Kopral Sulawi, Pejuang Kemerdekaan yang Kini Hidup Memprihatinkan
A
A
A
JOMBANG - Saat pejabat negara hingga pejabat daerah bisa menikmati gaji hingga puluhan juta rupiah per bulan, seorang pejuang perebut kemerdekaan di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kopral (Purn) Sulawi, justru harus hidup dengan kondisi yang memprihatinkan. Dia terpaksa tinggal di sebuah ruangan sempit bekas toko dan tidur di antara tumpukan perkakas yang berantakan.
Menghabiskan masa muda untuk berjuang memerdekakan Indonesia ternyata tidak menjamin para mantan pejuang bisa hidup layak di masa tua. Seperti yang dialami Kopral (Purn) Sulawi, mantan anggota pasukan khusus Angkatan Laut atau KKO.
Setiap hari, Kakek Sulawi terpaksa harus tinggal di bekas toko yang sempit di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Di dalam ruangan ini pula, Kakek Sulawi harus tidur di antara tumpukan perkakasnya yang berantakan. Namun, Kakek Sulawi tidak mempersoalkan hal itu karena saat gerilya dahulu ia sudah biasa tinggal di hutan.
Pada masa penjajahan Jepang, Kakek Sulawi sudah ikut bertempur di berbagai kota dan melakukan gerilya. Setelah Indonesia merdeka, Sulawi muda bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berganti menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kakek Sulawi bukanlah prajurit biasa. Dia merupakan salah satu prajurit berprestasi yang tergabung dalam pasukan khusus TNI Angkatan Laut (Korps Komando Operasi/KKO).
Kakek Sulawi juga pernah bergabung dalam Satuan KRI. Dewa Ruci yang fenomenal setelah sukses melakukan perjalanan keliling dunia dan mengharumkan nama Indonesia.
Berdasarkan artikel Suara Karya terbitan tahun 1971, Kakek Sulawi juga pernah mengharumkan nama TNI AL dengan keberhasilannya mendaki puncak Gunung Rinjani yang masih angker kala itu.
Pada masa perebutan Kota Dili, Kopral (Purn) Sulawi memimpin 30 orang pasukan menyerang penjajah dan memerdekakan Timor Timur.
Kakek Sulawi juga pernah menjadi prajurit terpilih yang dikirim Presiden Soekarno ke Amerika Serikat untuk belajar tentang inti komando dan strategi perang.
Meski memiliki segudang prestasi, kehidupan Kakek Sulawi saat ini sungguh memprihatinkan. Selain tempat tinggalnya yang kumuh dan sempit, setelah istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Kakek Sulawi juga hanya bertahan hidup dengan uang pensiun yang diterimanya sebesar Rp1.800.000 per bulan.
Walau tidak pernah mendapat penghargaan dari pemerintah, berbagai benda pusaka dan bukti perjuangannya sampai kini masih disimpan rapi olehnya. Foto-foto, potongan artikel koran tempo dulu yang menulis tentang dirinya, hingga bendera Merah Putih yang pernah ia bawa saat gerilya, masih disimpan rapi.
Berbagai benda ini adalah saksi bisu dan bukti yang mungkin akan dikenang sendiri oleh Kakek Sulawi. Dia pun pemerintah tidak melupakan sejarah dan mau peduli terhadap nasib para veteran kemerdekaan yang hidupnya masih belum layak.
Menghabiskan masa muda untuk berjuang memerdekakan Indonesia ternyata tidak menjamin para mantan pejuang bisa hidup layak di masa tua. Seperti yang dialami Kopral (Purn) Sulawi, mantan anggota pasukan khusus Angkatan Laut atau KKO.
Setiap hari, Kakek Sulawi terpaksa harus tinggal di bekas toko yang sempit di Desa Kedungturi, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.
Di dalam ruangan ini pula, Kakek Sulawi harus tidur di antara tumpukan perkakasnya yang berantakan. Namun, Kakek Sulawi tidak mempersoalkan hal itu karena saat gerilya dahulu ia sudah biasa tinggal di hutan.
Pada masa penjajahan Jepang, Kakek Sulawi sudah ikut bertempur di berbagai kota dan melakukan gerilya. Setelah Indonesia merdeka, Sulawi muda bergabung ke dalam Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian berganti menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Kakek Sulawi bukanlah prajurit biasa. Dia merupakan salah satu prajurit berprestasi yang tergabung dalam pasukan khusus TNI Angkatan Laut (Korps Komando Operasi/KKO).
Kakek Sulawi juga pernah bergabung dalam Satuan KRI. Dewa Ruci yang fenomenal setelah sukses melakukan perjalanan keliling dunia dan mengharumkan nama Indonesia.
Berdasarkan artikel Suara Karya terbitan tahun 1971, Kakek Sulawi juga pernah mengharumkan nama TNI AL dengan keberhasilannya mendaki puncak Gunung Rinjani yang masih angker kala itu.
Pada masa perebutan Kota Dili, Kopral (Purn) Sulawi memimpin 30 orang pasukan menyerang penjajah dan memerdekakan Timor Timur.
Kakek Sulawi juga pernah menjadi prajurit terpilih yang dikirim Presiden Soekarno ke Amerika Serikat untuk belajar tentang inti komando dan strategi perang.
Meski memiliki segudang prestasi, kehidupan Kakek Sulawi saat ini sungguh memprihatinkan. Selain tempat tinggalnya yang kumuh dan sempit, setelah istrinya meninggal dunia beberapa tahun lalu, Kakek Sulawi juga hanya bertahan hidup dengan uang pensiun yang diterimanya sebesar Rp1.800.000 per bulan.
Walau tidak pernah mendapat penghargaan dari pemerintah, berbagai benda pusaka dan bukti perjuangannya sampai kini masih disimpan rapi olehnya. Foto-foto, potongan artikel koran tempo dulu yang menulis tentang dirinya, hingga bendera Merah Putih yang pernah ia bawa saat gerilya, masih disimpan rapi.
Berbagai benda ini adalah saksi bisu dan bukti yang mungkin akan dikenang sendiri oleh Kakek Sulawi. Dia pun pemerintah tidak melupakan sejarah dan mau peduli terhadap nasib para veteran kemerdekaan yang hidupnya masih belum layak.
(zik)