Gerindra Disarankan Rekrut Demiz Jadi Kader
A
A
A
BANDUNG - Deddy Mizwar (Demiz) digadang-gadang akan maju sebagai calon gubernur (cagub) di Pilgub Jawa Barat 2018 dengan Ahmad Syaikhu sebagai calon wakil gubernur (cawagub). Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Gerindra akan jadi pengusungnya.
Pakar politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi mengatakan, seharusnya Gerindra mengambil langkah khusus terkait pilgub. Sebab, jika pasangan Demiz-Syaikhu benar-benar diusung, Gerindra tidak memiliki representasi di antara keduanya. Seperti diketahui, Demiz bukan kader partai politik. Sementara, Syaikhu adalah kader PKS yang saat ini menjabar Wakil Wali Kota Bekasi.
Demiz sendiri selama ini lebih dekat dengan PKS. Apalagi, PKS digadang-gadang akan mendorong Syaikhu sebagai cawagub. Artinya, nama PKS akan sangat kental dalam pasangan Demiz-Syaikhu. Sebaliknya, Gerindra akan tenggelam dalam bayang-bayang PKS.
Muradi pun menyarankan agar Demiz direkrut Gerindra untuk menjadi kader. Dengan begitu, pasangan Demiz-Syaikhu akan benar-benar merepresentasikan Gerindra-PKS.
Jika hal itu tidak dilakukan, Gerindra dalam posisi rugi mengusung pasangan tersebut. Selain tidak memiliki representasi partai, Gerindra tidak akan memiliki akses politik secara penuh terhadap pasangan tersebut.
"Saya kira penting untuk didorong bagaimana Gerindra bisa mempartaikan Deddy Mizwar. Kalau tidak, dia (Gerindra) rugi secara partai karena dia tidak mendapatkan akses politik secara penuh," ujar Muradi, Senin (14/8/2017).
Jika ternyata Gerindra memaksakan mengusung Demiz-Syaikhu tanpa menjadikan Demiz sebagai kader, partai besutan Prabowo Subianto itu akan kembali merasakan 'sakit' untuk kedua kali. Gerindra bisa saja kelak ditinggalkan seperti yang dilakukan oleh Ridwan Kamil.
"Ini akan kejadian sama seperti ketika dia mengusung Ridwan Kamil di Kota Bandung, posisi Gerindra enggak dapat apa-apa kan (karena Ridwan Kamil bukan kader Gerindra). Kalau PKS kan ada nama wakilnya tuh (Oded Danial)," jelasnya.
Muradi mengatakan, sejauh ini Gerindra tidak memiliki kader yang bisa diandalkan untuk maju di pilgub. Hanya ada satu nama yang bisa dipaksakan maju yaitu Burhanudin Abdullah yang merupakan eks gubernur Bank Indonesia. Ia juga merupakan Dewan Pakar DPP Partai Gerindra. "Kalau mau jujur ya Burhanudin Abdullah, dia bisa jadi maju sebagai figur (yang merepresentasikan Gerindra) kalau mau dipaksakan."
Di luar Burhanudin Abdullah, Muradi melihat tidak ada kader Gerindra yang layak didorong di Pilgub Jawa Barat berdasarkan popularitas dan elektabilitas. Sehingga, mau tidak mau Gerindra dihadapkan pada opsi tersebut. Tapi, ia tidak sepakat jika Gerindra disebut dalam kondisi kritis dalam menghadapi pilgub jika tidak merekrut Demiz sebagai kader atau memaksakan Burhanudin Abdullah.
"Bahasa politiknya, (Gerindra) enggak dapat apa-apa. Katakanlah misalnya Golkar, Golkar punya klaim dengan adanya Dedi Mulyadi, serepot-repotnya PDIP ada nama Puti Guntur Soekarno, Rieke Diah Pitaloka, TB Hasanudin, ada klaim kader."
Jika Gerindra memaksakan mendukung Demiz-Syaikhu tanpa menjadikan Demiz sebagai kader, hal itu akan percuma. Apalagi jika kelak mengklaim kemenangan Demiz-Syaikhu disokong oleh Gerindra. "Kalau dia (Gerindra) enggak dapat apa-apa tapi mengklaim Deddy Mizwar didukung Gerindra, percuma," tegas Muradi.
Pakar politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi mengatakan, seharusnya Gerindra mengambil langkah khusus terkait pilgub. Sebab, jika pasangan Demiz-Syaikhu benar-benar diusung, Gerindra tidak memiliki representasi di antara keduanya. Seperti diketahui, Demiz bukan kader partai politik. Sementara, Syaikhu adalah kader PKS yang saat ini menjabar Wakil Wali Kota Bekasi.
Demiz sendiri selama ini lebih dekat dengan PKS. Apalagi, PKS digadang-gadang akan mendorong Syaikhu sebagai cawagub. Artinya, nama PKS akan sangat kental dalam pasangan Demiz-Syaikhu. Sebaliknya, Gerindra akan tenggelam dalam bayang-bayang PKS.
Muradi pun menyarankan agar Demiz direkrut Gerindra untuk menjadi kader. Dengan begitu, pasangan Demiz-Syaikhu akan benar-benar merepresentasikan Gerindra-PKS.
Jika hal itu tidak dilakukan, Gerindra dalam posisi rugi mengusung pasangan tersebut. Selain tidak memiliki representasi partai, Gerindra tidak akan memiliki akses politik secara penuh terhadap pasangan tersebut.
"Saya kira penting untuk didorong bagaimana Gerindra bisa mempartaikan Deddy Mizwar. Kalau tidak, dia (Gerindra) rugi secara partai karena dia tidak mendapatkan akses politik secara penuh," ujar Muradi, Senin (14/8/2017).
Jika ternyata Gerindra memaksakan mengusung Demiz-Syaikhu tanpa menjadikan Demiz sebagai kader, partai besutan Prabowo Subianto itu akan kembali merasakan 'sakit' untuk kedua kali. Gerindra bisa saja kelak ditinggalkan seperti yang dilakukan oleh Ridwan Kamil.
"Ini akan kejadian sama seperti ketika dia mengusung Ridwan Kamil di Kota Bandung, posisi Gerindra enggak dapat apa-apa kan (karena Ridwan Kamil bukan kader Gerindra). Kalau PKS kan ada nama wakilnya tuh (Oded Danial)," jelasnya.
Muradi mengatakan, sejauh ini Gerindra tidak memiliki kader yang bisa diandalkan untuk maju di pilgub. Hanya ada satu nama yang bisa dipaksakan maju yaitu Burhanudin Abdullah yang merupakan eks gubernur Bank Indonesia. Ia juga merupakan Dewan Pakar DPP Partai Gerindra. "Kalau mau jujur ya Burhanudin Abdullah, dia bisa jadi maju sebagai figur (yang merepresentasikan Gerindra) kalau mau dipaksakan."
Di luar Burhanudin Abdullah, Muradi melihat tidak ada kader Gerindra yang layak didorong di Pilgub Jawa Barat berdasarkan popularitas dan elektabilitas. Sehingga, mau tidak mau Gerindra dihadapkan pada opsi tersebut. Tapi, ia tidak sepakat jika Gerindra disebut dalam kondisi kritis dalam menghadapi pilgub jika tidak merekrut Demiz sebagai kader atau memaksakan Burhanudin Abdullah.
"Bahasa politiknya, (Gerindra) enggak dapat apa-apa. Katakanlah misalnya Golkar, Golkar punya klaim dengan adanya Dedi Mulyadi, serepot-repotnya PDIP ada nama Puti Guntur Soekarno, Rieke Diah Pitaloka, TB Hasanudin, ada klaim kader."
Jika Gerindra memaksakan mendukung Demiz-Syaikhu tanpa menjadikan Demiz sebagai kader, hal itu akan percuma. Apalagi jika kelak mengklaim kemenangan Demiz-Syaikhu disokong oleh Gerindra. "Kalau dia (Gerindra) enggak dapat apa-apa tapi mengklaim Deddy Mizwar didukung Gerindra, percuma," tegas Muradi.
(zik)