kecamatan Ili Ape,” katanya.
Rekomendasi PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok dan pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak beraktivitas dalam zona bahaya dalam area kawah Gunung Ili Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak atau pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.
Seluruh pihak agar menjaga ketenangan suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya. Gunungapi Ili Lewotolok terletak di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian 1423 meter di atas permukaan laut. Sejarah erupsi Gunung Ili Lewotolok pernah terjadi pada tahun 1660, 1819, 1849, 1852, 1821, 1864, 1889, dan 1920.
Banyak berita palsu (hoax) yang memberitakan Gunung Ili Lewotolok meletus. Namun, PVMBG menyatakan berita tersebut tidak benar dan Gunung Ili Lewotolok tetap status Waspada sejak 7 Oktober 2017 pukul 20.00 WITA.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, BMKG mencatat lima kali gempa dengan guncangan gempa yang dirasakan cukup kuat karena berpusat di darat ada kedalaman 10 – 30 kilometer telah menyebabkan masyarakat panik. Gempa dirasakan kuat di Desa Lamabute, Desa Napasabok, Desa Lamawolo, dan Desa Waimatan Kecamatan Ile Ape Timur Kabupaten Lembata pada Selasa 10 Oktober 2017 dini hari hingga sore hari.
“Tidak ada korban jiwa dari gempa tersebut. Sebanyak 723 jiwa mengungsi ke beberapa tempat di Kecamatan Ile Ape. Pengungsi berasal dari Desa Waimatan sebanyak 160 orang mengungsi di Kantor Camat, dari Desa Lamawolo sebanyak 60 orang mengungsi ke Lewoleba, dan dari Desa Napasabok dan Desa Lamabute sebanyak 503 orang mengungsi di Kantor Camat Ile Ape dan Pustu Waipukang,” katanya dalam rilis yang diterima SINDOnews, Rabu (11/10/2017).
Data sementara terdapat 5 rumah rusak karena tertimpa batuan dari lereng gunung dan akibat guncangan gempa. BPBD masih melakukan pendataan untuk mendapatkan data akurat dan membangun tempat penampungan sementara dan memberikan bantuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
BPBD Kabupaten Lembata bersama Polsek Lembata, Koramil 1624/03 Lembata Barat, PLAN Lembata, Forum PRB, Dinas PU dan Perhubungan, PMI Lembata, Dinas Sosial, dan BPMD, serta Yayasan Bina Sejahtera Lembata mendatangi lokasi terdampak gempa untuk melakukan pendataan serta evakuasi warga yang terdampak ke tempat yang aman.
Kepala BNPB Willem Rampangilei, telah memerintahkan Tim Reaksi Cepat BNPB melakukan pendampingan kepada BPBD. Bantuan logistik dari BPBD Provinsi NTT dan BPBD sekitar Kabupaten Lembata dapat dikirimkan untuk membantu pengungsi. “Masyarakat diimbau untuk tetap tenang. Pemantauan aktivitas Gunung Ili Lewotolok dilakukan secara kontinu dari Pos PGA di Desa Laranwutun, Kecamatan Ili Ape,” katanya.
Rekomendasi PVMBG, masyarakat di sekitar Gunung Ili Lewotolok dan pengunjung, pendaki, wisatawan agar tidak beraktivitas dalam zona bahaya dalam area kawah Gunung Ili Lewotolok dan di seluruh area dalam radius 2 km dari puncak atau pusat aktivitas Gunung Ili Lewotolok.
Seluruh pihak agar menjaga ketenangan suasana di Pulau Lembata, tidak menyebarkan berita bohong (hoax) dan tidak terpancing isu-isu tentang erupsi Gunung Ili Lewotolok yang tidak jelas sumbernya. Gunungapi Ili Lewotolok terletak di Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan ketinggian 1423 meter di atas permukaan laut. Sejarah erupsi Gunung Ili Lewotolok pernah terjadi pada tahun 1660, 1819, 1849, 1852, 1821, 1864, 1889, dan 1920.
(wib)