Situs Batu Kendit, Tempat Bertemunya Dewi Samboja-Utusan Kerajaan Galuh Pangauban
A
A
A
Situs batu kendit yang terletak di Blok Paliken, Desa Pasirgeulis, Kecamatan Padaherang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, diyakini sebagai inspirasi bentuk leuit atau lumbung padi.
Menurut Juru Kunci Desa Pasirgeulis Budi Hartono (45), Situs Batu Kendit merupakan tempat bertemunya Dewi Samboja dengan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban yang saat itu dipimpin oleh Prabu Haur Koneng. Namun, hingga saat ini utusan Kerajaan Galuh Pangauban tersebut tidak diketahui namanya.
"Dewi Samboja pada saat itu dalam kondisi panik, setelah Raden Anggalarang (suami Dewi Samboja) dibunuh kelompok Suraboma atau Bajo," kata Budi.
Konon, kala itu Dewi Samboja hendak menuju Kerajaan Galuh Pangauban untuk menemui orang tua Raden Anggalarang. Namun, lantaran harus melewati Kerajaan Kawasen yang merupakan salah satu kerajaan di bawah kekuasaan Mataram, akhirnya dia enggan untuk lewat.
Dewi Samboja memilih untuk bermukim di Blok Paliken dan menunggu kedatangan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban. Saat menunggu, Dewi Samboja selalu merasa ketakutan dan curiga kepada setiap orang yang bertemu dengannya dan selalu menyangka mata-mata dari Suraboma atau Bajo. Akhirnya, Dewi Samboja bertemu dengan salah satu utusan Kerajaan Galuh Pangauban. Saat pertama kali bertemu, Dewi Samboja tidak langsung percaya.
Agar yakin bahwa yang datang itu utusan Kerajaan Galuh Pangauban, Dewi Samboja menancapkan sebatang lidi di tanah dan menyuruh untuk mencabutnya. Utusan itu langsung mencabut lidi yang ditancapkan Dewi Samboja. Setelah dicabut, ternyata lidi itu memiliki akar berupa batu.
Batu yang keluar dari lidi itu oleh masyarakat dinamakan Blok Batu Paliken yang lokasinya tidak jauh dari Situs Batu Kendit, kurang lebih 20 meter.
"Sejak pertemuan itu, Dewi Samboja dengan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban menetap hingga berbulan-bulan sambil menyusun strategi pembalasan atas kematian Raden Anggalarang oleh Suraboma atau Bajo," kata Budi Hartono.
Eeng, warga setempat mengatakan, berdasarkan cerita yang dia ketahui, saat Dewi Samboja dan utusan Kerajaan Galuh Pangauban menetap di Blok Batu Paliken, mereka berpikir untuk memenuhi kebutuhan pangan selama bermukim.
"Utusan Kerajaan Galuh Pangauban akhirnya berpikir harus ada tempat penyimpanan padi, sehingga batu Situs Batu Kendit itu ditiru menjadi sebuah bangunan yang dibuatnya menggunakan kayu," kata Eeng.
Bangunan yang dibuat oleh utusan Kerajaan Galuh Pangauban hingga sekarang diikuti oleh masyarakat sebagai tempat penyimpanan padi yang dinamakan leuit atau lumbung padi.
Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat dan Masyarakat Hukum Adat Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Kabupaten Pangandaran Erik Krisnayudha berharap lokasi itu dilestarikan.
"Lokasi batu kendit merupakan lokasi tempat bersejarah, untuk itu perlu ada kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lokasi ini," katanya.
Menurut Juru Kunci Desa Pasirgeulis Budi Hartono (45), Situs Batu Kendit merupakan tempat bertemunya Dewi Samboja dengan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban yang saat itu dipimpin oleh Prabu Haur Koneng. Namun, hingga saat ini utusan Kerajaan Galuh Pangauban tersebut tidak diketahui namanya.
"Dewi Samboja pada saat itu dalam kondisi panik, setelah Raden Anggalarang (suami Dewi Samboja) dibunuh kelompok Suraboma atau Bajo," kata Budi.
Konon, kala itu Dewi Samboja hendak menuju Kerajaan Galuh Pangauban untuk menemui orang tua Raden Anggalarang. Namun, lantaran harus melewati Kerajaan Kawasen yang merupakan salah satu kerajaan di bawah kekuasaan Mataram, akhirnya dia enggan untuk lewat.
Dewi Samboja memilih untuk bermukim di Blok Paliken dan menunggu kedatangan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban. Saat menunggu, Dewi Samboja selalu merasa ketakutan dan curiga kepada setiap orang yang bertemu dengannya dan selalu menyangka mata-mata dari Suraboma atau Bajo. Akhirnya, Dewi Samboja bertemu dengan salah satu utusan Kerajaan Galuh Pangauban. Saat pertama kali bertemu, Dewi Samboja tidak langsung percaya.
Agar yakin bahwa yang datang itu utusan Kerajaan Galuh Pangauban, Dewi Samboja menancapkan sebatang lidi di tanah dan menyuruh untuk mencabutnya. Utusan itu langsung mencabut lidi yang ditancapkan Dewi Samboja. Setelah dicabut, ternyata lidi itu memiliki akar berupa batu.
Batu yang keluar dari lidi itu oleh masyarakat dinamakan Blok Batu Paliken yang lokasinya tidak jauh dari Situs Batu Kendit, kurang lebih 20 meter.
"Sejak pertemuan itu, Dewi Samboja dengan utusan dari Kerajaan Galuh Pangauban menetap hingga berbulan-bulan sambil menyusun strategi pembalasan atas kematian Raden Anggalarang oleh Suraboma atau Bajo," kata Budi Hartono.
Eeng, warga setempat mengatakan, berdasarkan cerita yang dia ketahui, saat Dewi Samboja dan utusan Kerajaan Galuh Pangauban menetap di Blok Batu Paliken, mereka berpikir untuk memenuhi kebutuhan pangan selama bermukim.
"Utusan Kerajaan Galuh Pangauban akhirnya berpikir harus ada tempat penyimpanan padi, sehingga batu Situs Batu Kendit itu ditiru menjadi sebuah bangunan yang dibuatnya menggunakan kayu," kata Eeng.
Bangunan yang dibuat oleh utusan Kerajaan Galuh Pangauban hingga sekarang diikuti oleh masyarakat sebagai tempat penyimpanan padi yang dinamakan leuit atau lumbung padi.
Kepala Bidang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Pemberdayaan Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Adat dan Masyarakat Hukum Adat Dinas Sosial Pemberdayaan Masyarakat Desa (Dinsos PMD) Kabupaten Pangandaran Erik Krisnayudha berharap lokasi itu dilestarikan.
"Lokasi batu kendit merupakan lokasi tempat bersejarah, untuk itu perlu ada kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lokasi ini," katanya.
(zik)