Jembatan Ambruk, Akses 2 Kecamatan di Bandung Barat Lumpuh
A
A
A
BANDUNG BARAT - Jembatan penghubung Kecamatan Cikalong Wetan dan Cisarua, di Kampung Ciraja RT03/12, Desa Mandalasari Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) ambruk. Akibatnya akses penghubung warga di dua kecamatan tersebut sepanjang Senin (7/8/2017) lumpuh karena kendaraan roda empat tidak bisa melintas.
Sebelum ambruk total, jembatan yang dibangun pada 1982 ini sempat mengalami retak-retak di beberapa bagian. Puncaknya jembatan yang memiliki lebar tiga meter dan panjang lima meter ini ambruk saat dilalui truk.
Warga akhirnya berinisiatif membangun jembatan darurat dengan menggunakan bambu dan kayu agar jembatan bisa dilalui sepeda motor. “Sebelum ambruk, memang seminggu yang lalu di jembatan itu sudah terlihat retak-retak,” kata Kepala Desa Mandalasari Abey saat ditemui di lokasi, Senin (7/8/2017).
Menurut dia, di sepanjang jalur ini terdapat lima desa baik yang berada di Kecamatan Cikalong Wetan maupun Kecamatan Cisarua. Dengan terputusnya jalan, warga harus memutar lebih dari 10 kilometer ke Jalan Tagog Apu dan Cisarua. Akibatnya ongkos yang harus dikeluarkan warga pun lebih mahal. “Ambruknya jembatan ini juga menutup sungai sehingga kami khawatir kalau hujan, airnya akan meluap dan merendam sawah,” tandasnya.
Wakil Ketua DPRD KBB Syamsul Ma'arif mendorong Pemkab Bandung Barat harus secepatnya memperbaiki jembatan yang ambruknya. Pasalnya jembatan ini menjadi akses utama warga beraktivitas bekerja, sekolah, ataupun menjual hasil perkebunan dan pertaniannya. “Jembatan ini harus secepatnya diperbaiki. Kasihan masyarakat,” tegasnya.
Menurut dia, Pemkab Bandung Barat tidak harus menunggu dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan atau anggaran tahun depan. Sebab, ada anggaran tidak terduga pada pos bencana yang bisa dipakai sewaktu-waktu.
“Jembatan ambruk masuk kategori bencana tidak terduga. Dana tidak terduga dari pos bencana alam bisa dipakai untuk perbaikan jembatan ini. Jadi, tidak harus menunggu penganggaran dulu,” pungkasnya.
Sebelum ambruk total, jembatan yang dibangun pada 1982 ini sempat mengalami retak-retak di beberapa bagian. Puncaknya jembatan yang memiliki lebar tiga meter dan panjang lima meter ini ambruk saat dilalui truk.
Warga akhirnya berinisiatif membangun jembatan darurat dengan menggunakan bambu dan kayu agar jembatan bisa dilalui sepeda motor. “Sebelum ambruk, memang seminggu yang lalu di jembatan itu sudah terlihat retak-retak,” kata Kepala Desa Mandalasari Abey saat ditemui di lokasi, Senin (7/8/2017).
Menurut dia, di sepanjang jalur ini terdapat lima desa baik yang berada di Kecamatan Cikalong Wetan maupun Kecamatan Cisarua. Dengan terputusnya jalan, warga harus memutar lebih dari 10 kilometer ke Jalan Tagog Apu dan Cisarua. Akibatnya ongkos yang harus dikeluarkan warga pun lebih mahal. “Ambruknya jembatan ini juga menutup sungai sehingga kami khawatir kalau hujan, airnya akan meluap dan merendam sawah,” tandasnya.
Wakil Ketua DPRD KBB Syamsul Ma'arif mendorong Pemkab Bandung Barat harus secepatnya memperbaiki jembatan yang ambruknya. Pasalnya jembatan ini menjadi akses utama warga beraktivitas bekerja, sekolah, ataupun menjual hasil perkebunan dan pertaniannya. “Jembatan ini harus secepatnya diperbaiki. Kasihan masyarakat,” tegasnya.
Menurut dia, Pemkab Bandung Barat tidak harus menunggu dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Perubahan atau anggaran tahun depan. Sebab, ada anggaran tidak terduga pada pos bencana yang bisa dipakai sewaktu-waktu.
“Jembatan ambruk masuk kategori bencana tidak terduga. Dana tidak terduga dari pos bencana alam bisa dipakai untuk perbaikan jembatan ini. Jadi, tidak harus menunggu penganggaran dulu,” pungkasnya.
(mcm)