Mengubah Landskap Pinggiran Surabaya, Bangunan Modern Lingkungan Tetap Terjaga

Jum'at, 21 Juli 2017 - 21:06 WIB
Mengubah Landskap Pinggiran Surabaya, Bangunan Modern Lingkungan Tetap Terjaga
Mengubah Landskap Pinggiran Surabaya, Bangunan Modern Lingkungan Tetap Terjaga
A A A
SURABAYA - Kehadiran kota di dalam kota mulai terbangun di Surabaya. Keberadaan kota kecil baru yang ada di kawasan pinggiran Surabaya mengubah landskap di Kota Pahlawan. Kawasan yang dulunya rawa kini berubah menjadi kota modern yang memiliki banyak fungsi.

Saat matahari masih sepenggalah, suara burung kutilang terdengar nyaring di antara pohon pinang yang ada di kawasan Keputih Tegal Sari. Udara sejuk datang menyergap ketika masuk di permukiman yang mulai tertata di Dian Regency.

Kawasan yang dulunya hutan bambu sudah menjadi kota baru yang tetap terasa seperti di pedesaan dengan pohon serta aliran air yang terjaga.

Harga lahan yang melambung tinggi dalam beberapa tahun terakhir memaksa pemukiman warga bergeser ke kawasan pinggir.

Kota kecil baru pun tercipta, di kawasan timur Surabaya, peradaban baru dibangun dengan desain modern tanpa meninggalkan identitas lama Surabaya dengan pohon serta kanal yang berfungsi secara optimal.

Panas yang datang merambat di permukaan kulit tak begitu terasa ketika angin yang datang secara sporadis yang mampu membuat kesejukan. Rumah tapak serta bangunan apartemen pun disiapkan di kawasan timur Surabaya dengan dukungan lifestyle mall yang membuat warga tak perlu menumpuk di pusat kota untuk menghabiskan malam atau waktu liburan.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun menambah infrastruktur pendukung kota yang diharapkan bisa memecah kemacetan. Mereka saat ini sudah membangun Jalan Lingkar Luar Timur (JLLT) yang diharapkan bisa memecah kemacetan di dalam kota ke kawasan pinggir.

“Infrastruktur yang tertata menjadikan properti ikut terkerek. Banyak optimisme yang terbangun ketika akses warga semakin mudah,” ujar Direktur Utama (Dirut) Diparanu Rucitra (DR) Property Yandi Bagustedja, Senin (17/07/2017).

Dia melanjutkan, di kota besar lahan-lahan memang semakin sulit. Makanya hunian yang ada diharapkan tetap hadir sengan nuansa keluarga yang tetap terjaga. Selain rumah tapak, apartemen dengan harga terjangkau menjadi salah satu pilihan yang bisa diperoleh masyarakat.

Meskipun tinggal di bangunan vertikal, katanya, harus ada tempat untuk sosialisasi bagi para penghuni. Sehingga mereka tidak perlu keluar gedung atau mencari tempat lain bila ada tamu, bahkan kegiatan sesama warga.

“Kebutuhan sosial kan merupakan kebutuhan pokok manusia. Meskipun tinggal di apartemen tapi rasanya tetap seperti di rumah yang nyaman bersama keluarga,” ungkapnya.

Makanya, rumah yang ada saat ini bukan hanya sekedar menjadi tempat tinggal, tapi juga tempat yang membuat seseorang merasa nyaman. Kebutuhan hunian yang terus meningkat setiap tahun bisa dipenuhi di berbagai wilayah di Surabaya, termasuk mereka yang tinggal di kawasan timur.

Direktur Sales DR Property Agus Gunario menjelaskan, persaingan pasar apartemen atau hunian vertikal di Kota Surabaya memang semakin sengit. Berbagai kegiatan penawaran diluncurkan untuk menarik konsumen properti yang masih dikeluhkan stagnan.

Surabaya sendiri tiap tahunnya selalu bermunculan warga baru untuk sekolah maupun bekerja. Mereka tersebar di berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di berbagai wilayah. Kawasan timur sendiri menjadi wilayah yang padat dengan banyaknya perguruan tinggi seperti Universitas Airlangga (Unair) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Hang Tuah, Universitas Dr Soetomo, Universitas 17 Agustus 1945, ITATS, STIE Perbanas, STESIA serta kampus-kampus swasta lainnya.

“Kedatangan banyak mahasiswa baru juga butuh hunian. Makanya orang tua para mahasiswa tersebut lebih memilih membeli apartemen ketimbang landed house. Karena dengan membeli apartemen, bisa dijadikan sebagai tempat tinggal anaknya pada saat bersekolah dan juga sekaligus sebagai instrumen investasi,” jelasnya.

Faktor berikutnya adalah banyak komunitas nonformal yang demikian kuat eksistensinya di Surabaya. Mereka berbisnis ritel, besi, kimia, baja ringan, makanan olahan serta warga di luar pulau yang ingin berinvestasi di Surabaya.

“Sebagian besar warga seperti di NTT, NTB, Papua, Sulawesi maupun Sumatera banyak yang menyekolahkan anaknya di Surabaya. Mereka juga akhirnya membelikan tempat tinggal untuk anak-anaknya biar bisa dipantau dengan aman,” sambungnya.

Dukungan infrastruktur dari pemerintah juga mempercepat nilai properti. Kehadiran JLLT sendiri nantinya bisa seperti kehadiran midle east ring road (MERR) II C yang bisa mengerek harga properti di sekitarnya. “Bisa sampai 50% kalau sudah ada jalan pendukung,” sambungnya.

Komisaris DR Property Darmantedja menambahkan, penjualan properti memang stagnan di semester I. Tapi pasar konsumen properti terus tumbuh sejak awal tahun ini. Kondisi itu masih memunculkan optimisme di industri properti sampai akhir 2017 ini. “Baru nanti puncaknya bisa di tahun depan,” ucapnya.

Untuk tahap awal di kawasan timur Surabaya, pihaknya akan meluncurkan The Sukolilo Residences dengan lima tipe unit hunian vertikal. Sebagian dari total unit yang disiapkan sebanyak 514 unit di tower Arcadia setinggi 42 lantai. “Tapi kami akan jual 127 unit dulu,” sambungnya.

Setiap lantai, jelasnya, hanya terdiri atas 12 unit hunian dan disediakan family lounge serta full furnished. Semua itu dilakukan untuk memberi tempat bagi interaksi antar penghuni. “Ini desain yang berbeda. Unit apartemen kami ubah sedemikian rupa seperti berada di rumah,” pungkasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6389 seconds (0.1#10.140)