Mengenal Adi Mulyono Ngatiran, Jamaah Haji Tertua di DIY
A
A
A
GUNUNGKIDUL - Adi Mulyono Ngatiran (89), warga Dusun Dengok VI, Desa Dengok, Kecamatan Playen, Gunungkidul, DIY, begitu semangat untuk menunaikan ibadah haji. Uang tunjangan veteran yang diterimanya pun ditabung, hingga akhirnya kini dia tercatat menjadi calon haji tertua di DIY.
"Maaf, Mas, saya kerokan ya," ucap Sumikem (68), istri Adi Mulyono, menyapa dari balik tirai rumah jawa yang sangat sederhana. Saat ditemui, Sumikem tengah diserang flu.
Sementara, Mbah Adi Mulyono nampak masih melihat-lihat tas koper haji yang sudah diambilnya beberapa waktu lalu di Asrama Haji Yogyakarta. Maklum saja, belum semua perlengkapan terisi penuh sehingga tas koper berwarna oranye masih terlihat tipis.
Kepada SINDOnews, Mbah Mul, sapaan akrab Adi Mulyono, bercerita bahwa dirinya harus menabung lama untuk bisa menunaikan ibadah haji. Maklum saja, dia tidak mengira akan menerima uang penghormatan sebagai veteran yang diterima setiap bulan sejak tahun 2006.
"Awalnya saya tidak bermimpi bisa naik haji. Nah, tiba-tiba semua veteran dikumpulkan karena akan menerima uang tunjangan mantan veteran setiap bulan sebesar Rp2,1 juta. Akhirnya saya niat naik haji dari uang pensiunan veteran itu," kata dia.
Dari uang pensiunan veteran inilah dia mulai menabung dan berani mendaftarkan ibadah haji di tahun 2010. Awalnya dia sempat ditawari segera berangkat dengan menambah biaya sebesar Rp30 juta.
"Waktu itu tahun 2010 saya mendaftar dengan membayar Rp4,5 juta. Nah, saya kemudian didatangi petugas Kemenag untuk melunasi agar berangkat tahun itu. Namun saya tidak memiliki uang, akhirnya kesempatan pertama tidak bisa saya tunaikan," katanya.
Semangat menabung Mbah Mul pun timbul. Dia semakin giat menabung sehingga tahun 2013 dia berhasil memenuhi tabungan hajinya. Berbekal tabungan haji yang sudah cukup, akhirnya dia mengajukan permohonan untuk diajukan naik haji pada 2013.
Oleh petugas Kemenag, Mbah Mul diminta melengkapi persyaratan hingga membuat paspor yang langsung dilakukannya. Namun, karena belum nasibnya berangkat tahun 2013, permohonannya pun tidak dikabulkan Kemenag. "Padahal saya lunasi di tahun 2013 tersebut. Namun Allah berkehendak saya berangkat tetap tahun ini."
Di tengah keterbatasan fisik, dia hanya bisa berdoa agar tetap sehat dan bisa menyelesaikan semua tahapan ibadah haji. Mbah Mul akan berangkat bersama 363 calon jamaah haji lainnya dari Gunungkidul yang tergabung dalam Kloter 23 SOC.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kantor Kemenag Gunungkidul Muhammad Yusuf mengungkapkan, Adi Mulyono merupakan jamaah tertua dari Gunungkidul dan se-DIY. Selain nama Adi Mulyono Ngatiran, ada dua nama lagi yang usianya di atas 81 tahun, yakni Muhadi Kromo Sentono, warga Dusun Tumpak, Ngawu Playen yang berusia 84 tahun dan Siti Sukaptinah, warga Pati, Genjahan Ponjog dengan usia 82 tahun."
"Harapan kami semoga semua calon jamaah haji dalam keadaan sehat dan tidak ada aral melintang selama menjalankan ibadah haji sehingga menjadi haji yang mabrur," kata Muhammad Yusuf.
"Maaf, Mas, saya kerokan ya," ucap Sumikem (68), istri Adi Mulyono, menyapa dari balik tirai rumah jawa yang sangat sederhana. Saat ditemui, Sumikem tengah diserang flu.
Sementara, Mbah Adi Mulyono nampak masih melihat-lihat tas koper haji yang sudah diambilnya beberapa waktu lalu di Asrama Haji Yogyakarta. Maklum saja, belum semua perlengkapan terisi penuh sehingga tas koper berwarna oranye masih terlihat tipis.
Kepada SINDOnews, Mbah Mul, sapaan akrab Adi Mulyono, bercerita bahwa dirinya harus menabung lama untuk bisa menunaikan ibadah haji. Maklum saja, dia tidak mengira akan menerima uang penghormatan sebagai veteran yang diterima setiap bulan sejak tahun 2006.
"Awalnya saya tidak bermimpi bisa naik haji. Nah, tiba-tiba semua veteran dikumpulkan karena akan menerima uang tunjangan mantan veteran setiap bulan sebesar Rp2,1 juta. Akhirnya saya niat naik haji dari uang pensiunan veteran itu," kata dia.
Dari uang pensiunan veteran inilah dia mulai menabung dan berani mendaftarkan ibadah haji di tahun 2010. Awalnya dia sempat ditawari segera berangkat dengan menambah biaya sebesar Rp30 juta.
"Waktu itu tahun 2010 saya mendaftar dengan membayar Rp4,5 juta. Nah, saya kemudian didatangi petugas Kemenag untuk melunasi agar berangkat tahun itu. Namun saya tidak memiliki uang, akhirnya kesempatan pertama tidak bisa saya tunaikan," katanya.
Semangat menabung Mbah Mul pun timbul. Dia semakin giat menabung sehingga tahun 2013 dia berhasil memenuhi tabungan hajinya. Berbekal tabungan haji yang sudah cukup, akhirnya dia mengajukan permohonan untuk diajukan naik haji pada 2013.
Oleh petugas Kemenag, Mbah Mul diminta melengkapi persyaratan hingga membuat paspor yang langsung dilakukannya. Namun, karena belum nasibnya berangkat tahun 2013, permohonannya pun tidak dikabulkan Kemenag. "Padahal saya lunasi di tahun 2013 tersebut. Namun Allah berkehendak saya berangkat tetap tahun ini."
Di tengah keterbatasan fisik, dia hanya bisa berdoa agar tetap sehat dan bisa menyelesaikan semua tahapan ibadah haji. Mbah Mul akan berangkat bersama 363 calon jamaah haji lainnya dari Gunungkidul yang tergabung dalam Kloter 23 SOC.
Kepala Seksi Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kantor Kemenag Gunungkidul Muhammad Yusuf mengungkapkan, Adi Mulyono merupakan jamaah tertua dari Gunungkidul dan se-DIY. Selain nama Adi Mulyono Ngatiran, ada dua nama lagi yang usianya di atas 81 tahun, yakni Muhadi Kromo Sentono, warga Dusun Tumpak, Ngawu Playen yang berusia 84 tahun dan Siti Sukaptinah, warga Pati, Genjahan Ponjog dengan usia 82 tahun."
"Harapan kami semoga semua calon jamaah haji dalam keadaan sehat dan tidak ada aral melintang selama menjalankan ibadah haji sehingga menjadi haji yang mabrur," kata Muhammad Yusuf.
(zik)