Dua Pendaki Gunung yang Hilang di Merbabu ditemukan di Tepi Jurang
A
A
A
SEMARANG - Badan SAR Nasional (Basarnas) Jawa Tengah menyebut dua pendaki gunung alias survivor Gunung Merbabu; Prima Angga Wahyu Setiawan (16) dan Inggil Pangestu (16) yang dikabarkan tersesat di Gunung Merbabu sejak Sabtu 13 Mei 2017 ditemukan selamat. Kedua korban ditemukan tim penyelamat, Selasa (16/5/2017) sekira pukul 09.15 WIB.
Kepala Basarnas Jawa Tengah, Agus Haryono, mengatakan kedua korban ditemukan di tepi jurang. Upaya evakuasi dilakukan tim SAR gabungan.
“Satu korban atas nama Inggil dikabarkan mengalami luka di beberapa bagian tubuh, sehingga harus mendapatkan pertolongan medis untuk turun. Sementara survivor lainnya, Angga, dalam kondisi fisik masih sehat,” ungkap Agus melalui siaran pers yang diterima KORAN SINDO, Selasa siang (16/5/2017).
Komandan Basarnas di lapangan, Hardi Amanurijal, menyebut kedua survivor itu ditemukan oleh tim yang melakukan penyisiran via barat dari Jalur Tekelan.
“Penemuan korban sendiri berada di daerah Watu Gubug, korban dievakuasi via Jalur Tekelan,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, dua korban yang merupakan warga Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, sebelumnya mendaki bersama 10 temannya. Mereka berangkat dari Salatiga, pada sabtu (13/5/2017) sekira pukul 16.00 WIB tiba di base camp Dusun Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, sekira pukul 19.30 WIB.
Mereka kemudian mendaki. Sekira pukul 24.00 WIB, mereka sampai di Pos 3 Gunung Merbabu. Minggu 14 Mei 2017 mereka tiba di Pos 4 sekira pukul 10.00 WIB. Namun, yang melanjutkan perjalanan ke Pos 4 hanya 10 pendaki, dua lainnya istirahat di Pos 3.
Selanjutnya mereka turun kembali ke Pos 3 dan ke basecamp Cuntel. Saat turun dari Pos 3, Angga dan Inggil mendahului perjalanan. Namun, setelah rombongan kedua sampai di base Camp Cuntel, Angga dan Inggil belum sampai. Ponsel keduanya tidak aktif saat coba dihubungi. Dari sinilah mereka meminta pertolongan warga dan tim SAR gabungan untuk pencarian.
Agus Haryono menambahkan, pihaknya mengimbau kepada para pendaki gunung untuk senantiasa mematuhi aturan.
“Lapor ke pengelola. Kalau belum hafal medan, bawa masyarakat lokal sebagai guide atau penunjuk jalan. Karena masyarakat lokal biasanya lebih mengetahui. Patuhi kearifan lokal, jangan bersifat arogan atau merusak alam, biasanya dari situlah menganggap enteng kemudian tersesat,” tambahnya.
Tak kalah penting, Agus mengimbau agar para pendaki gunung mempersiapkan kondisi fisik, mental dan logistik yang cukup sebelum memulai pendakian. Tak kalah penting, peralatan navigasi juga diperlukan.
Kepala Basarnas Jawa Tengah, Agus Haryono, mengatakan kedua korban ditemukan di tepi jurang. Upaya evakuasi dilakukan tim SAR gabungan.
“Satu korban atas nama Inggil dikabarkan mengalami luka di beberapa bagian tubuh, sehingga harus mendapatkan pertolongan medis untuk turun. Sementara survivor lainnya, Angga, dalam kondisi fisik masih sehat,” ungkap Agus melalui siaran pers yang diterima KORAN SINDO, Selasa siang (16/5/2017).
Komandan Basarnas di lapangan, Hardi Amanurijal, menyebut kedua survivor itu ditemukan oleh tim yang melakukan penyisiran via barat dari Jalur Tekelan.
“Penemuan korban sendiri berada di daerah Watu Gubug, korban dievakuasi via Jalur Tekelan,” tambahnya.
Sebelumnya diberitakan, dua korban yang merupakan warga Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, sebelumnya mendaki bersama 10 temannya. Mereka berangkat dari Salatiga, pada sabtu (13/5/2017) sekira pukul 16.00 WIB tiba di base camp Dusun Cuntel, Desa Kopeng, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, sekira pukul 19.30 WIB.
Mereka kemudian mendaki. Sekira pukul 24.00 WIB, mereka sampai di Pos 3 Gunung Merbabu. Minggu 14 Mei 2017 mereka tiba di Pos 4 sekira pukul 10.00 WIB. Namun, yang melanjutkan perjalanan ke Pos 4 hanya 10 pendaki, dua lainnya istirahat di Pos 3.
Selanjutnya mereka turun kembali ke Pos 3 dan ke basecamp Cuntel. Saat turun dari Pos 3, Angga dan Inggil mendahului perjalanan. Namun, setelah rombongan kedua sampai di base Camp Cuntel, Angga dan Inggil belum sampai. Ponsel keduanya tidak aktif saat coba dihubungi. Dari sinilah mereka meminta pertolongan warga dan tim SAR gabungan untuk pencarian.
Agus Haryono menambahkan, pihaknya mengimbau kepada para pendaki gunung untuk senantiasa mematuhi aturan.
“Lapor ke pengelola. Kalau belum hafal medan, bawa masyarakat lokal sebagai guide atau penunjuk jalan. Karena masyarakat lokal biasanya lebih mengetahui. Patuhi kearifan lokal, jangan bersifat arogan atau merusak alam, biasanya dari situlah menganggap enteng kemudian tersesat,” tambahnya.
Tak kalah penting, Agus mengimbau agar para pendaki gunung mempersiapkan kondisi fisik, mental dan logistik yang cukup sebelum memulai pendakian. Tak kalah penting, peralatan navigasi juga diperlukan.
(sms)