Goa Seni di Pantai Batu Hiu Jadi Tempat Tirakat Para Seniman
A
A
A
PANGANDARAN - Selain jadi objek wisata, pantai Batu Hiu yang berlokasi di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi, Kabupaten Pangandaran juga terdapat goa seni yang dijadikan tempat tirakat oleh para seniman.
Lokasi goa seni jarang yang mengetahuinya karena keberadaannya di sebelah barat pantai Batu Hiu dengan bentuk lengkeb atau batu karang yang mengarah ke hamparan lautan lepas, sehingga jarang orang yang berhasil masuk kedalamnya lantaran harus menghindari deburan ombak.
Juru Kunci setempat Aki Adnan (62), mengatakan, juru kunci pertama di goa seni adalah Almarhum Aki Ido, sekitar 1950 Aki Ido banyak melahirkan para seniman tradisional yang tenar.
"Para seniman yang ingin sukses dan tenar di dunia pertunjukan seni tradisional biasanya melakukan ritual tirakat di goa seni," kata Aki Adnan.
Salah satu seniman yang sukses dan tenar pada waktu itu diantaranya Almarhum Kasid yang berprofesi sebagai juru kendang ronggeng. "Awalnya Kasid tidak memiliki keahlian apa pun apalagi memainkan alat musik," tambah Aki Adnan.
Keseharian Almarhum Kasid awalnya tukang ojek dan kerja buruh serabutan, dia menikahi seorang penari ronggeng dan mengandalkan kebutuhan ekonomi dari hasil manggung istrinya sebagai penari ronggeng.
"Suatu hari Almarhum Kasid menemui Almarhum Aki Ido dan berkata ingin memiliki keahlian memainkan alat musik tradisional dengan harapan bisa seprofesi dengan istrinya," papar Aki Adnan.
Almarhum Aki Ido akhirnya menyuruh Almarhum Kasid untuk melakukan ritual selama 3 hari tiga malam untuk berdoa di dalam goa seni. Waktu itu Almarhum Aki Ido berpesan jangan tertawa jika melihat hal yang aneh atau lucu.
"Berdasarkan pengakuan Almarhum Kasid, pada malam pertama dan kedua dirinya melihat hal yang aneh seperti ada cahaya pada batu stalaktith yang berbentuk kendang mengeluarkan cahaya," jelas Aki Adnan.
Pada malam ketiga, secara tiba-tiba datang seekor kodok menghampiri batu stalaktith yang sebelumnya mengeluarkan cahaya.
"Kodok itu memperagakan cara menepuk kendang di batu stalaktith, seketika Almarhum Kasih merasa lucu dan ingin tertawa melihat prilaku kodok itu, namun dia ingat pesan Almarhum Aki Ido kalau melihat sesuatu yang lucu jangan tertawa," paparnya.
Secara reflek akhirnya Almarhum Kasid menirukan gerakan cara menepuk kendang yang diperagakan oleh kodok hingga dia faham ketukan dan ritme tepukan dan bunyi yang dikeluarkan dari batu stalaktith.
"Aktivitas cara menepuk kendang itu dilakukan semalam penuh dan akhirnya pagi-pagi Almarhum Kasid keluar dari goa seni," imbuh Aki Adnan.
Setelah itu Kasid mulai bergabung dengan group rombongan seni ronggeng dan jadi juru kendang, jika memainkan kendang, Almarhum Kasid sangat menyentuh perasaan dan orang yang mendengar suaranya terus teringat dengan permainan kendang yang dimainkan oleh Almarhum Kasid.
"Sejak itulah Almarhum Kasid menjadi maestro juru kendang untuk wilayah selatan Pangandaran dan tenar kemana-mana," pungkas Aki Adnan.
Lokasi goa seni jarang yang mengetahuinya karena keberadaannya di sebelah barat pantai Batu Hiu dengan bentuk lengkeb atau batu karang yang mengarah ke hamparan lautan lepas, sehingga jarang orang yang berhasil masuk kedalamnya lantaran harus menghindari deburan ombak.
Juru Kunci setempat Aki Adnan (62), mengatakan, juru kunci pertama di goa seni adalah Almarhum Aki Ido, sekitar 1950 Aki Ido banyak melahirkan para seniman tradisional yang tenar.
"Para seniman yang ingin sukses dan tenar di dunia pertunjukan seni tradisional biasanya melakukan ritual tirakat di goa seni," kata Aki Adnan.
Salah satu seniman yang sukses dan tenar pada waktu itu diantaranya Almarhum Kasid yang berprofesi sebagai juru kendang ronggeng. "Awalnya Kasid tidak memiliki keahlian apa pun apalagi memainkan alat musik," tambah Aki Adnan.
Keseharian Almarhum Kasid awalnya tukang ojek dan kerja buruh serabutan, dia menikahi seorang penari ronggeng dan mengandalkan kebutuhan ekonomi dari hasil manggung istrinya sebagai penari ronggeng.
"Suatu hari Almarhum Kasid menemui Almarhum Aki Ido dan berkata ingin memiliki keahlian memainkan alat musik tradisional dengan harapan bisa seprofesi dengan istrinya," papar Aki Adnan.
Almarhum Aki Ido akhirnya menyuruh Almarhum Kasid untuk melakukan ritual selama 3 hari tiga malam untuk berdoa di dalam goa seni. Waktu itu Almarhum Aki Ido berpesan jangan tertawa jika melihat hal yang aneh atau lucu.
"Berdasarkan pengakuan Almarhum Kasid, pada malam pertama dan kedua dirinya melihat hal yang aneh seperti ada cahaya pada batu stalaktith yang berbentuk kendang mengeluarkan cahaya," jelas Aki Adnan.
Pada malam ketiga, secara tiba-tiba datang seekor kodok menghampiri batu stalaktith yang sebelumnya mengeluarkan cahaya.
"Kodok itu memperagakan cara menepuk kendang di batu stalaktith, seketika Almarhum Kasih merasa lucu dan ingin tertawa melihat prilaku kodok itu, namun dia ingat pesan Almarhum Aki Ido kalau melihat sesuatu yang lucu jangan tertawa," paparnya.
Secara reflek akhirnya Almarhum Kasid menirukan gerakan cara menepuk kendang yang diperagakan oleh kodok hingga dia faham ketukan dan ritme tepukan dan bunyi yang dikeluarkan dari batu stalaktith.
"Aktivitas cara menepuk kendang itu dilakukan semalam penuh dan akhirnya pagi-pagi Almarhum Kasid keluar dari goa seni," imbuh Aki Adnan.
Setelah itu Kasid mulai bergabung dengan group rombongan seni ronggeng dan jadi juru kendang, jika memainkan kendang, Almarhum Kasid sangat menyentuh perasaan dan orang yang mendengar suaranya terus teringat dengan permainan kendang yang dimainkan oleh Almarhum Kasid.
"Sejak itulah Almarhum Kasid menjadi maestro juru kendang untuk wilayah selatan Pangandaran dan tenar kemana-mana," pungkas Aki Adnan.
(nag)