174 IKM Ramaikan Jogja Fashion Week
A
A
A
YOGYAKARTA - Sebanyak 174 Industri kecil dan menengah (IKM) di DIY ambil bagian dalam ajang Jogja Fashion Week (JFW) ke- 12 di Jogja Expo Center (JEC), 23- 27 Agustus mendatang. Even tahunan yang dihelat Dinas Perindustrian dan Perdagangan DIY pun ditargetkan mampu menjadikan IKM di DIY go publik.
Kepala Disperindag DIY Budi Antono menjelaskan, agenda JFW ke -12 ini dibuat berbeda. Pihaknya memang berusah menampilkan pakaian tradisional gaya Yogya termasuk menampilkan batik khas semua kabupaten/kota se- DIY.
"Harapan kami memang ada target transaksi hingga Rp 600 juta dalam even ini," terangnya usai pembulkaan JFW di JEC (23/8/2017).
Dijelaskannya, lima batik khas yang ditampilkan adalah batik segara amarto atau batik khas kota Yogyakarta, batik Walang yang menjadi batik khas Gunungkidul, batik geblek renteng Kulonprogo, batik Kembang Kates dari Bantul dan Batik Parijotho yang menjadi batik khas kabupaten Sleman.
Semua ditampilkan oleh para model di catwalk di arena pembukaan JFW 12 di Jogja Expo Center (JEC). "Kali ini kita tampilkan 174 IKM dengan anek produknya. Semua gratis tanpa ditarik biaya sehingga diharapkan pelaku IKM bisa menjual produk terjangkau," imbuhnya.
Dilanjutkannya, agenda JFW ini dilakukan untuk mendorong berkembangnya sektor industri kreatif khususnya fashion di DIY, berkembangnya desain produk kreatif serta meningkatkan pemasaran dengan memperluas jaringan pemasaran ke internasional dan juga memberikan nilai tambah dan kesejahteraan IKM di DIY.
"Banyak agenda dalam JFW ini, di antaranya adalah Fashion exhibition, Fashion seminar, fashion competition, Fashion show, fashion art, talkshow serta carnival," beber dia.
Dengan mengambil tema dream in harmony, panitia berharap mimpi dalam perkembangan IKM menjadi go publik namun tetap dalam bingkai kearifan lokal.
Kepala Disperindag DIY Budi Antono menjelaskan, agenda JFW ke -12 ini dibuat berbeda. Pihaknya memang berusah menampilkan pakaian tradisional gaya Yogya termasuk menampilkan batik khas semua kabupaten/kota se- DIY.
"Harapan kami memang ada target transaksi hingga Rp 600 juta dalam even ini," terangnya usai pembulkaan JFW di JEC (23/8/2017).
Dijelaskannya, lima batik khas yang ditampilkan adalah batik segara amarto atau batik khas kota Yogyakarta, batik Walang yang menjadi batik khas Gunungkidul, batik geblek renteng Kulonprogo, batik Kembang Kates dari Bantul dan Batik Parijotho yang menjadi batik khas kabupaten Sleman.
Semua ditampilkan oleh para model di catwalk di arena pembukaan JFW 12 di Jogja Expo Center (JEC). "Kali ini kita tampilkan 174 IKM dengan anek produknya. Semua gratis tanpa ditarik biaya sehingga diharapkan pelaku IKM bisa menjual produk terjangkau," imbuhnya.
Dilanjutkannya, agenda JFW ini dilakukan untuk mendorong berkembangnya sektor industri kreatif khususnya fashion di DIY, berkembangnya desain produk kreatif serta meningkatkan pemasaran dengan memperluas jaringan pemasaran ke internasional dan juga memberikan nilai tambah dan kesejahteraan IKM di DIY.
"Banyak agenda dalam JFW ini, di antaranya adalah Fashion exhibition, Fashion seminar, fashion competition, Fashion show, fashion art, talkshow serta carnival," beber dia.
Dengan mengambil tema dream in harmony, panitia berharap mimpi dalam perkembangan IKM menjadi go publik namun tetap dalam bingkai kearifan lokal.
(rhs)