Kodam XVI/Pattimura Musnahkan 725 Pucuk Senpi
A
A
A
AMBON - Untuk menjaga stabilitas keamanan di wilayah Maluku dan Maluku Utara, Komando Daerah Militer (Kodam) XVI/Pattimura memusnahkan 725 pucuk senjata api (senpi). Ratusan senpi berbagai jenis ini dimusnahkan seusai Upacara Bendera memperingati HUT ke-72 TNI di Lapangan Merdeka Ambon, Maluku, Kamis (5/10/2017).
Ratusan senjata laras panjang maupun laras pendek yang dimusnahkan ini diperoleh secara sukarela dari masyarakat di berbagai wilayah di Maluku dan Maluku Utara, selama satu tahun terakhir. Setidaknya ada 725 pucuk senpi, mulai dari rakitan hingga organik.
Dengan penyerahan ratusan pucuk senjata ini, masyarakat dinilai telah menyerahkan sepenuhnya stabilitas keamanan kepada pemerintah dan aparatnya.
"Ratusan pucuk senpi yang kami musnahkan hari ini adalah hasil penyerahan sukarela dari masyarakat kepada petugas," kata Kapendam XVI/Pattimura Kolonel Arm Sarkistan Sihaloho di Lapangan Merdeka Ambon.
Dari hasil pengawasan yang dilakukan, senjata-senjata ini banyak ditemukan di Maluku Utara. Sementara, untuk wilayah Maluku sendiri sudah relatif sedikit. Hal ini seirama dengan tingkat kesadaran masyarakatnya juga sudah relatif membaik.
Senjata rakitan seluruhnya akan dihancurkan. Sementara senjata organik sebagian dihancurkan, dan sebagian lainnya lagi akan diserahkan ke Angkatan Darat untuk dimuseumkan. Di antara senpi-senpi tersebut ada senjata kaliber peninggalan Perancis, Jerman, dan Belanda.
Menurut Sihaloho, saat ini Kodam XVI/Pattimura juga sedang melaksanakan Operasi Pamrahwan (Pengamanan Daerah Rawan). Dalam operasi ini, petugas lebih cenderung menjaga keseimbangan yakni dengan mengutamakan pendekatan kesejahteraan kepada masyarakat.
"Pada program ini, kita minta masyarakat untuk menyerahkan senjata tanpa paksaan. Jadi petugas hanya mengatakan kepada mereka bahwa menyimpan senjata adalah tindakan melanggar hukum," katanya.
Menyangkut kompensasi kepada masyarakat yang sukarela menyerahkan senpi, Kodam XVI/Pattimura memberikan kesejahteraan kepada mereka dalam bentuk program Emas Hijau dan Emas Biru, yang dirintis Pangdam Mayjen TNI Doni Monardo.
"Jadi yang kita serahkan bukan dalam bentuk materi, namun kegiatan-kegiatan lain. Hal ini kita maksudkan agar masyarakat punya pekerjaan baru dan tidak lagi berpikir tentang konflik."
Ratusan senjata laras panjang maupun laras pendek yang dimusnahkan ini diperoleh secara sukarela dari masyarakat di berbagai wilayah di Maluku dan Maluku Utara, selama satu tahun terakhir. Setidaknya ada 725 pucuk senpi, mulai dari rakitan hingga organik.
Dengan penyerahan ratusan pucuk senjata ini, masyarakat dinilai telah menyerahkan sepenuhnya stabilitas keamanan kepada pemerintah dan aparatnya.
"Ratusan pucuk senpi yang kami musnahkan hari ini adalah hasil penyerahan sukarela dari masyarakat kepada petugas," kata Kapendam XVI/Pattimura Kolonel Arm Sarkistan Sihaloho di Lapangan Merdeka Ambon.
Dari hasil pengawasan yang dilakukan, senjata-senjata ini banyak ditemukan di Maluku Utara. Sementara, untuk wilayah Maluku sendiri sudah relatif sedikit. Hal ini seirama dengan tingkat kesadaran masyarakatnya juga sudah relatif membaik.
Senjata rakitan seluruhnya akan dihancurkan. Sementara senjata organik sebagian dihancurkan, dan sebagian lainnya lagi akan diserahkan ke Angkatan Darat untuk dimuseumkan. Di antara senpi-senpi tersebut ada senjata kaliber peninggalan Perancis, Jerman, dan Belanda.
Menurut Sihaloho, saat ini Kodam XVI/Pattimura juga sedang melaksanakan Operasi Pamrahwan (Pengamanan Daerah Rawan). Dalam operasi ini, petugas lebih cenderung menjaga keseimbangan yakni dengan mengutamakan pendekatan kesejahteraan kepada masyarakat.
"Pada program ini, kita minta masyarakat untuk menyerahkan senjata tanpa paksaan. Jadi petugas hanya mengatakan kepada mereka bahwa menyimpan senjata adalah tindakan melanggar hukum," katanya.
Menyangkut kompensasi kepada masyarakat yang sukarela menyerahkan senpi, Kodam XVI/Pattimura memberikan kesejahteraan kepada mereka dalam bentuk program Emas Hijau dan Emas Biru, yang dirintis Pangdam Mayjen TNI Doni Monardo.
"Jadi yang kita serahkan bukan dalam bentuk materi, namun kegiatan-kegiatan lain. Hal ini kita maksudkan agar masyarakat punya pekerjaan baru dan tidak lagi berpikir tentang konflik."
(zik)