Mamuju Utara Gali Potensi Perikanan
A
A
A
MEMASUKI usia ke-14 tahun, Kabupaten Mamuju Utara terus berbenah menjadi kawasan yang maju dan lebih menyejahterakan masyarakatnya. Sejalan dengan itu komitmen pemerintah daerah (pemda) untuk melayani masyarakatnya pun terus dilakukan, dengan menghadirkan program yang berkualitas dan dapat bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Ditemui beberapa waktu lalu, Bupati Mamuju Utara, Agus Ambo Djiwa menjelaskan sejumlah program yang tengah dan akan dilakukan di daerahnya. Salah satunya yang sudah dirintis adalah pengembangan kawasan pesisir sebagai pusat komoditas laut nasional. Adapun komoditas unggulan berupa udang paname, bandeng dan rumput laut tengah dijajaki untuk melibatkan investor maupun masyarakat sekitar.
Pada peresmian beberapa waktu lalu oleh Presiden Joko Widodo telah dicanangkan bahwa kawasan yang memiliki garis pantai 151 km tersebut akan dijadikan pusat pengembangan komoditas hasil laut nasional. Menurut Agus, ke depan Mamuju Utara memang harus terus menambah penghasilan asli daerahnya (PAD) dari banyak sektor.
Jika selama ini PAD baru berasal dari sektor pertanian dan perkebunan, maka diharapkan ke depan sektor kelautan juga dapat memberikan andil bagi kemajuan ekonomi daerah. “Sektor andalan kita sawit,sekarang sudah pengolahannya sudah dari hulu ke hilir. Yang sekarang yang kita coba sektor tambak, potensi tambak itu ±13 ribu ha tidak digarap,” ucap Agus.
Sebagai gambaran, pada panen pertama komoditas perikanan beberapa waktu lalu,1 Ha tambak bisa menghasilkan 15 ton udang paname dengan nilai jual per kg mencapai Rp 78 ribu. Angka yang cukup menggiurkan untuk terus dikembangkan dan menjadi penghasilan tetap masyarakat. “Kita sekarang sudah ujicoba, percontohan sudah ada 20 ha sudah kita rencanakan,” ujar Agus.
Agus mengakui sebelumnya lahan tambak seluas 13 ha milik nelayan memang belum terlalu dimaksimalkan. Dengan tekad untuk membimbing masyarakat, maka pemda berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat sekaligus mengundang investor untuk hadir dan menanamkan modalnya di Mamuju Utara.
“Pola kerja samanya bagi hasil, tanahnya milik nelayan, tapi hasilnya dibagi dikelola dengan investor. Jadi tetap menguntungkan karena petani lahan tetap milik mereka tidak dijual,” ucap Agus.
Adapun program lain yang menjadi fokus pemda Mamuju Utara saat ini adalah pelaksanaan desa smart yang telah sukses dijalankan di periode pertama. Basis dari program ini menurut Agus adalah pelayanan, bagaimana seorang pejabat menyambangi warga di daerahnya untuk mendapat masukan, membangun motivasi bagi warga hingga memberikan bantuan modal bagi mereka yang membutuhkan.
“Ini yang kita coba kembali, kita hadir sebagai sebuah role model pembangunan, membangun dari pinggiran, membangun dari desa ke kota sehingga kita proaktif,” tuturnya.
Menegaskan kesungguhan program ini, maka dalam satu bulan sekali selama dua hari semua pejabat di lingkungan pemerintahannya diminta untuk turun ke bawah menyapa warga. Bahkan tidak jarang mereka menginap demi mendapatkan masukan serta memberikan pendidikan dan pemahaman yang baik bagi masyarakat.
“Sehingga betul-betul pembangunan itu terasa secara simultan antara masyarkat dengan pemerintah. Jadi kita ingin mendekatkan masyarakat dengan pemerintah,” ucapnya.
Menurut Agus cara ini cukup efektif bagi pemerintah khususnya saat ingin mengeluarkan sebuah kebijakan. Dia melihat kelemahan dari proses pembangunan saat ini adalah pelibatan masyarakat dalam memberikan masukan bagi pemerintah.
“Pembangunan itu sukses manakala melibatkan partisipasi, tidak harus program pemerintah turun, tapi bagaimana partisipasi kita gerakkan, potensi masyarakat dengan semangat gotong royong yang hilang kita gaungkan kembali melalui partisipasi pembangunan,” tambahnya.
Adapun tindaklanjut dari program desa smart adalah program 1 desa 1 pengusaha. Melibatkan tenaga perencana desa yang direkrut dari sumberdaya manusia lokal, program ini diharapkan bisa merangsang calon pengusaha baru yang ingin mengembangkan karir bisnisnya.
Dia meyakini semakin banyak pemberi kerja maka persoalan pengangguran berangsur akan hilang di daerahnya. “Diperiode kedua saya ini mencoba membangun entrepreneur di mana satu desa bisa menghasilkan satu pengusaha di bidangnya. Meski kita lihat juga dia potensi berusaha apa, peternakan kita dorong, kita bina kita kasih modal kerja, kita tingkatkan SDMnya. Atau sektor pertanian kita dorong tentu menjadi cikal bakal membangun bangsa,”lanjutnya.
Lain daripada itu, pemda Mamuju Utara juga tengah berupaya menjadikan daerahnya mandiri secara energi. Yang tengah dipersiapkan adalah pembangunannya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan memaksimalkan potensi air sungai Lariang yang mengalir deras diwilayah berpopulasi 154 ribu jiwa tersebut.
Investor dari Norwegia menurut Agus juga telah menyatakan minatnya untuk menggarap proyek ini. “Tadinya dia usul 100 MW saja, tapi setelah melihat potensinya begitu memadai maka mereka ingin kembangkan menjadi 1 000 MW,” jelas Agus.
Program lain yang tidak kalah penting menurut Agus adalah pembangunan infrastruktur sebagai penunjang hilir mudiknya pergerakan ekonomi di daerah. Infrastruktur yang patut ditingkatkan adalah pembangunan jalan dan jembatan.
“Memudahkan hasil pertanian di bawa ke kota, memudahkan orang-orang sekolah, orang sakit mudah dibawa ke RS,” imbuhnya.
Meski demikian Agus mengakui pembangunan infrastruktur kerap terhalang oleh minimnya anggaran yang dimiliki kabupaten yang dimekarkan pada 9 April 2003 itu. Walau pendapatan perkapita Mamuju Utara sendiri yang tertinggi di Sulawesi Barat dengan Rp48,61 juta pertahun. Begitu juga pertumbuhan ekonomi rata-rata 11%, atau jauh lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang berada dikisaran 5.
Ditemui beberapa waktu lalu, Bupati Mamuju Utara, Agus Ambo Djiwa menjelaskan sejumlah program yang tengah dan akan dilakukan di daerahnya. Salah satunya yang sudah dirintis adalah pengembangan kawasan pesisir sebagai pusat komoditas laut nasional. Adapun komoditas unggulan berupa udang paname, bandeng dan rumput laut tengah dijajaki untuk melibatkan investor maupun masyarakat sekitar.
Pada peresmian beberapa waktu lalu oleh Presiden Joko Widodo telah dicanangkan bahwa kawasan yang memiliki garis pantai 151 km tersebut akan dijadikan pusat pengembangan komoditas hasil laut nasional. Menurut Agus, ke depan Mamuju Utara memang harus terus menambah penghasilan asli daerahnya (PAD) dari banyak sektor.
Jika selama ini PAD baru berasal dari sektor pertanian dan perkebunan, maka diharapkan ke depan sektor kelautan juga dapat memberikan andil bagi kemajuan ekonomi daerah. “Sektor andalan kita sawit,sekarang sudah pengolahannya sudah dari hulu ke hilir. Yang sekarang yang kita coba sektor tambak, potensi tambak itu ±13 ribu ha tidak digarap,” ucap Agus.
Sebagai gambaran, pada panen pertama komoditas perikanan beberapa waktu lalu,1 Ha tambak bisa menghasilkan 15 ton udang paname dengan nilai jual per kg mencapai Rp 78 ribu. Angka yang cukup menggiurkan untuk terus dikembangkan dan menjadi penghasilan tetap masyarakat. “Kita sekarang sudah ujicoba, percontohan sudah ada 20 ha sudah kita rencanakan,” ujar Agus.
Agus mengakui sebelumnya lahan tambak seluas 13 ha milik nelayan memang belum terlalu dimaksimalkan. Dengan tekad untuk membimbing masyarakat, maka pemda berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat sekaligus mengundang investor untuk hadir dan menanamkan modalnya di Mamuju Utara.
“Pola kerja samanya bagi hasil, tanahnya milik nelayan, tapi hasilnya dibagi dikelola dengan investor. Jadi tetap menguntungkan karena petani lahan tetap milik mereka tidak dijual,” ucap Agus.
Adapun program lain yang menjadi fokus pemda Mamuju Utara saat ini adalah pelaksanaan desa smart yang telah sukses dijalankan di periode pertama. Basis dari program ini menurut Agus adalah pelayanan, bagaimana seorang pejabat menyambangi warga di daerahnya untuk mendapat masukan, membangun motivasi bagi warga hingga memberikan bantuan modal bagi mereka yang membutuhkan.
“Ini yang kita coba kembali, kita hadir sebagai sebuah role model pembangunan, membangun dari pinggiran, membangun dari desa ke kota sehingga kita proaktif,” tuturnya.
Menegaskan kesungguhan program ini, maka dalam satu bulan sekali selama dua hari semua pejabat di lingkungan pemerintahannya diminta untuk turun ke bawah menyapa warga. Bahkan tidak jarang mereka menginap demi mendapatkan masukan serta memberikan pendidikan dan pemahaman yang baik bagi masyarakat.
“Sehingga betul-betul pembangunan itu terasa secara simultan antara masyarkat dengan pemerintah. Jadi kita ingin mendekatkan masyarakat dengan pemerintah,” ucapnya.
Menurut Agus cara ini cukup efektif bagi pemerintah khususnya saat ingin mengeluarkan sebuah kebijakan. Dia melihat kelemahan dari proses pembangunan saat ini adalah pelibatan masyarakat dalam memberikan masukan bagi pemerintah.
“Pembangunan itu sukses manakala melibatkan partisipasi, tidak harus program pemerintah turun, tapi bagaimana partisipasi kita gerakkan, potensi masyarakat dengan semangat gotong royong yang hilang kita gaungkan kembali melalui partisipasi pembangunan,” tambahnya.
Adapun tindaklanjut dari program desa smart adalah program 1 desa 1 pengusaha. Melibatkan tenaga perencana desa yang direkrut dari sumberdaya manusia lokal, program ini diharapkan bisa merangsang calon pengusaha baru yang ingin mengembangkan karir bisnisnya.
Dia meyakini semakin banyak pemberi kerja maka persoalan pengangguran berangsur akan hilang di daerahnya. “Diperiode kedua saya ini mencoba membangun entrepreneur di mana satu desa bisa menghasilkan satu pengusaha di bidangnya. Meski kita lihat juga dia potensi berusaha apa, peternakan kita dorong, kita bina kita kasih modal kerja, kita tingkatkan SDMnya. Atau sektor pertanian kita dorong tentu menjadi cikal bakal membangun bangsa,”lanjutnya.
Lain daripada itu, pemda Mamuju Utara juga tengah berupaya menjadikan daerahnya mandiri secara energi. Yang tengah dipersiapkan adalah pembangunannya pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan memaksimalkan potensi air sungai Lariang yang mengalir deras diwilayah berpopulasi 154 ribu jiwa tersebut.
Investor dari Norwegia menurut Agus juga telah menyatakan minatnya untuk menggarap proyek ini. “Tadinya dia usul 100 MW saja, tapi setelah melihat potensinya begitu memadai maka mereka ingin kembangkan menjadi 1 000 MW,” jelas Agus.
Program lain yang tidak kalah penting menurut Agus adalah pembangunan infrastruktur sebagai penunjang hilir mudiknya pergerakan ekonomi di daerah. Infrastruktur yang patut ditingkatkan adalah pembangunan jalan dan jembatan.
“Memudahkan hasil pertanian di bawa ke kota, memudahkan orang-orang sekolah, orang sakit mudah dibawa ke RS,” imbuhnya.
Meski demikian Agus mengakui pembangunan infrastruktur kerap terhalang oleh minimnya anggaran yang dimiliki kabupaten yang dimekarkan pada 9 April 2003 itu. Walau pendapatan perkapita Mamuju Utara sendiri yang tertinggi di Sulawesi Barat dengan Rp48,61 juta pertahun. Begitu juga pertumbuhan ekonomi rata-rata 11%, atau jauh lebih tinggi dari pertumbuhan nasional yang berada dikisaran 5.
(poe)