Sensasi Berenang Bersama Ikan Raksasa di Pemandian Raja Hayam Wuruk
A
A
A
PASURUAN - Selama ini, Kabupaten Pasuruan dikenal dengan ragam potensi wisata, baik wisata alam, budaya maupun wisata minat khusus yang terus dikembangkan, sehingga menjadikan kontributor pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pariwisata.
Industri pariwisata diharapkan jadi motor penggerak dalam mempromosikan dan menjual potensi daerah, karena dengan meningkatnya industri pariwisata maka sektor-sektor lain dapat menjadi objek kunjungan. Terlebih dengan perkembangan tren wisata agro seperti halnya memetik Apel, bertanam padi dan membajak sawah dengan mengendarai kerbau menjadi hal yang menarik wisatawan.
Di antara objek wisata alam yang saat ini intens dikembangkan yakni pemandian alam Banyu Biru. Bertempat di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Banyu Biru memiliki keunikannya sendiri karena bukan pemandian atau kolam renang buatan, melainkan terdapat sumber mata air berwarna biru jernih.
Janganlah heran itu sebabnya tempat wisata favorit para pengunjung ini dinamakan Banyu Biru atau yang artinya adalah air biru. Sebelum disebut dengan nama Banyu Biru, awalnya objek wisata Pasuruan ini dinamakan Telaga Wilis.
Sebagai salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Pasuruan, Banyu Biru yang berada di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Winongan sangat cocok untuk wisata keluarga. Dengan keindahan alam dan kesegaran sumber mata airnya, masyarakat dapat melepas kepenatan sekaligus sejenak mendinginkan suasana dari panasnya suhu udara di Pasuruan.
Di dalam kolam hidup ratusan ikan yang sering disebut Sengkaring berukuran besar sampai 1 meter yang konon ikan keramat. Sedangkan di sudut areal pemandian terdapat beberapa sisa arca yang saat ini dikumpulkan dan sudah diidentifikasi oleh arkeolog Belanda pada tahun 1929.
Peninggalan yang juga tidak kalah menarik dapat dijumpai yaitu keberadaan kala yang dimungkinan merupakan bagian dari struktur candi. Bisa jadi, pemandian Banyu Biru merupakan patirtaan (pemandian kuno) yang dulu dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat dalam perjalanan ke Lumajang. Banyu Biru sekitar 15 km dari Kota Pasuruan.
Pemandian alam Banyu Biru ini ternyata sudah dikenal sejak jaman Kolonial Belanda. Hal ini diketahui dari ditemukannya foto-foto kuno tahun 1900-an koleksi KILTV danTropen Museum Belanda. Sampai akhir 2016, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Banyu Biru mencapai 96.898 orang.
Di Banyu Biru terdapat 4 kolam renang yang cukup besar. Dua kolam pertama adalah bersumber dari mata air asli dari alam, sedangkan dua lainnya kolam renang buatan.
Debit mata air yang cukup besar sanggup untuk mengisi 2 kolam renang tersebut. Para pengunjung yang datang dapat menikmati segarnya sumber mata air. Tidak jarang banyak atlet atau perenang profesional yang menggunakan kolam renang di sini sebagai tempat latihan.
Selain pemandian yang menarik, para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam nan asri di sekitaran kawasan Banyu Biru. Terdapat fasilitas-fasilitas lain yang disediakan seperti wahana bermain air, kolam ikan, tempat pameran, taman bermain anak, dan lapangan tenis. Untuk masuk ke dalam kawasan wisata alam Banyu Biru ini Anda harus membayar tiket masuk dengan harga yang sangat terjangkau. (Eka Maria)
Industri pariwisata diharapkan jadi motor penggerak dalam mempromosikan dan menjual potensi daerah, karena dengan meningkatnya industri pariwisata maka sektor-sektor lain dapat menjadi objek kunjungan. Terlebih dengan perkembangan tren wisata agro seperti halnya memetik Apel, bertanam padi dan membajak sawah dengan mengendarai kerbau menjadi hal yang menarik wisatawan.
Di antara objek wisata alam yang saat ini intens dikembangkan yakni pemandian alam Banyu Biru. Bertempat di Desa Sumberejo, Kecamatan Winongan, Banyu Biru memiliki keunikannya sendiri karena bukan pemandian atau kolam renang buatan, melainkan terdapat sumber mata air berwarna biru jernih.
Janganlah heran itu sebabnya tempat wisata favorit para pengunjung ini dinamakan Banyu Biru atau yang artinya adalah air biru. Sebelum disebut dengan nama Banyu Biru, awalnya objek wisata Pasuruan ini dinamakan Telaga Wilis.
Sebagai salah satu destinasi wisata andalan Kabupaten Pasuruan, Banyu Biru yang berada di Desa Sumber Rejo, Kecamatan Winongan sangat cocok untuk wisata keluarga. Dengan keindahan alam dan kesegaran sumber mata airnya, masyarakat dapat melepas kepenatan sekaligus sejenak mendinginkan suasana dari panasnya suhu udara di Pasuruan.
Di dalam kolam hidup ratusan ikan yang sering disebut Sengkaring berukuran besar sampai 1 meter yang konon ikan keramat. Sedangkan di sudut areal pemandian terdapat beberapa sisa arca yang saat ini dikumpulkan dan sudah diidentifikasi oleh arkeolog Belanda pada tahun 1929.
Peninggalan yang juga tidak kalah menarik dapat dijumpai yaitu keberadaan kala yang dimungkinan merupakan bagian dari struktur candi. Bisa jadi, pemandian Banyu Biru merupakan patirtaan (pemandian kuno) yang dulu dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat dalam perjalanan ke Lumajang. Banyu Biru sekitar 15 km dari Kota Pasuruan.
Pemandian alam Banyu Biru ini ternyata sudah dikenal sejak jaman Kolonial Belanda. Hal ini diketahui dari ditemukannya foto-foto kuno tahun 1900-an koleksi KILTV danTropen Museum Belanda. Sampai akhir 2016, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Banyu Biru mencapai 96.898 orang.
Di Banyu Biru terdapat 4 kolam renang yang cukup besar. Dua kolam pertama adalah bersumber dari mata air asli dari alam, sedangkan dua lainnya kolam renang buatan.
Debit mata air yang cukup besar sanggup untuk mengisi 2 kolam renang tersebut. Para pengunjung yang datang dapat menikmati segarnya sumber mata air. Tidak jarang banyak atlet atau perenang profesional yang menggunakan kolam renang di sini sebagai tempat latihan.
Selain pemandian yang menarik, para pengunjung juga dapat menikmati pemandangan alam nan asri di sekitaran kawasan Banyu Biru. Terdapat fasilitas-fasilitas lain yang disediakan seperti wahana bermain air, kolam ikan, tempat pameran, taman bermain anak, dan lapangan tenis. Untuk masuk ke dalam kawasan wisata alam Banyu Biru ini Anda harus membayar tiket masuk dengan harga yang sangat terjangkau. (Eka Maria)
(poe)