Krisis Air Bersih di Purwakarta, Warga Manfaatkan Air Sungai Ciherang
A
A
A
PURWAKARTA - Krisis air bersih di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terus meluas. Setelah air bersih menjadi barang langka dan mahal di empat desa di Kecamatan Bojong, kini warga Kampung Gurudug, Desa Citalaksana, Kecamatan Pondoksalam, mengalami hal sama dan harus memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan mandi, cuci, kakus (MCK).
Selama tiga bulan terakhir, warga Kampung Gurudug sangat mengandalkan aliran Sungai Ciherang. Tak heran, warga selalu mengantre di bantaran sungai setiap hari. Padahal, jarak dari perkampungan ke sumber air itu mencapai 2 kilometer dan harus ditempuh dengan jalan kaki.
Berdasarkan pantauan SINDOnews, Jumat (11/8/2017), dengan kontur tanah perkampungan yang terdiri dari batuan serta cadas, sangat sulit bagi warga setempat untuk menggali sumur. Selama ini atau sebelum kemarau datang, warga memanfaatkan air dari Kecamatan Wanayasa. Warga pun mengalirkan air itu menggunakan selang ke rumahnya masing-masing.
"Namun sudah tiga bulan mata air mengering, jadi kami terpaksa pergi ke sungai untuk MCK," ujar Mahiya, warga setempat, kepada SINDOnews.
Untuk menghindari antrean, dia harus lebih awal datang ke sungai. Sebab, sungai itu pun debit airnya sudah mulai menyusut. Jadi, siapa datang cepat, akan mendapat air lebih dulu dan lebih bersih. Sementara, untuk kebutuhan minum, warga Desa Citalaksana harus membeli air kemasan galon meskipun mahal.
Selama tiga bulan terakhir, warga Kampung Gurudug sangat mengandalkan aliran Sungai Ciherang. Tak heran, warga selalu mengantre di bantaran sungai setiap hari. Padahal, jarak dari perkampungan ke sumber air itu mencapai 2 kilometer dan harus ditempuh dengan jalan kaki.
Berdasarkan pantauan SINDOnews, Jumat (11/8/2017), dengan kontur tanah perkampungan yang terdiri dari batuan serta cadas, sangat sulit bagi warga setempat untuk menggali sumur. Selama ini atau sebelum kemarau datang, warga memanfaatkan air dari Kecamatan Wanayasa. Warga pun mengalirkan air itu menggunakan selang ke rumahnya masing-masing.
"Namun sudah tiga bulan mata air mengering, jadi kami terpaksa pergi ke sungai untuk MCK," ujar Mahiya, warga setempat, kepada SINDOnews.
Untuk menghindari antrean, dia harus lebih awal datang ke sungai. Sebab, sungai itu pun debit airnya sudah mulai menyusut. Jadi, siapa datang cepat, akan mendapat air lebih dulu dan lebih bersih. Sementara, untuk kebutuhan minum, warga Desa Citalaksana harus membeli air kemasan galon meskipun mahal.
(zik)