Lima Tahun, Anak-anak Ini Nekat Seberangi Sungai Menuju Sekolah
A
A
A
KENDAL - Semangat anak-anak di Dusun Cipluk Timur, Desa Sidokumpul, Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, patut diacungi jempol. Selama hampir lima tahun, mereka berjuang menyeberangi sungai yang arusnya deras untuk berangkat ke sekolah.
Pemandangan anak-anak menyeberangi sungai seperti ini dapat dijumpai hampir setiap pagi, saat jam berangkat sekolah. Anak-anak ini harus menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras untuk berangkat ke sekolah. Dari rumah, anak-anak ini sudah menenteng sepatu lantas terjun ke sungai untuk menyeberang.
Anak-anak ini harus hati-hati karena selain arus sungai yang cukup deras, batu yang ada di sungai juga licin. Mereka yang masih kecil terpaksa digendong oleh temannya yang lebih besar. Ada juga yang harus digendong oleh warga atau orang tua mereka.
Sudah lebih dari lima tahun anak-anak ini berjuang untuk tetap belajar di Sekolah Dasar Negeri 3 Sidokumpul, Kecamatan Patean, yang merupakan satu-satunya sekolah terdekat. Tidak ada jalan lain. Jembatan satu-satunya penghubung Dusun Cipluk Timur dengan Dusun Cipluk Barat hanyut terbawa banjir Sungai Blukar. Jalan memutar lebih jauh, hingga 70 kilometer dan mengitari bukit.
Anak-anak ini mengaku takut jika menyeberangi sungai ini setiap harinya. Namun, demi mendapatkan pendidikan, terpaksa dilakukan meski harus berjuang dan berhati-hati.
Lia Safitri, salah satu pelajar, berharap ada jembatan darurat atau jembatan yang lebih kuat agar mereka tidak lagi menyeberangi sungai setiap berangkat dan pulang sekolah. Jika hujan deras mengguyur desanya dan arus Sungai Blukar deras serta banjir, mereka pun terpaksa tidak sekolah.
Menurut Adi, warga, jembatan satu-satunya hanyut diterjang banjir lima tahun silam. Meski sudah dibuatkan jembatan darurat dari bambu namun kembali hanyut. Setidaknya sudah empat jembatan darurat dibikin, namun hilang terbawa arus sungai.
Akses warga dari Dusun Cipluk Timur pun terganggu karena tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Warga yang memiliki kendaraan jika hendak berpergian terpaksa menggotong kendaraannya menyeberangi sungai.
Jembatan hanyut dan putus terjadi pertengahan tahun 2012. Untuk membangun jembatan permanen setidaknya memerlukan dana Rp500 juta.
Pemandangan anak-anak menyeberangi sungai seperti ini dapat dijumpai hampir setiap pagi, saat jam berangkat sekolah. Anak-anak ini harus menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras untuk berangkat ke sekolah. Dari rumah, anak-anak ini sudah menenteng sepatu lantas terjun ke sungai untuk menyeberang.
Anak-anak ini harus hati-hati karena selain arus sungai yang cukup deras, batu yang ada di sungai juga licin. Mereka yang masih kecil terpaksa digendong oleh temannya yang lebih besar. Ada juga yang harus digendong oleh warga atau orang tua mereka.
Sudah lebih dari lima tahun anak-anak ini berjuang untuk tetap belajar di Sekolah Dasar Negeri 3 Sidokumpul, Kecamatan Patean, yang merupakan satu-satunya sekolah terdekat. Tidak ada jalan lain. Jembatan satu-satunya penghubung Dusun Cipluk Timur dengan Dusun Cipluk Barat hanyut terbawa banjir Sungai Blukar. Jalan memutar lebih jauh, hingga 70 kilometer dan mengitari bukit.
Anak-anak ini mengaku takut jika menyeberangi sungai ini setiap harinya. Namun, demi mendapatkan pendidikan, terpaksa dilakukan meski harus berjuang dan berhati-hati.
Lia Safitri, salah satu pelajar, berharap ada jembatan darurat atau jembatan yang lebih kuat agar mereka tidak lagi menyeberangi sungai setiap berangkat dan pulang sekolah. Jika hujan deras mengguyur desanya dan arus Sungai Blukar deras serta banjir, mereka pun terpaksa tidak sekolah.
Menurut Adi, warga, jembatan satu-satunya hanyut diterjang banjir lima tahun silam. Meski sudah dibuatkan jembatan darurat dari bambu namun kembali hanyut. Setidaknya sudah empat jembatan darurat dibikin, namun hilang terbawa arus sungai.
Akses warga dari Dusun Cipluk Timur pun terganggu karena tidak bisa dilalui oleh kendaraan. Warga yang memiliki kendaraan jika hendak berpergian terpaksa menggotong kendaraannya menyeberangi sungai.
Jembatan hanyut dan putus terjadi pertengahan tahun 2012. Untuk membangun jembatan permanen setidaknya memerlukan dana Rp500 juta.
(zik)