Ritual Labuh Laut Sembonyo, Cara Nelayan Bersyukur dan Sambut Musim Ikan
A
A
A
TRENGGALEK - Pantai Prigi yang berada di Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur (Jatim), memang memiliki pesona yang mengagumkan. Selain menjadi tempat wisata, pantai ini juga menjadi tambatan ekonomi ribuan warga sekitar yang menjadi nelayan. Tak urung, nelayan sekitar benar-benar menjaga ekosistem laut. Ritual tahunan pun rutin digelar sebagai upaya merawat kelangsungan hidup mereka dari hasil laut.
Sebut saja ritual Labuh Laut Sembonyo yang rutin mereka gelar setiap bulan Suro. Minggu (13/8/2017), ribuan nelayan terlibat dalam acara yang digelar sejak pagi itu. Sejak beberapa hari sebelumnya, para nelayan sibuk menyiapkan ritual larung tumpeng itu. Mereka berharap ritual ini menjadi salah satu bentuk syukur atas berkah yang mereka dapat. Juga sebagai upaya menyambut datangnya musim ikan.
Sebelum melakukan larung tumpeng, warga sengaja membawa tumpeng raksasa berkeliling dalam pawai. Tiba di pelabuhan, tumpeng nasi kuning ini lantas disambut ribuan nelayan lain diikuti dengan berbagai ritual khusus. Sementara ada puluhan perahu nelayan yang siap untuk mengantarkan tumpeng saji itu ke tengah lautan. Terhitung sekitar 60 perahu nelayan yang ikut dalam Labuh Laut Sembonyo ini.
Kabul Sulistyono adalah salah satu nelayan yang terlibat dalam larung saji ini. Menurutnya, kegiatan tersebut rutin dilakukan para nelayan setiap tahun sejak zaman nenek moyang mereka. Mereka berharap, bentuk syukur itu bakal berbuah manis dalam musim ikan yang sudah di depan mata. ”Ini memang sudah masuk musim ikan. Karena itu kami menggelar Labuh Laut Sembonyo. Para nelayan berkomitmen kegiatan seperti ini harus tetap dilestarikan,” ujar Kabul.
Labuh Laut Sembonyo juga menjadi ajang kerukunan para nelayan. Betapa tidak, dalam kegiatan dengan anggaran dana yang tak sedikit itu, semua nelayan terlibat dalam pendanaan. Tak hanya itu, Labuh Laut Sembonyo juga menjadi momentum agar laut beristirahat dari lalu-lalang nelayan mencari ikan. ”Sebelum dan sesudah Labuh Laut Sembonyo, nelayan puasa melaut selama tiga hari. Bahkan untuk memancingpun tidak. Ini sebagai komitmen juga agar semua nelayan rukun. Melaut bersama, puasa melaut juga bersama,” tandasnya.
Labuh Laut Sembonyo tak lagi hanya menjadi ritual ngunduh (panen) ikan. Ritual ini juga menjadi salah daya tarik wisata di Pantai Prigi karena dibarengi dengan sejumlah kegiatan yang menjadi daya tarik wisatawan. Misalnya saja, para nelayan juga menyajikan makan ikan bakar gratis, lomba hias perahu dan pertunjukan seni Ujung. Tak heran, setiap Labuh Laut Sembonyo digelar, ribuan wisatawan menyerbu lokasi wisata ini.
Bahkan saat larung saji, ratusan wisatawan ikut ke tengah laut untuk sekadar menyaksikan prosesinya. Mereka juga berebut mengabadikan momen berebut tumpeng di tengah laut. Tak sedikit pula dari wisatawan yang rela turun dari perahu mengambil bagian dari tumpeng untuk dibawa pulang. ”Tumpengnya memang menjadi rebutan. Kepercayaannya, ini bisa membawa berkah,” tukas Kabul, yang juga seorang penyelam.
Bupati Trenggalek, Emil Dardak memberikan apresiasi kepada nelayan Prigi yang mampu secara konsisten menggelar Labuh Laut Sembonyo. Terlebih, ritual ini telah menjadi daya tarik wisata lantaran dikemas sebagus mungkin. Seperti adanya makan ikan bakar gratis dan sejumlah pertunjukan kesenian. ”Ini menambah daya tarik wisatawan. Kami menyampaikan penghormatan kepada para nelayan Prigi,” ujar Emil Dardak.
Menurut Emil, wisata pantai Prigi memang menjadi andalan wisata di wilayah yang ia pimpin. Peran serta masyarakat sekitar pantai, sangat dibutuhkan untuk kemajuan wisata. Ia yakin, geliat wisata di pantai Prigi bakal mendongkrak perekonomian warga sekitar. ”Wisata ramai, otomatis dampak langsung yang diterima masyarakat adalah meningkatnya derajat ekonomi,” kata Dardak.
Sebut saja ritual Labuh Laut Sembonyo yang rutin mereka gelar setiap bulan Suro. Minggu (13/8/2017), ribuan nelayan terlibat dalam acara yang digelar sejak pagi itu. Sejak beberapa hari sebelumnya, para nelayan sibuk menyiapkan ritual larung tumpeng itu. Mereka berharap ritual ini menjadi salah satu bentuk syukur atas berkah yang mereka dapat. Juga sebagai upaya menyambut datangnya musim ikan.
Sebelum melakukan larung tumpeng, warga sengaja membawa tumpeng raksasa berkeliling dalam pawai. Tiba di pelabuhan, tumpeng nasi kuning ini lantas disambut ribuan nelayan lain diikuti dengan berbagai ritual khusus. Sementara ada puluhan perahu nelayan yang siap untuk mengantarkan tumpeng saji itu ke tengah lautan. Terhitung sekitar 60 perahu nelayan yang ikut dalam Labuh Laut Sembonyo ini.
Kabul Sulistyono adalah salah satu nelayan yang terlibat dalam larung saji ini. Menurutnya, kegiatan tersebut rutin dilakukan para nelayan setiap tahun sejak zaman nenek moyang mereka. Mereka berharap, bentuk syukur itu bakal berbuah manis dalam musim ikan yang sudah di depan mata. ”Ini memang sudah masuk musim ikan. Karena itu kami menggelar Labuh Laut Sembonyo. Para nelayan berkomitmen kegiatan seperti ini harus tetap dilestarikan,” ujar Kabul.
Labuh Laut Sembonyo juga menjadi ajang kerukunan para nelayan. Betapa tidak, dalam kegiatan dengan anggaran dana yang tak sedikit itu, semua nelayan terlibat dalam pendanaan. Tak hanya itu, Labuh Laut Sembonyo juga menjadi momentum agar laut beristirahat dari lalu-lalang nelayan mencari ikan. ”Sebelum dan sesudah Labuh Laut Sembonyo, nelayan puasa melaut selama tiga hari. Bahkan untuk memancingpun tidak. Ini sebagai komitmen juga agar semua nelayan rukun. Melaut bersama, puasa melaut juga bersama,” tandasnya.
Labuh Laut Sembonyo tak lagi hanya menjadi ritual ngunduh (panen) ikan. Ritual ini juga menjadi salah daya tarik wisata di Pantai Prigi karena dibarengi dengan sejumlah kegiatan yang menjadi daya tarik wisatawan. Misalnya saja, para nelayan juga menyajikan makan ikan bakar gratis, lomba hias perahu dan pertunjukan seni Ujung. Tak heran, setiap Labuh Laut Sembonyo digelar, ribuan wisatawan menyerbu lokasi wisata ini.
Bahkan saat larung saji, ratusan wisatawan ikut ke tengah laut untuk sekadar menyaksikan prosesinya. Mereka juga berebut mengabadikan momen berebut tumpeng di tengah laut. Tak sedikit pula dari wisatawan yang rela turun dari perahu mengambil bagian dari tumpeng untuk dibawa pulang. ”Tumpengnya memang menjadi rebutan. Kepercayaannya, ini bisa membawa berkah,” tukas Kabul, yang juga seorang penyelam.
Bupati Trenggalek, Emil Dardak memberikan apresiasi kepada nelayan Prigi yang mampu secara konsisten menggelar Labuh Laut Sembonyo. Terlebih, ritual ini telah menjadi daya tarik wisata lantaran dikemas sebagus mungkin. Seperti adanya makan ikan bakar gratis dan sejumlah pertunjukan kesenian. ”Ini menambah daya tarik wisatawan. Kami menyampaikan penghormatan kepada para nelayan Prigi,” ujar Emil Dardak.
Menurut Emil, wisata pantai Prigi memang menjadi andalan wisata di wilayah yang ia pimpin. Peran serta masyarakat sekitar pantai, sangat dibutuhkan untuk kemajuan wisata. Ia yakin, geliat wisata di pantai Prigi bakal mendongkrak perekonomian warga sekitar. ”Wisata ramai, otomatis dampak langsung yang diterima masyarakat adalah meningkatnya derajat ekonomi,” kata Dardak.
(mcm)