Hanura Kritik Komunikasi Politik Ridwan Kamil Lemah
A
A
A
BANDUNG - DPD Partai Hanura Jawa Barat mengkritisi Ridwan Kamil yang dinilai lemah dalam berkomunikasi politik. Akibatnya, Hanura memilih berpikir ulang mengusung Ridwan Kamil ke Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018.
Ketua Tim Pemenangan Pilkada Partai (TPPP) DPD Hanura Jabar Boedi Hermansyah mengakui, komunikasi politik yang dibangun Wali Kota Bandung itu dengan partainya kurang berjalan baik. Bahkan, bukan hanya dengan partainya, Ridwan Kamil pun dinilai lemah berkomunikasi dengan partai politik (parpol) lainnya.
"Apakah Ridwan Kamil pernah silaturahmi ke kantor kami? Atau ke partai DPD lainnya? Itu sangat kita catat. Kan kita mau bangun kerja sama politik, harusnya ada komunikasi politik yang baik juga," ungkap Boedi ditemui di Hotel Preanger, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (14/8/2017).
Lemahnya komunikasi politik yang dibangun Ridwan Kamil, lanjut Boedi, bisa terlihat dari belum adanya dukungan dari parpol lain selain Partai NasDem yang memang sudah resmi mendeklarasikan pria yang akrab disapa Emil itu sebagai calon gubernur (cagub) Jabar.
Boedi mengingatkan, popularitas dan elektabilitas Emil bukanlah jaminan bahwa parpol akan kepincut dan langsung memberikan dukungan. Sebab, partai merupakan organisasi yang memiliki mekanisme dan struktur. "ā€ˇFigur bisa pergi ke mana saja ketika sudah resmi diantarkan partai pada sebuah tujuan politik, tapi kalau partai tidak akan ke mana-mana. Intinya, figur bukan jaminan," tegasnya.
Pernyataan Boedi merunut kepada pengalaman Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2013 lalu, di mana Ridwan Kamil akhirnya meninggalkan Gerindra dan PKS yang telah mengantarkannya memenangi Pilwalkot Bandung 2013. Meski begitu, kata Boedi, tidak ada kata terlambat bagi Emil untuk sowan ke kantor DPD Hanura Jabar, itu pun jika Emil memang ingin didukung Partai Hanura.
Terlebih, jalinan komunikasi antara Hanura dan NasDem Jabar pun selama ini baik, termasuk dengan PPP dan PKB yang kini sedang membangun wacana koalisi. "Ini masih ada waktu dengan Ridwan Kamil. Kita kan sahabat dengan NasDem, dengan PPP, dan PKB, juga kita membicarakan wakil yang bakal didorong," jelasnya.
Boedi menambahkan, meski tengah membangun wacana koalisi dengan NasDem, PPP, dan PKB, partainya tetap membuka peluang bergabung dengan poros PDIP dan Golkar. "Kita masih komunikasi baik juga dengan poros Golkar dan PDIP juga karena kita baru menentukan sikap mungkin Agustus atau September ini. Waktu pendaftaran ke KPU kan Januari 2018 nanti," tandasnya.
Ketua Tim Pemenangan Pilkada Partai (TPPP) DPD Hanura Jabar Boedi Hermansyah mengakui, komunikasi politik yang dibangun Wali Kota Bandung itu dengan partainya kurang berjalan baik. Bahkan, bukan hanya dengan partainya, Ridwan Kamil pun dinilai lemah berkomunikasi dengan partai politik (parpol) lainnya.
"Apakah Ridwan Kamil pernah silaturahmi ke kantor kami? Atau ke partai DPD lainnya? Itu sangat kita catat. Kan kita mau bangun kerja sama politik, harusnya ada komunikasi politik yang baik juga," ungkap Boedi ditemui di Hotel Preanger, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Senin (14/8/2017).
Lemahnya komunikasi politik yang dibangun Ridwan Kamil, lanjut Boedi, bisa terlihat dari belum adanya dukungan dari parpol lain selain Partai NasDem yang memang sudah resmi mendeklarasikan pria yang akrab disapa Emil itu sebagai calon gubernur (cagub) Jabar.
Boedi mengingatkan, popularitas dan elektabilitas Emil bukanlah jaminan bahwa parpol akan kepincut dan langsung memberikan dukungan. Sebab, partai merupakan organisasi yang memiliki mekanisme dan struktur. "ā€ˇFigur bisa pergi ke mana saja ketika sudah resmi diantarkan partai pada sebuah tujuan politik, tapi kalau partai tidak akan ke mana-mana. Intinya, figur bukan jaminan," tegasnya.
Pernyataan Boedi merunut kepada pengalaman Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2013 lalu, di mana Ridwan Kamil akhirnya meninggalkan Gerindra dan PKS yang telah mengantarkannya memenangi Pilwalkot Bandung 2013. Meski begitu, kata Boedi, tidak ada kata terlambat bagi Emil untuk sowan ke kantor DPD Hanura Jabar, itu pun jika Emil memang ingin didukung Partai Hanura.
Terlebih, jalinan komunikasi antara Hanura dan NasDem Jabar pun selama ini baik, termasuk dengan PPP dan PKB yang kini sedang membangun wacana koalisi. "Ini masih ada waktu dengan Ridwan Kamil. Kita kan sahabat dengan NasDem, dengan PPP, dan PKB, juga kita membicarakan wakil yang bakal didorong," jelasnya.
Boedi menambahkan, meski tengah membangun wacana koalisi dengan NasDem, PPP, dan PKB, partainya tetap membuka peluang bergabung dengan poros PDIP dan Golkar. "Kita masih komunikasi baik juga dengan poros Golkar dan PDIP juga karena kita baru menentukan sikap mungkin Agustus atau September ini. Waktu pendaftaran ke KPU kan Januari 2018 nanti," tandasnya.
(wib)