Tambang Pasir Longsor, Rika Kehilangan Suami, Anak, dan Keponakan

Kamis, 14 September 2017 - 20:55 WIB
Tambang Pasir Longsor,...
Tambang Pasir Longsor, Rika Kehilangan Suami, Anak, dan Keponakan
A A A
MOJOKERTO - Tambang pasir dan batu (sirtu) ilegal di Dusun Glogok, Desa Sumbertanggul, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memakan korban jiwa. Empat penambang tewas tertimpa reruntuhan tebing setinggi 15 meter, pagi tadi.

Tangisan pecah kala jenazah Kodir (60) tiba di rumah duka, di Dusun Glogok. Istri almarhum, Rika tak kuasa melihat jasad suaminya diturunkan dari ambulans.

Berkali-kali ia meronta memanggil nama sang suami yang sudah memberinya dua orang anak itu. Mata perempuan paruh baya itu pun tak henti memandang wajah sang suami yang sudah berselimut kafan. Bersamaan dengan itu, butiran bening tampak mengalir deras dari sudut-sudut kedua matanya. Kepergian Kodir, benar-benar membuat ketegaran perempuan berusia 52 tahun itu runtuh.

Belum kelar Rika mencurahkan kepedihannya, kenyataan pahit kembali datang. Hanya berselang beberapa menit, jasad lain kembali datang. Ya, dia adalah Wijanarko (35), putra sulungnya yang juga tewas akibat tertimbun longsor bersama sang ayah.

Perempuan itu tak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa bersimpuh pasrah atas musibah yang dihadapi. Pagi tadi adalah detik terakhir Rika bersua dengan suami dan anaknya yang selama ini menjadi penopang kebutuhan keluarga.

Di mata keluarga, Kodir adalah kepala rumah tangga yang baik, bertanggung jawab dan tidak neko-neko. Dia banting tulang menjadi penambang pasir dan batu untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

"Beliau orangnya baik, dari dulu memang kerjanya mencari pasir di sebelah itu," kata Umi (33), kerabat Kodir, saat ditemui di rumahnya.

Umi mendengar berita duka sesaat setelah peristiwa longsor terjadi. Sebab, jarak rumah Kodir dengan lokasi pertambangan tak begitu jauh dan masih dalam satu dusun. Ia pun sempat shock saat mendengar kabar bapak dan anak itu menjadi korban longsor.

"Tadi saya sempat ngobrol sama istrinya, dia cerita kalau Pak Kodir dan Wijanarko belum sempat sarapan saat berangkat. Terus ada kabar kalau keduanya meninggal karena longsor pasir," ujar Umi yang juga tak bisa menyembunyikan kesedihannya.

Senada dengan Umi, Pingki yang juga kerabat Kodir, mengaku terhentak saat mendengar musibah itu. Ia tak menyangka, bakal kehilangan tiga orang kerabat sekaligus. Sebab, Iswanto (35) yang juga salah satu korban tewas, merupakan keponakan Kodir.

"Mereka bertiga selalu bekerja bersama-sama. Pak Kodir ini orangnya sangat baik, maka itu ia selalu mengajak saudara-saudaranya kalau bekerja. Maksudnya agar semuanya bisa mendapatkan hasil."
(zik)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1123 seconds (0.1#10.140)