20 Tahun Pria Ini Hidup Dipasung karena Mengidap Gangguan Jiwa
A
A
A
BAUBAU - Bagaimana rasanya hidup dipasung sehingga tidak leluasa bergerak selama puluhan tahun dan tinggal di ruang berukuran 1,5 kali 1 meter? Mungkin hanya La Mane yang tahu jawabannya.
Pria berusia 40 tahun, warga Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, sudah hidup dipasung sejak sejak 20 tahun silam. Itu artinya, dia dipasung sejak usianya sekitar 20 tahun. Penyebabnya sama seperti korban lain yang juga bernasib sama dengan La Mane, gangguan jiwa. Oleh keluarganya, dia dibuatkan gubuk kecil di belakang rumah, sekitar 10 meter dari rumahnya, sebagai tempat berteduh.
Gubuk kecil itu ditutup atap dan dinding seng. Di sinilah, La Mane menghabiskan hari-harinya. Kakinya dipasung menggunakan balok kayu berukuran 70 cm dan digembok. Di tempat itu, dia hanya bisa duduk dan berbaring, makan dan buang air. Hanya itu. Untuk makanan dan minumannya, setiap hari ibunya, Wa Haya, atau keponakannya Dewi, rutin membawa ke gubuk kecil itu.
Menurut Ibu La Mane, Wa Haya, putranya sudah sejak lama menderita gangguan jiwa. Penyakit itu bermula ketika La Mane terkena santet. La Mane sering berbicara, berteriak, bahkan marah-marah sendiri tanpa sebab yang jelas. Keluarga pernah berupaya menyembuhkannya. Mereka memanggil dukun, namun tak berhasil. “Karena takut mengganggu warga, kami terpaksa memasung La Mane,” kata Wa Haya.
Keponakan La Mane, Dewi menambahkan, keluarga juga pernah membawa La Mane ke puskesmas. Namun, pihak puskesmas mengaku tidak sanggup menanganinya sehingga keluarga diminta membawa La Mane pulang. Pernah juga keluarga meminta bantuan pihak kelurahan untuk menangani penyakit gangguan jiwa yang diderita La Mane. Itu pun tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, Lurah Liabuku, Nikolaus Uling ketika dikonfirmasi mengaku sudah mengupayakan bantuan kepada La Mane. Salah satunya berkomunikasi dengan Dinas Sosial Provinsi Sultra secara lisan. “Pihak Dinas Sosial mengatakan, tidak ada bantuan anggaran dari pemerintah untuk menangani warga yang mengalami gangguan jiwa,” kata Nikolaus Uling.
Kini, La Mane hanya bisa terbaring kaku di dalam gubuk kecil tersebut. Keluarga pun hanya bisa pasrah karena tidak mempunyai dana untuk mengobati La Mane. Meskipun begitu, keluarga masih berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dengan memberikan perawatan pada La Mane di rumah sakit jiwa.
Pria berusia 40 tahun, warga Kelurahan Liabuku, Kecamatan Bungi, Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra) ini, sudah hidup dipasung sejak sejak 20 tahun silam. Itu artinya, dia dipasung sejak usianya sekitar 20 tahun. Penyebabnya sama seperti korban lain yang juga bernasib sama dengan La Mane, gangguan jiwa. Oleh keluarganya, dia dibuatkan gubuk kecil di belakang rumah, sekitar 10 meter dari rumahnya, sebagai tempat berteduh.
Gubuk kecil itu ditutup atap dan dinding seng. Di sinilah, La Mane menghabiskan hari-harinya. Kakinya dipasung menggunakan balok kayu berukuran 70 cm dan digembok. Di tempat itu, dia hanya bisa duduk dan berbaring, makan dan buang air. Hanya itu. Untuk makanan dan minumannya, setiap hari ibunya, Wa Haya, atau keponakannya Dewi, rutin membawa ke gubuk kecil itu.
Menurut Ibu La Mane, Wa Haya, putranya sudah sejak lama menderita gangguan jiwa. Penyakit itu bermula ketika La Mane terkena santet. La Mane sering berbicara, berteriak, bahkan marah-marah sendiri tanpa sebab yang jelas. Keluarga pernah berupaya menyembuhkannya. Mereka memanggil dukun, namun tak berhasil. “Karena takut mengganggu warga, kami terpaksa memasung La Mane,” kata Wa Haya.
Keponakan La Mane, Dewi menambahkan, keluarga juga pernah membawa La Mane ke puskesmas. Namun, pihak puskesmas mengaku tidak sanggup menanganinya sehingga keluarga diminta membawa La Mane pulang. Pernah juga keluarga meminta bantuan pihak kelurahan untuk menangani penyakit gangguan jiwa yang diderita La Mane. Itu pun tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, Lurah Liabuku, Nikolaus Uling ketika dikonfirmasi mengaku sudah mengupayakan bantuan kepada La Mane. Salah satunya berkomunikasi dengan Dinas Sosial Provinsi Sultra secara lisan. “Pihak Dinas Sosial mengatakan, tidak ada bantuan anggaran dari pemerintah untuk menangani warga yang mengalami gangguan jiwa,” kata Nikolaus Uling.
Kini, La Mane hanya bisa terbaring kaku di dalam gubuk kecil tersebut. Keluarga pun hanya bisa pasrah karena tidak mempunyai dana untuk mengobati La Mane. Meskipun begitu, keluarga masih berharap pemerintah bisa memberikan perhatian dengan memberikan perawatan pada La Mane di rumah sakit jiwa.
(mcm)