Mahasiswa FTP UB Ciptakan Alat Pengawet Bahan Makanan hingga Bioplastik
A
A
A
MALANG - Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Brawijaya (UB) Malang, mampu membangun inovasi teknologi tepat guna yang sangat ramah lingkungan. Berbagai produk tersebut, dipamerkan secara terbuka di ajang 1st Young Scientist International in University of Brawijaya, Kamis (13/7/2017) di Kampus UB Malang.
Salah satu temuan mahasiswa yang menarik dalam pameran tersebut adalah alat penyaring karbon dioksida dari hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor menjadi oksigen. Alat ini diberi nama Conventer in The Exhaust of Carbon Dioxide Into Oxigen (COTREX C. D. I. O).
Salah seorang mahasiswa pencipta COTREX C. D. I. O, I Putu Yudistira menyebutkan, selama ini asap kendaraan bermotor selalu menjadi masalah karena mencemari lingkungan dengan karbon dioksida. “Bahkan, karbon dioksida ini juga memicu terjadinya pemanasan global dan berdampak kepada perubahan iklim,” paparnya.
Penggunaan kendaraan bermotor juga sangat sulit dikendalikan karena sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Berangkat dari persoalan tersebut, Yudistira bersama teman satu kelompoknya, yaitu Umaina, Diniyah, dan I Putu Indra, menciptakan alat yang mampu mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.
Yudistira menyebutkan, alat yang diciptakan ini memiliki beberapa bagian utama, yakni bagian pendingin dan saringan berisi gel dari alga Chlorella Sp. “Alga tersebut kami bentuk menjadi gel dan dimasukkan dalam penyaring. Fungsinya mengubah karbon dioksida menjadi oksigen sehingga ramah lingkungan,” ungkapnya.
Alat ini sudah beberapa kali diuji coba danhasilnya sangat bagus. Karbon dioksida yang dihasilkan mesin kendaraan bermotor, mampu ditekan hingga lebih dari 50%. Selain itu, penggunaannya sangat mudah.
Temuan lainnya adalah Biokuping, yakni produk plastik berbahan dasar limbah kulit pisang yang sangat ramah lingkungan. “Biokuping artinya Bioplastik Kulit Pisang,” ujar Sellyan Lorenza, anggota kelompok mahasiswa FTP UB yang menciptakan Bioplastik.
Dia bersama anggota kelompok lainnya, yakni Anis Shafira Rinaldi, Neno Retnowati Choiriah, Rizki Septian, dan Himawan Aulanda, melakukan berbagai uji coba bahan limbah organik yang cocok untuk bahan pembuatan plastik. Hasilnya ditemukan bahan paling bagus untuk plastik adalah kulit pisang.
Selama ini, plastik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat. Peningkatan pemakaiannya juga sangat tinggi. Masalahnya, plastik sintetis sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan karena sulit terurai secara alamiah. Di sisi lain, limbah kulit pisang juga selalu jadi persoalan di masyarakat, terutama di sentra-sentra usaha keripik pisang.
“Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut, akhirnya kami sepakat membuat bioplastik ini sehingga bekas plastiknya dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik,” ungkapnya.
Proses pembuatan bioplastik ini juga sangat sederhana. Limbah kulit pisang diolah menjadi tepung. Tepung kulit pisang inilah yang diolah menjadi bioplastik. Dia mengaku ingin terus mengembangkan inovasi ini dan memproduksinya secara massal agar mampu mengurai persoalan limbah plastik.
Salah satu temuan mahasiswa yang menarik dalam pameran tersebut adalah alat penyaring karbon dioksida dari hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor menjadi oksigen. Alat ini diberi nama Conventer in The Exhaust of Carbon Dioxide Into Oxigen (COTREX C. D. I. O).
Salah seorang mahasiswa pencipta COTREX C. D. I. O, I Putu Yudistira menyebutkan, selama ini asap kendaraan bermotor selalu menjadi masalah karena mencemari lingkungan dengan karbon dioksida. “Bahkan, karbon dioksida ini juga memicu terjadinya pemanasan global dan berdampak kepada perubahan iklim,” paparnya.
Penggunaan kendaraan bermotor juga sangat sulit dikendalikan karena sudah menjadi kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Berangkat dari persoalan tersebut, Yudistira bersama teman satu kelompoknya, yaitu Umaina, Diniyah, dan I Putu Indra, menciptakan alat yang mampu mengubah karbon dioksida menjadi oksigen.
Yudistira menyebutkan, alat yang diciptakan ini memiliki beberapa bagian utama, yakni bagian pendingin dan saringan berisi gel dari alga Chlorella Sp. “Alga tersebut kami bentuk menjadi gel dan dimasukkan dalam penyaring. Fungsinya mengubah karbon dioksida menjadi oksigen sehingga ramah lingkungan,” ungkapnya.
Alat ini sudah beberapa kali diuji coba danhasilnya sangat bagus. Karbon dioksida yang dihasilkan mesin kendaraan bermotor, mampu ditekan hingga lebih dari 50%. Selain itu, penggunaannya sangat mudah.
Temuan lainnya adalah Biokuping, yakni produk plastik berbahan dasar limbah kulit pisang yang sangat ramah lingkungan. “Biokuping artinya Bioplastik Kulit Pisang,” ujar Sellyan Lorenza, anggota kelompok mahasiswa FTP UB yang menciptakan Bioplastik.
Dia bersama anggota kelompok lainnya, yakni Anis Shafira Rinaldi, Neno Retnowati Choiriah, Rizki Septian, dan Himawan Aulanda, melakukan berbagai uji coba bahan limbah organik yang cocok untuk bahan pembuatan plastik. Hasilnya ditemukan bahan paling bagus untuk plastik adalah kulit pisang.
Selama ini, plastik sudah menjadi kebutuhan utama masyarakat. Peningkatan pemakaiannya juga sangat tinggi. Masalahnya, plastik sintetis sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan karena sulit terurai secara alamiah. Di sisi lain, limbah kulit pisang juga selalu jadi persoalan di masyarakat, terutama di sentra-sentra usaha keripik pisang.
“Berangkat dari persoalan-persoalan tersebut, akhirnya kami sepakat membuat bioplastik ini sehingga bekas plastiknya dapat dimanfaatkan untuk pupuk organik,” ungkapnya.
Proses pembuatan bioplastik ini juga sangat sederhana. Limbah kulit pisang diolah menjadi tepung. Tepung kulit pisang inilah yang diolah menjadi bioplastik. Dia mengaku ingin terus mengembangkan inovasi ini dan memproduksinya secara massal agar mampu mengurai persoalan limbah plastik.
(mcm)