Kisah Kapten Brian Llyod yang Terbang Solo Keliling Dunia
A
A
A
BANDUNG - Setiap orang pasti punya mimpi yang ingin diwujudkan, tak terkecuali Kapten Brian Llyod. Terilhami kisah bersejarah pilot wanita pertama di dunia Amelia Earhart yang berakhir tragis, penerbang asal Amerika Serikat itu punya mimpi terbang mengelilingi dunia seorang diri.
Menggunakan pesawat bermesin tunggal Mooney M30K bernama "Spirit" dengan nomor registrasi pesawat N916 BL, Kapten Brian Llyod akhirnya mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Kamis (29/6/2017) petang.
Sebelumnya Brian Llyod telah menempuh perjalanan dari Miami, Florida, Amerika Serikat, Virgin Island, Dominika, Trinidad dan Tobago, Suriname, Brazil, Samudra Atlantik, Senegal, Sudah, Oman, Pakistan, India, Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan Singapura.
Brian pun menyempatkan diri menyambangi Gedung Sate di Jalan Diponegoro, Kota Bandung dan berbagi kisah tentang perjalanan fenomenalnya itu.
Dia mengatakan, Amelia Earhart berhasil mencatatkan diri dalam sejarah penerbangan setelah berhasil menjadi pilot wanita pertama di dunia.
Amelia Earhart juga sempat mendarat di Bandung, Senin, 21 Juni 1937 pukul 04.11 WIB, setelah menempuh perjalanan dari Singapura dengan tujuan untuk memperbaiki pesawatnya di Lapangan Terbang Andir yang kini bernama Bandara Husein Sastranegara.
Namun sayang, wanita asal Atchinson, Kansas, Amerika Serikat itu hilang kontak di atas Samudera Pasifik, dalam misi yang sama, mengelilingi dunia.
"Kepioniran seperti Earhart dan kontribusinya pada dunia penerbangan membuat perjalanan udara menjadi memungkinkan untuk kita semua. Hal seperti ini sangat penting untuk diingat," ungkap Brian.
Niat Brian berkeliling dunia sebenarnya telah tertanam di hatinya sejak 30 tahun silam. Sayang, niat terbang bersama ayahnya itu baru bisa terwujud saat ini, ketika sang ayah telah meninggal dunia.
Setelah mendarat di Bandung, Brian akan melanjutkan perjalanan menuju Australia, Selandia Baru, Hawai, dan kembali ke Amerika Serikat.
Semua rute yang Brian lalui sama dengan rute yang dilalui Amelia Earhart. "Saya juga akan melintasi Pulau Howland di sekitar Papua Nugini untuk menjatuhkan dua tangkai bunga sebagai penghormatan bagi Earhart," sebutnya.Misi Brian mengelilingi dunia seorang diri juga bertepatan dengan 80 tahun hilangnya Amelia Earthart.
Dari berbagai informasi yang dihimpun, pesawat Lockheed L-10E Electra bernomor registrasi NR16020 yang dikemudikan Amelia Earhart didampingi navigator Fred Noonan hilang kontak 2 Juli 1937, beberapa hari setelah keberangkatannya dari Bandung. Menurut pria berusia 62 tahun itu, terbang melintasi samudera dan benua bukanlah hal mudah.
Apalagi, daya jelajah pesawatnya terbatas. Tak habis akal, Brian pun memodifikasi pesawatnya agar mampu memuat bahan bakar 150 galon lebih banyak dan melengkapinya dengan peralatan navigasi modern, radio komunikasi jarak jauh, serta telepon satelit.
"Saya mempunyai 46 tahun pengalaman mengudara. Saya juga membawa peralatan yang dibutuhkan jika pesawat mengalami masalah," katanya.
Selama menempuh penerbangan solonya, Brian yang juga pegiat radio amatir dengan callsign WB6RQN itu selalu aktif berkomunikasi melalui radio dengan para pegiat radio amatir di seluruh dunia. Tak hanya itu, diapun sengaja mengunggah misinya melalui website dan media sosial agar diketahui banyak orang.
Sebab, misi lain yang diemban Brian dalam penerbangan solonya adalah mengajarkan generasi muda saat ini untuk menghargai perjuangan orang-orang terdahulu serta menularkan semangat dalam mewujudkan impian.
"Mengikuti jejak Earhart sangat penting bagi saya untuk merasakan pengalamannya. Apalagi Earhart dan Noonan merupakan orang yang hebat, pionir yang membuka rute di Pasifik," tutur Brian yang optimistis misinya akan tuntas selama dua bulan sejak meninggalkan Miami, 1 Juni 2017 lalu.
Perwakilan Federasi Aerosport Indonesia (FASI) Doddy Priabudi mengaku membantu misi Brian dengan mengurus izin terbang dan mendarat di Bandara Husein Sastranegara.
Dia pun berharap kedatangan Brian di Kota Bandung mampu menggelorakan semangat olahraga dirgantara. "Paradigma olahraga udara menyeramkan itu harus diubah karena terbang itu menyenangkan," katanya.
Menggunakan pesawat bermesin tunggal Mooney M30K bernama "Spirit" dengan nomor registrasi pesawat N916 BL, Kapten Brian Llyod akhirnya mendarat di Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Kamis (29/6/2017) petang.
Sebelumnya Brian Llyod telah menempuh perjalanan dari Miami, Florida, Amerika Serikat, Virgin Island, Dominika, Trinidad dan Tobago, Suriname, Brazil, Samudra Atlantik, Senegal, Sudah, Oman, Pakistan, India, Bangladesh, Myanmar, Thailand, dan Singapura.
Brian pun menyempatkan diri menyambangi Gedung Sate di Jalan Diponegoro, Kota Bandung dan berbagi kisah tentang perjalanan fenomenalnya itu.
Dia mengatakan, Amelia Earhart berhasil mencatatkan diri dalam sejarah penerbangan setelah berhasil menjadi pilot wanita pertama di dunia.
Amelia Earhart juga sempat mendarat di Bandung, Senin, 21 Juni 1937 pukul 04.11 WIB, setelah menempuh perjalanan dari Singapura dengan tujuan untuk memperbaiki pesawatnya di Lapangan Terbang Andir yang kini bernama Bandara Husein Sastranegara.
Namun sayang, wanita asal Atchinson, Kansas, Amerika Serikat itu hilang kontak di atas Samudera Pasifik, dalam misi yang sama, mengelilingi dunia.
"Kepioniran seperti Earhart dan kontribusinya pada dunia penerbangan membuat perjalanan udara menjadi memungkinkan untuk kita semua. Hal seperti ini sangat penting untuk diingat," ungkap Brian.
Niat Brian berkeliling dunia sebenarnya telah tertanam di hatinya sejak 30 tahun silam. Sayang, niat terbang bersama ayahnya itu baru bisa terwujud saat ini, ketika sang ayah telah meninggal dunia.
Setelah mendarat di Bandung, Brian akan melanjutkan perjalanan menuju Australia, Selandia Baru, Hawai, dan kembali ke Amerika Serikat.
Semua rute yang Brian lalui sama dengan rute yang dilalui Amelia Earhart. "Saya juga akan melintasi Pulau Howland di sekitar Papua Nugini untuk menjatuhkan dua tangkai bunga sebagai penghormatan bagi Earhart," sebutnya.Misi Brian mengelilingi dunia seorang diri juga bertepatan dengan 80 tahun hilangnya Amelia Earthart.
Dari berbagai informasi yang dihimpun, pesawat Lockheed L-10E Electra bernomor registrasi NR16020 yang dikemudikan Amelia Earhart didampingi navigator Fred Noonan hilang kontak 2 Juli 1937, beberapa hari setelah keberangkatannya dari Bandung. Menurut pria berusia 62 tahun itu, terbang melintasi samudera dan benua bukanlah hal mudah.
Apalagi, daya jelajah pesawatnya terbatas. Tak habis akal, Brian pun memodifikasi pesawatnya agar mampu memuat bahan bakar 150 galon lebih banyak dan melengkapinya dengan peralatan navigasi modern, radio komunikasi jarak jauh, serta telepon satelit.
"Saya mempunyai 46 tahun pengalaman mengudara. Saya juga membawa peralatan yang dibutuhkan jika pesawat mengalami masalah," katanya.
Selama menempuh penerbangan solonya, Brian yang juga pegiat radio amatir dengan callsign WB6RQN itu selalu aktif berkomunikasi melalui radio dengan para pegiat radio amatir di seluruh dunia. Tak hanya itu, diapun sengaja mengunggah misinya melalui website dan media sosial agar diketahui banyak orang.
Sebab, misi lain yang diemban Brian dalam penerbangan solonya adalah mengajarkan generasi muda saat ini untuk menghargai perjuangan orang-orang terdahulu serta menularkan semangat dalam mewujudkan impian.
"Mengikuti jejak Earhart sangat penting bagi saya untuk merasakan pengalamannya. Apalagi Earhart dan Noonan merupakan orang yang hebat, pionir yang membuka rute di Pasifik," tutur Brian yang optimistis misinya akan tuntas selama dua bulan sejak meninggalkan Miami, 1 Juni 2017 lalu.
Perwakilan Federasi Aerosport Indonesia (FASI) Doddy Priabudi mengaku membantu misi Brian dengan mengurus izin terbang dan mendarat di Bandara Husein Sastranegara.
Dia pun berharap kedatangan Brian di Kota Bandung mampu menggelorakan semangat olahraga dirgantara. "Paradigma olahraga udara menyeramkan itu harus diubah karena terbang itu menyenangkan," katanya.
(sms)